TENTANG HIDUP-MENGHIDUPI
adalah kesungguhan
zenit yang membuat kita
berporos pada asa yang sama
adalah kerendah-hatian
nadir cinta
yang berputar pada
lema yang sama
tentang hidup-menghidupi
adalah kesinambungan
aku, kau, dan arah kita
TENTANG KITA
Kita pernah menimbang
tentang hal indah
di antara hati yang melati
dan onak duri di benak
yang makin menyemak belukarnya
Kita pernah bicara
jika sastra itu kata yang merupa
bisa jadi belalang di ujung rumput
atau pulasan sunyi berwarna nyaring
yang meluruhkan daun yang merapuh
Kita pernah saling berbisik
mengandaikan musik merasuki
kanvas-kanvas tak bernapas
yang mati disesaki garis
yang tak jelas
Kita pernah tak sehati
bahkan berontak tentang aku dan kau
lalu melupa pernah semesra
alunan irama dan nyanyian
Kita yang berbeda warna
pernah berpelukan dalam keindahan
meski sejatinya berjarak puluhan kilo
yang pasti, aku selalu merasa
desahmu
di kuduk leherku
yang sering meremangkan
gairah ideologi untuk tetap padamu
kita pernah dan akan pernah
di dunia berbeda, katamu
dan tegasku: waktu dan seni
telah sah menikahkan kita!
SAJAK RUMAH PUTIH*)
di sinilah nanti akan kita tumbuhkan
putra-putri yang gagah dan cantik
yang memberikan kesejukan dan
keriangan
kemudian mereka merengek dan memeluk manja
minta dibelikan mobil-mobilan dan boneka
kedap-kedip
….. dan mereka memanggilmu: ibu!
bersama senyum lembut dan kecupan sayang
kau sirami mereka cahaya Ilahi
sejuta kasih yang kau punya adalah matahari
harapan dalam tangan-Nya kita uraikan lewat
doa-doa
dan aku bersujud lama-lama dan berkata:
“Ya Allah, Yang Mahaasih, jadikanlah istriku
bumi yang damai dan lautan kesetian untukku
jadikanlah putra-putriku orang yang kaya ilmu
dan berakhlak mulia.”
di sinilah nanti akan kuwariskan
kejujuran dan keadilan
di sinilah nanti akan kuwariskan
keberanian dan kelembutan
kita perkenalkan pada mereka kepasrahan pada Allah
kita beri contoh mereka tentang kerendahan hati
dan kesederhanaan
kita ajak mereka melihat betapa luasnya bumi Allah
dan kita latih kaki-kaki mereka untuk
kuat
menjelajahinya
di sinilah nanti kita dirikan salat berjamaah
aku, kau, dan putra-putri kita
Desember 1998 – Desember 2002
*) Terinspirasi
puisi “Puade” karya Nita Widiati Efsa (1989).
BILA RINDU ITU
hasrat berbisik
pada amarah yang memerah:
“ ….. jika waktu
menarik kembali tawarannya,
bergegaslah pergi
cukup tinggalkan segurat tulisan:
jemput aku nanti!”
November 2000
KETIKA DI SIMPANG JALAN ITU
keranda cinta
yang diusung
dari sunyi ke sunyi
menyebarkan aroma mawar
memestakan perkabungan *)
di hati yang rawan
Pekalongan, 2000
*) Kata
kenangan dari Beni R. Budiman ketika di Pekalongan
Tentang
Penulis
GANJAR HARIMANSYAH
adalah penyuka puisi dan
peneliti bahasa. Lahir di Bandung 46 tahun lalu. Selain
menghasilkan beberapa buku/laporan ilmiah dan artikel di media massa, dia juga pernah menjadi pemain, penulis, dan sutradara beberapa
karya drama bersama Teater 420 Bandung, Teater Tesa FIB UNS, dan Teater Jaring
Solo. Naskah panjang yang pernah ditulis dan disutradarainya “Seribu
Hitungan di Kali Nol” dipentaskan atas kerja sama Ford Foundation dan Forum Kebersamaan Bangsa di Solo, Magelang, dan
Surabaya pada tahun 1998 dan 1999 yang melibatkan kru dan pemain dari lintas
profesi dan agama. Antologi puisi yang pernah disusunnya: _Purnama Biru (1993), Tentang
Seseorang (1994), Kau (1995), Menunggu dan Terlempar (1995), Fragmen I (1996), Karena Sayang itu Juga (1999), Tujuh
Puisi Waktu Itu (2000), dan “…dalam
doa cinta.” (2002)._ Dia
mempunyai hobi mencoba
program-program baru di komputer, melukis, jalan-jalan, menonton film, dan
melamun di perpustakaan.