Kirim Karya

SKSP Book Store
No Result
View All Result
  • Esai
    • Esai
    • Esai Terjemahan
  • Puisi
    • Puisi
    • Puisi Terjemahan
  • Cerpen
  • Gurit
  • Galeri
  • Katalog Buku
    • Info Buku
    • Beli Buku
  • Tentang Redaksi
  • Kerjasama Korea Selatan
  • Esai
    • Esai
    • Esai Terjemahan
  • Puisi
    • Puisi
    • Puisi Terjemahan
  • Cerpen
  • Gurit
  • Galeri
  • Katalog Buku
    • Info Buku
    • Beli Buku
  • Tentang Redaksi
  • Kerjasama Korea Selatan
No Result
View All Result
SKSP Book Store
No Result
View All Result
Home Esai

Puisi Prosa: Langgengkah?

Admin by Admin
20 Agustus 2025
0
Puisi Prosa: Langgengkah?
Share on TelegramShare on WhatsappShare on Twitter

(Rudiana Ade Ginanjar)

Dalam puisi, pemadatan kata dan bentuk menyiratkan keniscayaan. Bahkan untuk jenis puisi lirik sekalipun. Dalam beragam muasal, puisi lirik tetap memakai sejenis pola. Periodisasi baris terukur secara teratur, rima memainkan efek bunyi yang tidak kalah menarik. Hanya saja, puisi yang bergejala prosa menawarkan sebuah perilaku penyimpangan.

Jika tidak mengarah pada suatu gaya yang teramat lazim bagi prosa, naratif, puisi tersebut mencari kekuatan pada tataran sintaksis, asosiasi, dan simbol. Metafora meleleh menjadi sebuah kostum kedodoran yang dikenakan sang penyair dengan tingkah aneh. Kita harus bersiteguh dengan pendirian situasi jiwa yang memadatkan (kondensasi) dan menyebarkan (dispersi) dari Rachmat Djoko Pradopo atas perbedaan kedua genre sastra tersebut. Jauh-jauh hari, kesusatraan Yunani klasik telah membedakannya berdasarkan tingkat keteraturan metrum melalui Aristoteles (384-322 SM). Apakah itu berarti puisi dan prosa akan bersitegang satu sama lain? Tidak. Hanya saja, perpaduan keduanya dalam kesusatraan kontemporer melahirkan jalan tengah dengan ciri-ciri yang saling tereduksi satu dari lainnya. Disebut apakah, prosa atau puisi, Sayap-Sayap Patah-nya Kahlil Gibran? Jika puisi tidak sanggup, tidak cukup memadai keinginan seorang penyair, dengan satu atau lain alasan, pilihan untuk meminjam kemampuan prosa yang lebih longgar untuk menuangkan ide puitiknya tidaklah cukup dianggap bijak. Seorang penyair mungkin lebih baik memilih puisi bebas. Sesuatu yang tidak lagi dibingungkan oleh sifat dan kriterianya. Puisi bebas dalam hal itu juga menjadi medan tarik-menarik yang menggoda bagi seorang penulis. Hanya mereka yang tahan dengan disiplin pembelajaran yang terbangun sejak awal akan bisa menjaga struktur.

Dalam Pandora (2018), Oka Rusmini telah berupaya cukup baik di tengah himpitan situasi guna mencapai tingkat estetika dari bahasa ungkap puisi yang perempuan itu kehendaki. Ironi lebih mudah dipahami melalui suatu kisah paparan. Membangun gaya prosa ke dalam puisi berarti melebarkan ide. Membuatnya tampak lebih telanjang. Oka lantas mesti mengakui bahwa sajak-sajak dalam Pandora terlihat gamang untuk meninggalkan kebiasaannya memakai ekspresi yang ringkas dan klandestin. Membaca “prosa” dalam kisah Oka itu membuat kita kikuk. Kita mengira tengah menjalankan misi dari suatu narasi tapi kata-kata tertahan oleh tautologi, alusi, dan diksi dalam tiap kalimatnya. Sebuah alinea “palsu” kemudian tersimpulkan oleh kemandirian kalimat-kalimat penyusunnya. Kita tidak akan pernah menjumpai kalimat seketat itu dalam sebuah cerita jenis apa saja. Terkadang, seakan menuliskan honji Tiongkok secara horizontal alih-alih vertikal.

