DIA YANG MAHA
MENYEMBUHKAN
Karya Umar Faruq
ini berukuran 280 x 120 cm, cat akrilik, tanah pada kanvas, diproduksi pada
2021. Memiliki kecenderungan gaya abstrak dekoratif, citra tanda yang
dimunculkan bersifat simbolis. Umar Faruq dalam karya ini mengangkat persoalan
nilai-nilai ayat Al-Qur’an, ayat tersebut pada daerah Umar Faruq dipakai oleh
kiai sebagai obat. Center of interest dalam lukisan berjudul “Dia Yang
Maha Menyembuhkan” ini terdapat pada abstraksi bentuk kaki dan tangan, hal ini
ditekankan sebab pada ritual pengobatan, rajah ditulis pada jempol kaki dan
tangan.
Jika
diperhatikan, Umar Faruq menggunakan banyak teknik seperti teknik aquarel,
spray, dry brush dan dilukiskan pada kanvas, didukung oleh cat akrilik, tanah
dan pylox. Background menggunakan bidang blok merah keunguan dan hitam.
Abstraksi kaki dan tangan dalam karya ini digambarkan memanjang seukuran kanvas,
280 cm. bagian tersebut kemudian diseimbangkan dengan bidang kotak di bagian
kiri bawah dengan warna yang sama. Sementara itu, pada bidang blok background
terdapat coretan spontanitas berbentuk abstraksi kaki, huruf, lingkaran, titik
dan garis berwarna kuning kecoklatan, coretan tersebut digunakan untuk mengisi
ruang background. Upaya mengisi ruang tersebut dipertajam melalui sentuhan
pylox berwarna biru muda.
Ekspresi lukisan
yang digambarkan Umar Faruq merupakan refleksi spiritualnya. Penekanan karya
Umar Faruq lebih kepada teks-teks Al-Qur’an dan tradisi. Konsep living Qur’an
dalam lukisan Umar Faruq merupakan peristiwa sosial yakni ditandai dengan
lahirnya tradisi, yang aspek penerapannya ditekankan pada teks-teks Al-Qur’an.
Penerapan tersebut kemudian menjadi tradisi yang dipakai dalam kehidupan
sehari-hari. Secara sederhana, barangkali dapat dikatakan bahwa konsep tersebut
berupa teks Al-Qur’an yang hidup dalam masyarakat.
Karya Umar Faruq
menjadi menarik, karena selain refleksi kesadaran kultural Umar Faruq, karya
ini merupakan resepsi estetis terhadap Al-Qur’an, berupa menerima, merespon,
memanfaatkan. Sementara itu, fenomena yang diambil oleh Umar Faruq merupakan
permasalahan yang mengandung nilai luhur eksistensi ayat Al-Qur’an yang hidup
dalam masyarakat. Sebagaimana tradisi pengobatan yang dipakai kiai, yang
kemudian diangkat oleh Umar Faruq sebagai tema sentrum dalam lukisan ini.
(Efen Nurfiana)
Tentang Pelukis
Umar
Faruq. Merupakan seniman berkelahiran 1996,
Purworejo, Indonesia. Faruq mengenyam pendidikannya di Institut Seni Indonesia
Yogayakarta. Dalam dunia seni, ia banyak mengantongi penghargaan di antaranya Juara
3 Seni Lukis Kaligrafi (POSPEDA) tingkat Provinsi di Semarang 2013; Juara 2
Kaligrafi Contemporer (POSPEDA) tingkat Provinsi Jawa Tengah di Semarang; Juara
1 Pekan Seni Antar Pondok Pesantren di Purworejo; Penghargaan Masyarakat
Berprestasi dari Bupati Purworejo; Juara 1 Kaligrafi Contemporer (AKSIOMA)
tingkat Provinsi Jawa Tengah di Solo; Harapan Satu Kaligrafi Contemporer
(AKSIOMA) tingkat Nasional di Malang 2014; Penghargaan Masyarakat Berprestasi
dari Bupati Purworejo; Juara 3 Kaligrafi tingkat SMA/MA/SMK se-JATENG & DIY;
Juara 1 Sketsa DIES NATALIS UGM ke 33 tingkat Mahasiswa di Pasca Sarjana UGM; 10
Karya Terbaik Pameran Angkatan Seni Lukis 2015 Dasar di ISI Yogyakarta 2018; Juara
1 Lomba Melukis tingkat umum se-Kabupaten Purworejo di Kodim 0708; Penghargaan
Pesrta Pameran [Re]Kreasi Garis di Galeri Nasional Indonesia; Penghargaan
Peserta Melukis “BARI TITIK NOL” Dari Museum Basoeki Abdullah di
Yogyakarta; Juara 1 Kaligrafi Kontemporer Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ)
Tingkat Provinsi Jawa Tengah; Penghargaan Peserta Musabaqah Tilawatil Qur’an Tingkat
Nasional XXVII di Provinsi Sumatra Utara 2019; Juara 3 Lomba Mural KPU Jateng
di Taman Budaya Raden Saleh Semarang; Juara 2 Cabang Khatthil Qur’an
Kontemporer Putra Musabaqoh Tilawatil Qur’an Mahasiswa Nasional (MTQMN),
Darussalam Banda Aceh; Juara 1 Kaligrafi Kontemporer Musabaqah Tilawatil Qur’an
(MTQ) tingkat Kota Yogyakarta 2021; Juara 3 Mural POLRES Purworejo. Faruq aktif
menggeluti dunia seni hingga saat ini.