Kirim Karya

SKSP Book Store
No Result
View All Result
  • Esai
    • Esai
    • Esai Terjemahan
  • Puisi
    • Puisi
    • Puisi Terjemahan
  • Cerpen
  • Gurit
  • Galeri
  • Katalog Buku
    • Info Buku
    • Beli Buku
  • Tentang Redaksi
  • Kerjasama Korea Selatan
  • Esai
    • Esai
    • Esai Terjemahan
  • Puisi
    • Puisi
    • Puisi Terjemahan
  • Cerpen
  • Gurit
  • Galeri
  • Katalog Buku
    • Info Buku
    • Beli Buku
  • Tentang Redaksi
  • Kerjasama Korea Selatan
No Result
View All Result
SKSP Book Store
No Result
View All Result
Home Puisi

Puisi-Puisi Suminto A. Sayuti

Admin by Admin
26 Februari 2022
0
Share on TelegramShare on WhatsappShare on Twitter


 


Rinduku
yang Tumpah

 

selalu saja.
kaubasuh sajadah.

di palung-palung
malam. dalam doa.

dalam bilangan
yang entah.

menjelang pagi. Dengan
air mata fitri.

demi cintamu.
kepadaku dan anak cucu.

sebelum berlalu.

 

aku suka engkau
bahagia. walau di sana.

seperti juga
engkau mengerti. kami semua

bahagia. di
sini. semua bermula dari air mata

cintamu. yang
menderaskan doa.

menganyam serat
demi serat. menjadi

selembar
sajadah. yang kini selalu

juga basah. bagi
doa dan rinduku

yang tumpah.
setiap saat. setiap saat


 



Bulir-bulir
Beras Rindu

 

kaumasukkan
bulir-bulir beras rindu.

dalam anyaman
janur-janur harapan.

dijerang didih
dahaga di atas getar api lapar.

seikat ketupat
cinta terhidang di meja.

hidrat arang
jiwadan protein sukma.

pintu terbuka
kembali buat berbuka telah tiba.

 

ketika engkau
mudik ke kampung halaman.

asal muasal
dirimu ada. kauanyam lagi

lapis-lapis
langit dan bumi. keabadian dan

kesementaraan.
janur kuning kemuliaan

dan derita. asal
muasal kejadian. kumandang

agung dalam
dada. derai air mata dan pasrah jiwa.

ketika engkau
mudik duluan. ke kampung

halaman. kampung
perjalananmu bermula.


 



Tapi
Ada Puisi

 

kini kutulis
puisi tentang punggung bukit.

di belahan jagat
utara. tempat kita bercanda.

dulu. sehabis
berhari-hari sakit. takkunjung reda.

 

kita bayangkan
laut selatan. saat itu. sebelum

kabut melaju.
sebelum hari berlalu. membawamu.

ke balik
cakrawala biru.

 

ya. laut
selatan. tempat gelombang dan ombak

main air.
bersimburan di bawah angin. lalu tepian. pasir pun mendesir. menyela-nyela hasrat
dan ingin. hati kita pun berdesir. bersama usia yang menggigir.

 

ya. bukit utara.
tempat kita bercengkerama.

dulu. sehabis
lahar, perdu pun mulai menghijau.

kini. ada
kelebat bayangmu. di sana.

ada hati risau.
di sini. tapi ada puisi. rumah singgah

bagi diri yang
sunyi. tapi ada puisi. rumah tempat

kita menaut
diri. bersama anak cucu. sebelum

hari-hariku
berlalu.

 

 


 

Dalam
Sakit, Dalam Jarak

 

dalam sakit,
angka-angka

usia pun telah
habis berjajar.

pada mistar yang
bergetar.

juga kalender.
yang setia

mencatat
pergerakan hari.

dari januari
hingga desember.

takkenal henti.

 

dalam sakit,

namamu mengalir
dalam erang.

                        menuju hilir.

gending pun
kumandang.

menuju suwukan
akhir.

dalam irama
maskumambang.

hingga kinanthi
pawukir.

 

dalam sakit,

kugenggam erat
jari-jarimu yang hangat.

kaubimbing aku
membaca ayat-ayat.

kembali dan
kembali hati kita berjabat.

dalam jarak.
tapi cuma satu urat.

 


 


Ladrang
Mega 

 

lempeng-lempeng
perunggu.

jiwaku dan
jiwamu. menyatu di situ.

kutabuh ladrang
dhudha kasmaran.

kaulantunkan
cakepan pucung wuyung.

kita pun
ngumandang.

                        sampai di alas padhang.

                        lalu kandha manyura.

tapi kini,
tanpamu, aku pun

ladrang mega
mendhung.

jika bukan
kuwung-kuwung.

 

 


 

Debar
Akar-akar

 

berjalan menuju
selatan,

engkau pun
sebuah sungai.

                        gemericik air.

mengalir menuju
muara akhir.

gunung dan
bukit-bukit adalah

masa lalu yang
takmungkin diabai.

juga lembah dan
ngarai.

 

menuju selatan,

engkau pun
menyongsong

                        gelombang pasang.

dan hati pun
menjadi keluasan

                        tak terperi.

peta-peta
harapan masa depan.

tapi tanpa
tapal-tapal batas pasti.

 

dari timur,

engkau pun ke
kiri.

membilang umur
tanpa angka pembagi.

sebatang pohon
besar menjulang tinggi.

rindang daun dan
debar akar-akar.

di situ angin
hidupmu bersarang

                        dan resahmu terbagi.

 

 

 


 

Alangkah
Tipis Garis Perbatasan

 

sehabis raudhah,

bendung air mata
tumpah.

aku lihat
hamparan surga di matamu.

engkau yang
seakan berkemas

                        dalam gegas.

di pundakmu
terjuntai sebuah tas.

di ujung jarimu
tergenggam juga:

                        sebuah tas.

