Kau, dan Yogya
Kau, dan Yogya
Adalah sepasang sendok garpu
Yang berpagut menyuap
Indomie dan telur
Hangat dan nikmat
Dalam kasih yang melekat
Kau, dan Yogya
Adalah rumah kucing-kucing
Yang melambai dan enggan bergeming
Di keheningan jalan Damai
Menghampiri kecemasan
Yang terserap oleh
Dinding-dinding retak itu
Kau, dan Yogya
Adalah hembusan napas dan detak jantung
Yang berkejaran tanpa henti
Menyiapkan perjalanan panjang,
Dalam sepiring nasi dan gulai
Yang kita habiskan bersama
Kau, dan Yogya
Adalah rencana-rencana tertunda
Yang rajin mendapat maaf
Dari sela-sela kekecewaan
Melebur ke dalam janji
Yang berhasil disepakati lagi
Kau, dan Yogya
Adalah tempat
Untukku berlama-lama
membagikan igauan
dukacita
Purwokerto, 11 Oktober 2023
Girpasang
Sepasang merpati melintasi
lekak-lekuk jalanan
nun jauh dari jantung kota
menyusuri padang ilalang
menyeberangi jembatan awang-awang
bergerak menembus bukit-bukit kapur
sayap-sayap menggantung
pada dinding-dinding kumulus
yang sebentar lagi akan tumpah ruah
mengguyur Girpasang
lembah yang bersimpuh di
hadapan Merapi
Di sana,
pasang-pasang mata
berpagut tak lekang oleh
amarah terpendam gunung api
yang menatap lembut Girpasang
sembari mengamini
doa-doa yang saling mengasihi
Jari-jemari menyatu
sesekali melambai
memanggil merpati yang
beterbangan di atas angannya
sesekali memeluk
menafakuri kehangatan
terkungkung dalam tubuh-tubuh renta
yang enggan menyegerakan diri
mengikat janji suci
di hadapan Merapi
Yogyakarta, 9 Juli 2023
Balkon 88
Ia berjalan dengan berat
Menyeret tubuhnya mendekat
Pada balkon berhias ‘mimpi’
Menyapa tetangga yang telah berdasi
Melongok teman lama yang telah beristana
Mendengar kabar sepupu-sepupu yang tak lagi menjadi benalu
Ia melihat bayangan dirinya
Dalam pantulan kaca
Balkon 88
Matanya menatap nanar
Memandang seada-adanya
Menerima seutuh-utuhnya
Seorang anak kecil yang menjaga diri
Dari rasa ingin mati
Bersusah payah memasang tali
Sepatunya yang hampir basi
Termakan habis oleh ekspektasi
Jember, 10 Oktober 2023
Merpati Bakauheni
Merpati Bakauheni,
Terdengar kepaknya hingga
Keramaian Pelabuhan Merak
Menarik perhatian para pejalan
Tuk menyegerakan diri
Berpijak pada debu-debu Andalas
Meninggalkan Pulau Padi
Yang tak ingin dihampiri lagi
Merpati Bakauheni
Mengusik ketenangan diri,
Dengan kabar baik-tak baik
Yang terbawa dalam
Ribuan kepak sayapnya
Merayu lautan Selat Sunda
Membuai keraguan, ketakutan
Akankah kau aku
Kembali beradu
Memadu lagu?
Bakauheni, 23 September 2024
Telapak dan Setangkai Mawar
Kau dan aku,
adalah telapak dan setangkai mawar
yang mencari titik temu
dalam segenggam perjalanan panjang
tak ada yang salah dengan
bagaimana rupa
kelopak dan telapak
mereka sibuk melipat jarak
mengusir “kapan” yang terus mendesak
sesak.
Purwokerto, 3 November 2024
Riwayat Penyair
Suci Wulandari, lahir di Banyumas, 23 Mei 2000, mahasiswa Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini, UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri Purwokerto. Suci tergabung dalam komunitas Rumah Kreatif Wadas Kelir, menjadi tutor program Paket C PKBM Rumah Kreatif Wadas Kelir, tim desain, dan tim riset Rumah Kreatif Wadas Kelir. Suci juga tergabung dalam komunitas Sekolah Kepenulisan Sastra Peradaban, sebagai pengelola website dan toko buku LK Nura, aktif membantu kegiatan-kegiatan di Lembaga Kajian Nusantara Raya. Selain itu, Suci juga menyukai lukisan, puisi, dan musik. Beberapa karyanya bisa dikunjungi di: IG @nomadeenart, website sumurkeringkuuu.blogspot.com, dan telah terbit beberapa esai/ artikel di laman Badan Bahasa dan Prosiding Internasional serta Jurnal Terakreditasi. Motto hidup Suci adalah teruslah hidup dan beradaptasi dengan keadaan.