BUNGA BAKUNG LILI
Karya Manu Aji
ini berukuran 40 x 60 cm, menggunakan cat minyak, kanvas, 2015. Benar, lukisan
berjudul Bunga Bakung Lili ini dibuat oleh seorang laki-laki. Ketika
biasanya lukisan bunga identik dibuat oleh perempuan, tidak menutup kemungkinan
lukisan dengan corak seperti ini mampu dibuat oleh seorang laki-laki. Ketika
dilihat dari jenisnya, bunga bakung atau yang lebih akrab disebut dengan bunga
lily ini merupakan bagian dari genus Lilium
dari famili Liliaceae. Genus Lilium
terdiri sebanyak 80 hingga 100 spesies yang menyebar di berbagai belahan dunia.
Mari kita lihat
sekilas, warna dari bunga lily karya Manu Aji justru cenderung kekuningan.
Tetapi ketika kita mengambil langkah lebih dekat dan cermat. Justru Manu Aji
tidak kemudian meninggalkan warna putih di dalam karyanya. Elemen dari warna
putih tersebut masihlah menyelimuti bunga dengan lekat. Dilihat dari segi
mitologi Yunani, komponen warna pada bunga lily memiliki artinya, misalkan saja
warna putih yang diidentikkan dengan kesucian, ketulusan perasaan.
Bunga lily warna
pink melambangkan rasa cinta dan kekaguman, sering digunakan untuk
mengungkapkan perasaan cinta. Selain itu bunga lily warna pink juga membawa
banyak unsur feminitas. Bunga lily merah melambangkan kemakmuran dan kekayaan,
kerap digunakan sebagai buket pada acara pembukaan usaha. Lebih dari itu, bunga
lily merah juga diartikan sebagai harapan yang mengarahkan dirinya pada
kejayaan bisnis, kekuatan dan memiliki gairah energi yang cukup besar.
Bunga lily hijau
menyimbolkan harapan dan keberuntungan hidup, dapat pula diartikan kehidupan.
Berbeda dengan bunga lily hijau, bunga lily orange memiliki arti yang cenderung
negatif, memiliki makna kecemburuan, kesombongan dan kebencian. Sekalipun warna
orange memiliki makna yang optimis, semangat dan hal-hal ceria, ketika
diterapkan pada bunga lily justru sebaliknya. Sedangkan bunga lily ungu
menyiratkan kesuksesan, perasaan bangga, rasa hormat dan harga diri.
Lalu bagaimana
dengan bunga lily berwarna kuning yang juga dilukis oleh Manu Aji? Bunga ini
melambangkan kebahagiaan dan rasa senang. Kesan ceria yang dilahirkan oleh
kecerahan warna kuning menghadirkan kebahagiaan yang khusus, selayaknya anak
kecil yang mendapat mainan baru. Namun, bunga lily kuning yang jumlahnya
melebihi 10 tangkai akan memberi makna kepalsuan.
Masyarakat kita
mengidentifikasi bunga lekat dengan feminitas. Begitupun gambaran yang dibuat
oleh Manu Aji, karya bunga lily yang ia ciptakan dekat dengan unsur perempuan. Terdapatnya
warna merah, hitam, biru, kuning dan putih menjadi pencampuran domain warna
yang pada dasarnya tidak menyatu. Ketika hal ini digariskan pada kehidupan,
warna-warna itu dapat pula dimaknai dengan berbagai aspek kehidupan,
baik-buruk, tajam-lembut, sedih-ceria, kasih sayang-amarah dan hal-hal lain.
Warna kuat seperti merah dan hitam menjadi dasar kehidupan yang mempertegas
perseteruan atas ketidakmampuan warna tersebut menyatu.
Warna kuning
yang dihadirkan dengan polesan warna putih saya maknai sebagai perempuan, dasar
ini dipertajam dengan arti warna kuning dan putih pada bunga lily, yang mana
membawa unsur kesucian dan keceriaan. Mengapa saya mengatakan bahwa gambaran
ini digunakan sebagai perempuan? Sebab sebagaimana ditinjau melalui
etimonologi, dalam konsepsi melayu perempuan memiliki kata dasar “empu” yang
diartikan sebagai seseorang yang sangat dimuliakan. Diawali “per” dan diakhiri
“an” sebagai akhiran, dipakai untuk mengidentifikasi jenis kelamin: perempuan,
yang kemudian dihadapkan dengan laki-laki. Kemuliaan itu sendiri menggandeng
sifat kesucian dan kebahagiaan. Sedangkan vas bunga itu sendiri dapat dikatakan
sebagai wadah atas dunia keperempuanan, yang tidak dimiliki laki-laki. Dapat
pula diartikan sebagai wadah dari kehidupan itu sendiri.
Menggambarkan
kehidupan dengan sebuah warna, atau bahkan menggandeng unsur bunga sebagai
penjabaran dari simbolisme feminin menjadi gaya yang kerap ditemui dalam seni.
Tetapi mempersembahkan unsur feminin tersebut sebagai pengabdian terhadap
perempuan menjadi point yang perlu untuk diteruskan. Itulah yang
dilakukan oleh Manu Aji sebagai seniman.
(Efen Nurfiana)
Tentang Pelukis
Tegal, 1983. Manu Aji aktif dalam
kegiatan seni rupa UNJ sejak 2001 sampai sekarang. Beberapa kegiatan seni yang
pernah diikuti di antaranya pameran Sketsa bersama 2001; pameran Kresek #2 pada
2004; pameran Maximal, 2009; pameran bersama Sanggar Putik pada tahun 2010,
2011, 2013, 2015, 2016, 2019, 2021, 2022; pameran The Power of Art pada
2016; pameran Gongxi Facau pada 2018; pameran Gregah pada 2022.