Sajak Jarum Pentul Kepada Pemiliknya
sungguh aku tak ingin dilepaskan dari kerudung
tergeletak di atas meja menyaksikanmu
diombang ambingkan nafsu
yang mengajak membunuh peringatan-peringatan-Nya
mulailah kau menjadikanku perekam paling dekat
pandangmu dan pandangnya yang
saling berkirim ribuan sajak
lalu gerai rambut dan
sentuhan tangan memulai menguasai hasrat
pada kisah akhirnya puisi tercium amis
dalam kamar kos yang baru digambarkan dalam ingatan
lalu mana mungkin Tuhan mendekat dan
mengabarkan semacam sabit di waktu rahasia
pada bentang mimpi
ingin kupinta waktu mengembalikan aku
pada gabus-gabus
lalu ketika dikenakan, tubuhku yang lancip ingin menancap
pada jari-jarinya yang lentik
An Najah, 11 Oktober 2015
Selembar Limapuluh Ribu
dibeli selembar lima puluh ribu
dengan bersantai di rumah
saban hari
sebab tetes airmu dianggap mengundang kematian
juga kasur tidak memberikan hibur
sejak mata relawan merekam gerak gerik
di halaman rumah
menghapus nama, wajah serta alamat rumahmu
sebab dengan cara itu, jiwamu
menemukan kemerdekaan
dari tangan ibu-ibu yang membeli sayurmu di pasar pagi
atau di pematang sawah setelah musim mengabarkan waktu panen
biarlah keringat meneteskan lelah
dan menemui percakapan yang menambah beban punggungmu
di sanalah kau ingin lagi menemukan
kasih sayang yang
kini menunggu dalam kenang
selembar lima puluh ribu masih menjadi hantu
bergentayangan di layar televisi
mewakili harga dirimu
dan masih membuatmu menunda menghirup aroma kebaikan pasar
sampai empat belas hari selesai merangkum kesepian
Purbalingga, April 2020
Gema Hadrah
di
antara kesunyian
kami
mulai memukul alat dengan nada yang
telah
ditimbang mengikuti tembang dan sholawat
dan
membiarkan suara yang saling mengindahkan
mengungkapkan
misinya
darbuka
nikmatilah
alunanku yang
menarik
matamu
diiringi
kentung dan kecrik
akan
aku jelaskan bahwa ada
kebahagiaan
di antara semesta yang
kau
lihat terluka
keprak
meski
kami kecil
dipukul
bertalu-talu
ada
kekuatan yang datang memberi salam
mengikuti
alunan nada
genjring
kami
berdelapan terbuat dari lumping
hanyalah
pengiring
suara
yang menjelaskan keindahan Tuhan
menyusup
dari gerakan tangan
yang
saling bersahutan
bedug
berhala
telah kami pukul sampai babak belur
dengan
suara yang keras
biarlah
hancur di dalam dada
sampai
tidak ada lagi waktu mengajari
memberi
luka pada diri
kami
melihat orang-orang bertepuk tangan
dan
menebar senyum bahagia
ketika
semua yang
menghalangi
kami menjadi manusia sejati
telah
hilang dimakan waktu
Rajawana,
2020
Tulang Rusuk Daun
Nangka
aku
melihatmu, Re
sedang
memasukan hidupmu pada tulang rusuk daun nangka
daun
simetris di kanan kirinya dan kekar
biasa
kulihat di samping rumahmu
cintamu
pada tuhan dipasang lurus dari pangkal hingga pucuk daun
lalu
pada tulang rusuk pertama
kau
masukan tubuhmu yang bekerja sepenuh doa
tulang
selanjutnya bersedekah kepada orang yang
kalah
dengan diri dan takdir
di
atasnya menghidupkan cinta di hati gelisah dan
sisanya,
pada tulang kecil dekat pucuk untuk
menabung
dan membeli barang mewah
daunmu
sungguh indah Re
meski
ada tulang-tulang kecil yang
tumbuh
dan menguat tidak mengikuti harapanmu
Rajawana,
Oktober 2020
Apakah Aku Sudah
Sembahyang
apakah aku sudah
sembahyang
dengan benar ?
