AKU AIRMATA
melalui telpon aku mengenal kebaikanmu
setidaknya kebaikan suaramu
tanpa cinta jarak purwokerto yogyakarta
sejauh jakarta papua
lobanglobang jalan raya masih pada tempat yang sama
tambah hari tambah pula jumlahnya
seorang lakilaki digelombangkan oleh lobanglobang jalanan
seorang pejantan melipat rasa sakit ke dalam saku celananya
tetapi suaramu mengenalkan kepada kebaikan
tetapi kebaikanmu mengingatkan aku kepada ibu
kebaikanmu perwujudan dari rasa cinta
kebaikan ibu sabda dari kasihsayang tanpa jeda lobanglobang
lantas aku menangis
begitu mengingat ibu
aku menjadi manusia tanpa tulang
tetapi aku dikuatkan oleh airmata
setidaknya airmata inilah yang
masih menjadi tanda
bahwa aku selalu ingin menjadi manusia baik
seperti doadoa ibu yang
di masa kanak sebagai penutup dongeng
“merasa menjadi rapuh
justru awal menjelma tangguh
dan airmata membuat jiwa kita mandi
dan segar kembali”
begitulah kamu yang
melupakan aku kepada lobanglobang jalan raya
melenakan aku kepada memikirkan indonesia
toh aku hanyalah penyair cinta
dan urusan mendengarkan suaramu
adalah kewajibanku atas cinta
aku akan selalu memasukkan suaramu
ke dalam telinga hatiku
tidak akan kucatat lagi lobanglobang jalan raya
tidak akan kulupakan lagi suarasuaramu yang
mampu menjadikan aku airmata
menutupi lobanglobang jalan raya indonesia
MATA COKELAT
apa bedanya sebatang
cokelat dengan
sepasang matamu yang
cokelat?
mengerjap-ngerjap
menerbitkan selera
matahari lelaki yang
memandang penuh
sedap, yang
panasnya tak ingin
lelehkan mata cokelat itu
hingga ngalirkan hati
menjadi
kecokelatan, keruh
seperti sungai, sayang
tersebab, lebih lezat
mata cokelat itu
menjelma permen,
memaniskan rasa
kau aku yang tidak
rosa
untuk menolak
derasnya rindu
jangan katakan,
cemburumu adalah
ketidaknormalan yang
kelabu
lantaran jiwa wanita
hanyalah
tahu bahwa lelaki itu
adalah kebaikan
dan kebaikan tidaklah
membutuhkan wajah
tersebab hati per
-empuan telah
leleh bagai mata
cokelatmu yang
kini mencair airmata,
tetapi …..
tidak untuk yang
bernama kesedihan
airmata dan mataair
begitu tipis beda
beningnya
tetapi yang aku tahu:
mata, cokelatmu
antara mengeras bagai
batang
dan mencair bagai air
keduanya telah
memenuhi
ruang waktu kekasih
yang hilang batas, lantas?
apa bedanya sebatang
cokelat dengan
sepasang matamu yang
cokelat?
mengerjap-ngerjap
panasnya matahari
lelaki
berpijar melelehlah
seluruh diri
yogyakarta, 31 oktober 2016
PUTERI
kau aku dipertemukan oleh hujan
dan di dalam hujan kau aku sama terpesona
irama yang dinyanyikan masakecil
berlarian, bertelanjang diri
seperti kau aku kini yang
bertelanjang hati
saling membuka untuk
aroma bunga dan katakata
saling menutup diri untuk
aurat dan suratsurat
kamu selalu terbangun di tengah malam
di tengah hujan
kakimu mencari kakiku
kakimu seperti akarakar pohonan yang
mencari air
dan dada serta ketiakku adalah goa yang
memberi kehangatan dan keabadian
aku tidak tahu mengapa aroma dan
keasingan yang
menyesatkan kamu
menyusuri peta tubuhku?
seperti di dalam hujan
di dalam dirimu
aku kembali terjatuh
merintikkan rintih dan perih
kalau sudah begini
kau aku terangterang tidak mau
hujan berubah terang
yogyakarta, 17
desember 2016
SETIAP CINTA
setiap cinta, ada ujiannya
aku masalahnya
engkau jawabannya
tersebab aku di dalam dirimu
bagaimana mungkin
setiap masalah
keluar dari jawabanmu?
