Kirim Karya

SKSP Book Store
No Result
View All Result
  • Esai
    • Esai
    • Esai Terjemahan
  • Puisi
    • Puisi
    • Puisi Terjemahan
  • Cerpen
  • Gurit
  • Galeri
  • Katalog Buku
    • Info Buku
    • Beli Buku
  • Tentang Redaksi
  • Kerjasama Korea Selatan
  • Esai
    • Esai
    • Esai Terjemahan
  • Puisi
    • Puisi
    • Puisi Terjemahan
  • Cerpen
  • Gurit
  • Galeri
  • Katalog Buku
    • Info Buku
    • Beli Buku
  • Tentang Redaksi
  • Kerjasama Korea Selatan
No Result
View All Result
SKSP Book Store
No Result
View All Result
Home Puisi

Puisi – Puisi H.M. Nasruddin Anshoriy Ch.

Admin by Admin
2 Juli 2024
0
Puisi – Puisi H.M. Nasruddin Anshoriy Ch.
Share on TelegramShare on WhatsappShare on Twitter



KARTINI MENGAJI

 

Kartini mengaji
dan mengeja kitab-kitab tua Ibu Pertiwi

Sejarah yang
lumpuh diterkam penjajah

Literasi yang
sunyi dalam pelukan monarki

 

Terik siang hari
di Kota Jepara

Dalam dinding
kayu jati berukir indah Ndalem Bupati

Kartini mengaca
diri di ruang gelap

Membaca jejak
jelaga kaumnya yang tak setara

 

Dengan arang
hitam di tangannya

Kartini melukis
sinar rembulan

Menulis batu
karang di pasir pantai

 

Sekuat tenaga ia
menyibak ombak

Menggali aksara
di kegelapan hati

Lalu ia karang sebait
puisi

Pada nasib yang
timpang di negeri sendiri

 

Dengan kata-kata
Kartini mengaca diri

Dengan
surat-suratnya Kartini ingin setara

Dalam deburan doa
Kartini memanjat terang-benderang dunia

 

Gus Nas Jogja, 21
April 2023



 

JANJI IDUL FITRI

Tak perlu
kata-kata untuk mengucapkan puisi ini

Apalah arti spasi
dan alenia jika diksi telah menetas dari telur emas Idul Fitri

 

Tanpa titik
ataukah koma

Kemenangan ini
telah kutakbirkan dari cinta yang meledak di dada

 

Tuhanku

Janjiku di Idul
Fitri ini telah tertulis di kamus rindu

Sesalku atas
gelimang dosa di masa lalu

Telah kutambatkan
pada Pilar Agung AmpunanMu

Kutamatkan pada
Puncak Attahiyatku

 

Jika imanku
hanyalah sebiji zarrah

AmpunanMu tak
terbatas bermilyar cakrawala

Jika dosaku
bergunung-gunung besarnya

Rahmat dan
maghfirahMu akan menyapu dalam sekedipan mata

 

Hari ini kugali
takbir rinduku hingga kutemukan akarnya

Dalam Maha Agung
CintaMu

Kuminum madu dari
saripati manisnya

  

Gus Nas Jogja, 1 Syawal 1444 Hijrah

MENCINTAI IDUL FITRI

Ramadlan sudah
terbang menjauh

Tapi puasa tetap
dalam pelukanku

Itulah caraku
mencintai Idul Fitri

 

Disaksikan Hilal
di atas ufuk

Ramadlan pamit
padaku

Aku terpana dan
menjawabnya dengan berlinang air mata

 

Di bening cahaya

Dalam sejuk
tadarus Kalam Suci

Puasa berjanji
tak akan kemana

Menemani jiwaku
yang memesrai fakir-miskin

Berumah dalam
Mihrab Puisi

 

Sepucuk Idul
Fitri

Menyalakan bulan
sabit di ulu hati

Akan kujaga ia

Dengan cinta

Agar
terang-benderang menggandengku

Melayari semesta

Melayani
yatim-piatu dandan  kaum dzuafa

 

Gus Nas Jogja, 2
Syawal 1444 Hijrah



 

IJINKAN AKU
MENCINTAI NEGERI INI

 

Berdiri gagah di
Bulan Mei

Jiwa dan raga ini
menengadah ke langit suci

Berpeluk
merah-putih dalam kibaran nurani

 

Mei menyapa

Dalam doa jutaan
buruh di Tanah Persada

Melantangkan
suara keadilan yang diredam oleh pidato dan raung sirine

Pekik kesetaraan
yang dibisukan oleh hiruk-pikuk parpol berkoalisi

 

Dalam amuk panas
gelombang mendidih di ubun-ubun

Aspal jalanan
meleleh di alas kaki

Aku menyaksikan
kue kesejahteraan di negeri ini di santap habis oleh keserakahan oligarki

 

Sementara
kekuasaan sibuk menggergaji pohon-pohon liar birokrasi

Para koruptor
seperti tupai meloncat lincah ke kanan-kiri untuk mencuri dari pundi ke pundi

Sedangkan
buruh-buruh kasar di kota-kota besar hanya bisa menjilat-jilat sisa-sisa tulang
pembangunan sepanjang hari

 

Bertanya pada
Sang Proklamator

Haruskah keringat
mereka menjelma banjir bah yang akan menenggelamkan  pabrik-pabrik hamparan mall dan megahnya
plaza?