aku berdiri dengan hutang
dan keributan dari meja rapat
surat yang kubaca terasa
begitu panjang
lalu takbirotul ikhromku
dikerumuni teriakan
orang-orang meminta kedamaian
kurasa pohon kelapa
belakang rumah lebih indah sembahyangnya
;berdiri seumur hidup
apakah aku sudah
sembahyang dengan benar ?
di dalam ruku,
berkeliaran bebanku yang
bertambah berat di kepala
juga persendianku
sebab orang-orang yang
lidahnya meminta kemerdekaan
belum kupenuhi hasratnya
dan semakin meronta di
dalam lututku
dalam hal ini, aku harus
mengaku kalah dengan
kerbau milik tetanggaku
yang
terus ruku dalam hidupnya
ruku saat mencari makan
dan
menemukan hasrat
kebinatangan
tanpa mengeluhkan tubuh
apakah aku sudah
sembahyang dengan benar ?
ketika yang kusujudkan di
atas sajadah adalah dunia
dan meminta melepas diri
dari kewajiban
padahal orang di rumah
menanti sebungkus roti bakar
atau martabak saat malam
menjelang
sebagai penebus rindu
mereka yang beribadah
seperti batu
diam dan tenang sebagai
pondasi sebuah rumah
merawat usiaku dengan doa
apakah aku sudah
sembahyang dengan benar ?
Rajawana, 2020
Bahan Dasar Airmata
sesobek kertas masih
tergeletak di atas meja
menyimpan sekian
airmataku
airmataku terbuat dari
luka tubuh yang kadang lupa berdzikir
padahal kasih sayang
terus saja berdatangan dari tanah yang basah
juga lisan yang penuh
rahmah
kadang terbuat dari akal
yang berhenti berpikir
Padahal dari sanalah
banyak kebenaran berdatangan
seperti rombongan orang
mengantri kuota gratisan
hati penuh kibr
padahal tanah telah
memberikan teladan agar
menjadi rendah hati meski
mampu menumbuhkan
beraneka tanaman
kadang terbuat dari laku
sangat kikir
sebab cahaya terhalang
kelopak mata
dalam tidur yang terlalu
panjang
mungkin aku butuh sesobek
kertas lagi
menuliskan resep yang
dibisikkan diriku sendiri untuk
menyembuhkan lukaku
Rajawana, 2020
Wajahku
aku berhenti di pintu
masjid
sebab kata-kata yang
beterbangan seperti debu
mencuri keramahan di
wajahku
sementara tidak ada
cermin menempel di tembok
aku hanya ingin tahu
apakah wajahku
seperti orang-orang yang bekerja
dikantoran
atau orang pinggiran
dengan pakaian penuh debu dan
beberapa bagiannya
berlubang
lalu pikirannya
kehilangan jalan pulang
aku tidak menahu kapan
mataku mulai buta
melihat wajahku di dalam
hati
tapi bukan itu yang perlu
diperdebatkan
sebab yang paling penting
aku menemukan
orang yang sudah ditugasi
membawakan kabar gembira
menjelaskan rupa wajahku
yang
saat ini belum kukenali
sebelum masuk masjid
menjadi tamuNya
Rajawana, 2020
Tentang Penulis
Irna Novia Damayanti,
lahir di Purbalingga 14 September 1992, beralamat di desa Rajawana Rt 19/07 Kecamatan Karangmoncol Kabupaten Purbalingga Jawa Tengah. Peraih penghargaan “Penulis Aktif Media” tingkat mahasiswa PTAIN se-Indonesia tahun 2015 dari kementerian Agama dan DIKTI. Karyanya dimuat di Media Indonesia, Suara Merdeka, Pikiran Rakyat, Lampung Post, Tanjungpinang Pos, Merapi, Indopos, Solo Pos, Minggu Pagi, Radar Surabaya, Radar Banyumas, Padang Ekspres, Satelit Pos, Pos Metro, Medan Bisnis, Koran Madura, Sastra Mata Banua, Haluan, Banjarmasin Post, Bali Pos, Buletin Bener, Majalah Sagang, Buletin Provokatif, Nusantaranews dll. Email: irna_rawa@yahoo.com/ irnanovia16@gmail.com no hp: 085726262851.