meninggi ataukah merendah
namaku
tidak akan bisa luput
dari sebutanmu
tetapi aku tidak kuasa
untuk tidak menggumamkan
namamu
janganlah hentikan aku
untuk mewakili hatinuraniku
yogyakarta, 21 april 2019
CEMBURU
Dibuatnya oleh
kekasih
seluruh hariku
adalah perjalanan
Dibuatnya oleh
kekasih
semua rumahku
cumalah penginapan
Dibuatnya oleh
kekasih
anakanakku
kedatangan dan kepergian
Dibuatnya oleh
kekasih
harubiru rindu
dan cinta
berujung pada
jumpa dan kecewa
tersebab tak
bisa berlamalama
Dibuatnya oleh
kekasih
segala
perhatian duniaku hanya
memandang
wajahnya
yogyakarta, 13 oktober 2019
SIHIR SYAIR
Pekerjaanku yang paling ia cintai ialah ketika aku menjadi penyair. Yang karena
katakataku, maka ia bisa tibatiba berhenti dari rasa sakit gigi di pagi hari. Ia
kenyang tanpa harus makan siang. Senja terasa bermain warna di matanya, yang
bila malam keluasan langit menjelma berjuta kejora.
Pekerjaanku yang paling menggubah wajahnya lagu cemas penuh selidik ialah di
saat aku penyair. Yang tersebab oleh sihir syair, maka ia menginginkan seluruh
taman di dunia ini miliknya cuma. Ia bangun sebuah kastil di mana kamarnya
hanya ada satu. Seluruh wanita ia titahkan membantunya, Sang Ratu, sekaligus
sebagai pendengar dari 1001 Malam dongeng cinta ia kepada pangerannya,
seorang penyair.
Yogyakarta, 24 Maret 2020
PUISI CINTA
seorang anak bertanya, “mengapa
sudah lama ayah tak menulis saja
puisipuisi cinta? karena auranya
siapa yang membaca bisa bahagia”
mamanya bertanya, “mengapa
begitu lama ayah tak mengakhiri saja
puisipuisi cinta? karena aromanya
siapa yang menghirupnya bisa gila!”
puisi cinta bertanya, “mengapa
terlalu lama aku cuma ditulis saja di
antara
prasangka hurufhuruf? padahal siapa
apa yang ditulis terbaca jiwa pencinta”
“aduhai, betapa bahagia menjelma
menjadi mama oh lala …..
semua dan segala kata manusia
di bawah tahta indah kakinya”
corona, yogyakarta, 21 mei 2020
PENYAIR CINTA
menjelang ulangtahun kekasih
seorang penyair diwajibkan membaca sajaknya
seorang penyair diharuskan memberi bunga
seorang penyair terancam untuk mengatakan
“cinta”
padahal tanpa segala yang
berurusan dengan cinta
detikdetiknya serasa bomwaktu yang
setiap saat ia akan diledakkan oleh
sajak, bunga, dan cinta
tetapi seorang penyair sering
tahu namun tidak tahu
tidak tahu tetapi tahu
hingga ia justru tabah, pasrah
ketika sang kekasih mengancamnya
dengan pisau beracun cinta
“kamu tidak kreatif dalam mencintaiku
bukankah kamu seorang penyair yang
aduhai dalam berbahasa
dan merayu wanita?”
menjelang ulangtahun kekasih
seorang penyair sibuk membaca skenario
bagaimana ia harus memberikan bunga
di tengah keramaian
ia wajib membaca sajak dan menyatakan
“aku cinta… aku cinta…”
sedang belakangan ini
sajaksajak dan cinta telah sekarat
dari hati yang berkarat
yogyakarta, juni 2020
Tentang Penulis
Abdul Wachid B.S., lahir 7 Oktober 1966 di Bluluk, Lamongan, Jawa Timur. Wachid lulus
Sarjana Sastra dan Magister Humaniora di UGM, dan menjadi dosen di Universitas Islam
Negeri (UIN) Prof. K. H. Saifuddin Zuhri, Purwokerto. Abdul Wachid B.S. lulus Doktor
Pendidikan Bahasa Indonesia di Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta (15/1/2019).
Buku terbaru karyanya : Kumpulan Sajak Nun (2018), Bunga Rampai Esai Sastra
Pencerahan (2019), Dimensi Profetik dalam Puisi Gus Mus: Keindahan Islam dan
Keindonesiaan (2020), Kumpulan Sajak Biyanglala (2020), Kumpulan Sajak Jalan Malam
(2021).