Akankah Marsinah
bangkit dari kuburnya untuk menyalakan api bagi para perempuan pekerja yang
kesuciannya direnggut oleh para mandor hingga punah harga dirinya?

 

Mei menyapa

Kali ini oleh
suara gemetar Ki Hadjar Dewantara

Hari Pendidikan
yang dirayakan setengah hati

Merdeka Belajar
yang ditenggelamkan oleh banjir bandang birokrasi

Tamansiswa
meratap-ratap sunyi dari hari ke hari

 

Pendidikan usia
dini yang seharusnya bermatra pada kodrat alam

Hari ini telah
kehilangan kaki

Anak-anak yang
seharusnya bersenyawa dengan Tanah dan Air

Hari ini
diasingkan di menara gading dalam Dunia Maya

 

Pendidikan yang
Salah Asah

Pendidikan yang
Salah Asih

Pendidikan yang
Salah Asuh

Akan melahirkan
generasi comberan di negeri ini

 

Pendidikan yang
tercerabut dari akar Panca Dharma

Hanya menampilkan
kecerdasan semu

Tak membuahkan
Akhlakul Karimah

Tak melahirkan
Generasi Bermutu

 

Merdeka Belajar
yang hanya takjub pada pendidikan Barat

Tapi
kering-kerontang dengan Kearifan Timur

Hanya
menghasilkan setengah manusia

Selebihnya robot tanpa
nurani

 

Pendidikan masa
kini dan masa depan di negeri ini

Membutuhkan puisi

Ruang belajar
bernama diksi

Pantun dan
Gurindam peredam nyeri

 

Mei menyapa

Kebudayaan sudah
saatnya menjadi Panglima

Budaya Nusantara
rumah kita bersama

Bukan Budaya
Asing

Tapi Budaya
Akal-budi yang elok permai dan tak habis-habis menginspirasi

 

Berdiri tegak di
Bulan Mei

Hatimu dan hatiku
menunduk menghunjam ke bumi

Bermarwah burung
Garuda di dada

Bersumpah tulus
di kedalaman hati

Kebangsaan adalah
Pilar Agung bagi Ibu Pertiwi

 

Tuhanku

Ijinkan aku
mencintai negeri ini

Seindah teratai

Sebiru lazuardi

di Tamansari

 

Gus Nas Jogja, 1 Mei 2023

 
 

Riwayat Penyair

H.M. NASRUDDIN ANSHORIY CH. atau biasa dipanggil Gus Nas mulai menulis puisi sejak masih SMP pada tahun 1979. Tahun 1983, puisinya yang mengritik Orde Baru sempat membuat heboh Indonesia dan melibatkan Emha Ainun Nadjib, H.B. Jassin, Mochtar Lubis, W.S. Rendra dan Sapardi Djoko Damono menulis komentarnya di berbagai koran nasional. Tahun 1984 mendirikan Lingkaran Sastra Pesantren dan Teater Sakral di Pesantren Tebuireng, Jombang. Pada tahun itu pula tulisannya berupa puisi, esai dan kolom mulai menghiasi halaman berbagai koran dan majalah nasional, seperti Horison, Prisma, Kompas, Sinar Harapan dan lainnya.

Tahun 1987 menjadi Pembicara di Forum Puisi Indonesia di TIM dan Pembicara di Third’s South East Asian Writers Conference di National University of Singapore. Tahun 1991 puisinya berjudul Midnight Man terpilih sebagai puisi terbaik dalam New Voice of Asia dan dimuat di Majalah Solidarity, Philippines. Tahun 1995 meraih penghargaan sebagai penulis puisi terbaik versi pemirsa dalam rangka 50 Tahun Indonesia Merdeka yang diselenggarakan oleh ANTV dan Harian Republika.

Menulis sejumlah buku, antara lain berjudul Berjuang dari Pinggir (LP3ES Jakarta), Kearifan Lingkungan Budaya Jawa (Obor Indonesia), Strategi Kebudayaan (Unibraw Press Malang), Bangsa Gagal (LKiS). Pernah menjadi peneliti sosial-budaya di LP3ES, P3M, dan peneliti lepas di LIPI; menjadi konsultan manajemen; menjadi Produser sejumlah film bersama Deddy Mizwar. Tahun 2008 menggagas dan mendeklarasikan berdirinya Desa Kebangsaan di kawasan Pegunungan Sewu bersama sejumlah tokoh nasional. Tahun 2013 menjadi Pembicara Kunci pada World Culture Forum yang diselenggarakan Kemendikbud dan UNESCO di Bali.

 
Admin

Admin

SKSP

POPULER

Puisi – Puisi Quinta Sabrina

Puisi – Puisi Quinta Sabrina

2 Juli 2024

Tentang Redaksi

11 Juli 2024
Puisi – Puisi Tania Rahayu

Puisi – Puisi Tania Rahayu

2 Juli 2024
Puisi-puisi Rifqi Septian Dewantara

Puisi-puisi Rifqi Septian Dewantara

15 November 2024
  • Disclaimer
  • Kebijakan & Privasi
  • Kerjasama Korea Selatan

© 2024 SKSP - All Rights Reserved.

No Result
View All Result
  • Esai
    • Esai
    • Esai Terjemahan
  • Puisi
    • Puisi
    • Puisi Terjemahan
  • Cerpen
  • Gurit
  • Galeri
  • Katalog Buku
    • Info Buku
    • Beli Buku
  • Tentang Redaksi
  • Kerjasama Korea Selatan

© 2024 SKSP - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In