Cukup melegakan bahwa gejala situasi jiwa yang menyebar (dispersi) pada puisi prosa (prose poem) tidak lantas jatuh pada kelonggaran ungkapan seperti yang terjumpai pada, misalnya, lirik-lirik lagu. Jika terjadi demikian, kita akan berutang malu dan kritik. Jika tidak, kita menyiasati dengan menciptakan satu ciri puitik yang kuat dalam prosa. Asosiasi kata digunakan oleh Sapardi Djoko Damono untuk tetap menjadikan jenis ceritanya sebagai sajak di samping penghematan. Teknik tersebut menyebabkan pembaca seolah berhadapan dengan cerita amat-pendek. Baru-baru ini kita mengenal sebuah istilah cerita pendek tiga paragraf (pentigraf) meski bukan hal itu yang saya maksudkan. Beberapa penyair mengawinkan kemudahan bercerita dengan ketepatan kata. Persilangan (hibrida). Bentuk yang terjadi bukan pada skala minor, kata, melainkan gaya. Tidak heran, selalu kita menemukan jejak yang lebih kentara dari salah satunya. Di samping kehendak pertama penulisnya, pembaca pada akhirnya turut menetapkan peran identifikasi. Bagaimana situasi peralihan itu terjadi pada diri penulis juga menjadi motif yang patut diselidiki. Apakah mood ataukah kreativitas yang mengarahkannya? Adakah niatan akan semangat pembaharuan? Seringnya, penulis-penulis cukup lihai untuk mengerjakan lebih dari satu bentuk tulisan sastrawi. Beberapa dari mereka bahkan menulis dalam cara yang sungguh lain ketika juga menulis esai atau kritik sastra. Keunggulan sebagai seorang versatile writer (penulis serbabisa) tersebut dalam banyak hal menjadi berkah. Jalan untuk membeberkan ide lebih terbuka, variatif pula. Tak pelak lagi, menjadi sumber pengalihan atas kejenuhan pada satu bidang kerja bisa sebagai motif.

Eksperimentasi penyair dengan bentuk dan gaya pengungkapan memberi jalan bagi kondisi tersebut. Beberapa menjadikannya sebagai ciri tetap yang mampu mempertahankan gaya prosa dalam keseluruhan sajak yang terhimpun di buku mereka. Saya telah memberi contoh pada Pandora. Selain itu kita mengenal mereka yang sesekali memakai puisi prosa: Irma Agryanti, Mario F. Lawi atau Goenawan Mohamad sendiri. Penyair simbolis Octavio Paz (1914-1998) juga menggunakan jenis kreativitas itu dalam beberapa sajaknya, semisal “Taman dan Bocah”. Mereka menyisipkan puisi prosa tersebut tapi tidak demikian halnya dengan Oka. Jarang yang sungguh ingin mencapai ciri khas itu dalam keseluruhan sajak di satu buku puisi. Peluang terbesar untuk “terjebak” dalam peralihan itu ada pada diri para penyair lirik. Aliran romantisisme yang kerap kali menggunakan baris mendayu-dayu juga akan lebih mudah tergelincir. Kahlil Gibran dalam hal ini adalah contohnya. Kini kita tidak leluasa menjabarkan ciri yang tepat bagi karya-karya lestari penyair Lebanon tersebut. Ketika Sapardi menyebut karya-karya Gibran sebagai salah satu bentuk kekuatan mistis bahasa, yang lain mengemasnya dalam kelompok sastra pop. Meski setiap orang tentu akan tetap asyik menyimak falsafah, tragedi, tuturan profetik hingga baris-baris aforismenya yang bijak. Semuanya itu terpadu dalam ciri romantik atas karya Kahlil Gibran. Ilmuwan sastra telah menginsyafi anomali ini, terutama yang dikeluhkan oleh kelompok penganut mahzab strukturalis. Sejenis genre sastra mungkin telah menemukan jalan baru. Sebuah metode yang bekerja secara sadar atau tergesa oleh kemendesakan situasi. Sebuah kelangkaan, kerja musiman atau keberhasilan eksperimen. Dari waktu ke waktu, puisi prosa kerap mengunjungi ruang-ruang dalam media literasi. Akankah fenomena itu terus terjadi?

Rujukan:

Rachmat Djoko Pradopo, Pengkajian Puisi (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2012).

Oka Rusmini, Pandora (Jakarta: Grasindo, 2018).

Sapardi Djoko Damono, Hujan Bulan Juni (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2015).  Kahlil Gibran, Sayap-Sayap Patah (Yogyakarta: Jejak, 2007).

RIWAYAT PENULIS

Rudiana Ade Ginanjar, lahir di Cilacap, 1985. Menulis puisi, esai, dan menerjemahkan. Karya-karyanya diterbitkan dalam media massa dan sejumlah buku, antara lain antologi tunggal Wanita dari Tarifa: Vol. II (2025). Bergabung dengan Komunitas Sastra “Kutub”, Yogyakarta. Pos-el: ginanjarpustaka@gmail.com, telp/WA 081-327-581-231. Mengelola media sosial Fb. “Rudiana Ade Ginanjar” dan blog “Ginanjar Pustaka”. Tinggal di Cilacap, Jawa Tengah.

Admin

Admin

SKSP

POPULER

Puisi – Puisi Quinta Sabrina

Puisi – Puisi Quinta Sabrina

2 Juli 2024

Tentang Redaksi

11 Juli 2024
Puisi – Puisi Tania Rahayu

Puisi – Puisi Tania Rahayu

2 Juli 2024
Puisi-puisi Rifqi Septian Dewantara

Puisi-puisi Rifqi Septian Dewantara

15 November 2024
  • Disclaimer
  • Kebijakan & Privasi
  • Kerjasama Korea Selatan

© 2024 SKSP - All Rights Reserved.

No Result
View All Result
  • Esai
    • Esai
    • Esai Terjemahan
  • Puisi
    • Puisi
    • Puisi Terjemahan
  • Cerpen
  • Gurit
  • Galeri
  • Katalog Buku
    • Info Buku
    • Beli Buku
  • Tentang Redaksi
  • Kerjasama Korea Selatan

© 2024 SKSP - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In