“aku duluan,
sayang,” bisikmu pelan

dalam senyuman
aulia.

 

aku pun
takpercaya.

alangkah tipis
garis perbatasan.

antara jaga dan
tidur.

kini aku
melihatmu di putik-putik bunga

                        rumputan halaman rumah.

yang dulu selalu
kausiram dengan ramah.

 

aku dengar
suaramu

lewat kicau pagi
hari di dahan pohonan

                        yang tumbuh dekat rumah.

 

 


 

Pangandaran,
Membakar Dingin

 

di pangandaran
kita jalan. menyambut pagi.

membakar dingin
sepanjang pantai.

dua hati berpaut
takkenal lerai.

di pangandaran
kita berbincang. memaknai siang.

meredakan
gelombang pasang. sepanjang pasang.

                        sepanjang bayang.

 

di pangandaran
kita terdiam memasuki malam. bersama gemuruh ombak lautan.

pangandaran pun
menjadi gambar keabadian.

kini, ketika
pagi, siang dan sore hari.

ketika malam dan
dini hari. aku cuma sendiri.

ketika engkau
menyelinap ke balik tirai kelam.

“aku penuhi
panggilan, suamiku,”

pamit dengan
senyuman semburat kamboja.


 



Dalam
Dingin

 

hujan abu pagi
hari. daun-daun kelabu

bersama salam
merapi. kembali kueja namamu.

ketika bisikmu
lirih singgah di telinga kiriku.

daun-daun kelabu
dan salam merapi.

 

jalanan basah
dan dingin.

kuterjemahkan
diri dalam diri.

ketika pintu dan
jendelamu terbuka

bersama angin.
kueja namamu berulang kali.

bayang-bayang
pun meruang

                        menyambut ingin.

masa lalu pun
bangkit kembali.

aku dan
kauberbagi hangat dalam dingin.

 

 


 

Senyum
Terakhirmu

 

cahaya pun
terurai.

hingga di
daun-daun malam,

                        jiwa pun teratai.

mekar menggapai
batas-batas kelam.

siapa pun takkuasa
menghentikanmu.

membuka pintu
rumah yang telah dijanjikan.

ada engah yang
tertahan.

ketika senyum
terakhirmu menebar salam.

dan aku pun
mengaminkan.

 


Tentang
Penulis

 

Suminto A. Sayuti (lahir
26 Oktober 1956) adalah seniman berkebangsaan Indonesia. Namanya dikenal
melalui sejumlah karya sastra, baik yang diterbitkan sebagai buku ajar maupun
dipublikasikan di berbagai 
media massa. Suminto A. Sayuti merupakan salah satu Guru
Besar di Fakultas Bahasa dan Seni dan Program Pascasarjana
Universitas
Negeri Yogyakarta (UNY).

 

Suminto A. Sayuti lahir di Kabupaten
Purbalingga, Jawa Tengah, 26 Oktober 1956. Pada dekade 1970-an saat
tergabung dengan komunitas Persada Studi Klub Yogyakarta, namanya tidak
pernah absen dalam forum-forum diskusi sastra maupun pementasan-pementasan
puisi dan teater. Di kalangan seniman Yogyakarta, Suminto dikenal sebagai
pemuda “bengal” yang tidak pernah puas dengan ilmu yang didapat. Proses
kreatifnya dimulai dari kegemarannya membaca dan menulis sejak kecil. Semakin tersihir
oleh dunia sastra sejak masuk Yogyakarta sekitar 1974. Sejak bergabung dengan
komunitas Malioboro, mulailah ia menancapkan kukunya di dunia sastra. Penulis
yang juga Guru Besar UNY ini, juga menggeluti seni karawitan dan menggagas
serta pengurus Masyarakat Karawitan Jawa. Ratusan karya lahir darinya, baik
berupa makalah, diktat, buku, kumpulan puisi, cerpen, esai sastra, dan
sebagainya.

 

Daftar
karya ini hanya memuat sebagian karya Suminto A. Sayuti :

  • Kumpulan Sajak Malam Tamansari
  • Resepsi Sastra
  • Intertekstualitas: Pemandu
    Pengkajian Sastra
  • Ensiklopedia Sastra Indonesia
  • Evaluasi Teks Sastra (2000,
    terjemahan The Evaluation of
    Literary Texts
    karya Rien T. Segers)
  • Semerbak Sajak (2000)
  • Berkenalan dengan Prosa Fiksi (2000)
  • Berkenalan dengan Puisi (Gama Media,
    2002)

 

Penghargaan
:

  • Kedaulatan
    Rakyat Award, Bidang Kebudayaan (2005)
  • Anugerah
    Sastra Yayasan Sastra Yogyakarta (2014)

 

 

Admin

Admin

SKSP

POPULER

Puisi – Puisi Quinta Sabrina

Puisi – Puisi Quinta Sabrina

2 Juli 2024

Tentang Redaksi

11 Juli 2024
Puisi – Puisi Tania Rahayu

Puisi – Puisi Tania Rahayu

2 Juli 2024
Puisi-puisi Rifqi Septian Dewantara

Puisi-puisi Rifqi Septian Dewantara

15 November 2024
  • Disclaimer
  • Kebijakan & Privasi
  • Kerjasama Korea Selatan

© 2024 SKSP - All Rights Reserved.

No Result
View All Result
  • Esai
    • Esai
    • Esai Terjemahan
  • Puisi
    • Puisi
    • Puisi Terjemahan
  • Cerpen
  • Gurit
  • Galeri
  • Katalog Buku
    • Info Buku
    • Beli Buku
  • Tentang Redaksi
  • Kerjasama Korea Selatan

© 2024 SKSP - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In