Kirim Karya

SKSP Book Store
No Result
View All Result
  • Esai
    • Esai
    • Esai Terjemahan
  • Puisi
    • Puisi
    • Puisi Terjemahan
  • Cerpen
  • Gurit
  • Galeri
  • Katalog Buku
    • Info Buku
    • Beli Buku
  • Tentang Redaksi
  • Kerjasama Korea Selatan
  • Esai
    • Esai
    • Esai Terjemahan
  • Puisi
    • Puisi
    • Puisi Terjemahan
  • Cerpen
  • Gurit
  • Galeri
  • Katalog Buku
    • Info Buku
    • Beli Buku
  • Tentang Redaksi
  • Kerjasama Korea Selatan
No Result
View All Result
SKSP Book Store
No Result
View All Result
Home Puisi

Puisi Isbedy Stiawan ZS

Admin by Admin
6 Agustus 2021
0
Share on TelegramShare on WhatsappShare on Twitter


SAJADAH:
MALAM YANG CAHAYA

 

sajadah yang kau bentang malam

pertama itu, kini mulai mendekati

saf pertama pula. tapi, kau makin

menderas ke laut mahaluas-Nya

 

biarpun sendiri

      walaupun berkayuh akar

 

makin menjauh, kian dekat

pada pelabuhan Cinta-Nya

 

biarpun seorang

     walaupun tanpa kawan

 

menderas dalam pelayaran

malammalam yang Cahaya

sampai pada fajar. Fajar

        yang berbinarbinar

 

pada sajadah di saf awal

kembali ke muasal

segala ditempatkan

 

di selembar sajadah

kau tetap mendedah

lautan segala gairah

 

 

4 Mei
2021/22 Ramadan 1442



 

 

HARI
KE 22 PADA ALMANAK ITU

 

hari ke 22 pada almanak itu

hampir melepas sayapsayap

kuanyam sejak mula; “apa

kabar malam 1000 bulan,

adakah yang menemuimu,”

sebersih pertanyaan datang

menggema lalu melekat

di lembar sajadah yang

selalu gairah menerima

wajahku — basah dan

lembab — oleh mataku

yang juga berair

 

berapa banyak khilafmu?

 

aku seberangi laut demi laut

kususiri ngaraingarai,
kunaik-turun

gunung demi gunung; kuhampar

hutanhutan di tubuhku. aku

masih tahan melangkah

      aku belum pula lelah

 

di gerbang mana aku akan
berhenti?

 

di pintu akhir ramadan

kuketuk pintu ampunan

 

Tuhan, pantaskah

aku menengadah tangan

di depan-Mu, sedang

langkahku masih onak

 

     duriduri mencucuki

tumbuh bagai bulubulu

di seluruh tubuhku

 

 

4 Mei
2021



 

 

SENANDUNG DANGDUT

 

ingin
kumasuki senandung

dangdut
itu, kekasih, tapi

aku
tansah tersisih. selalu

saja
terlempar ke luar 

katakata;
kecuali di meja ini

 

dan
minuman — kopi tanpa

gula
— sayang, aku merasakan

manis
hidupku. manis senyum

dari
tanganmu yang menyeduh

dan
mengaduk kopi pekat

 

“cinta
yang melekat!” ujarku

 

kau
pun melepit kembali badik

di
tanganmu. ke balik sarung

di
pinggangmu. (di luar hujan,

di
sini kita bersenandung)

 

ayo,
kekasih; usir dingin

dan
sakit di tubuh ini

 

 

Ktb, 23 Juni 2021

 



 

 

PERGI DARI KOTA INI

 

aku
akan pergi juga dari kota

ini
tanpamu menemani jamjamku

yang
waswas. kota ini masih saja

menawarkan
aroma kopi, harum

gelisah
setiap persimpangan

dan
trotoar yang sunyi. saat malam,

hujan,
dan lengang

 

        kota di mana dulu memberiku

sekuntum
bunga. kini telah tumbuh

sebagai
kuntum lain. di ruang tamu,

bilik
istirahat saat lelah

 

kutinggalkan
kota ini. petang nanti

mungkin,
kubawa kuntum bunga

dari
taman rumah. tanpa berpegangan

tangan,
tiada percakapan;

 

di
kotaku yang membesarkan aku

telah
menumbuh rindu yang lain

terus
hidup; antara mekar dan kuyup

 

kota
yang hidup di mataku

 

 

Ktb, 24 Juni 2021

 



 

LIPATAN
23 DARI SEBUAH KITAB

 

ini lipatan 23 dari sebuah kitab

aku pun masuk ke hurufhurufnya,

ke rahasia yang tetap
dirahasiakan

memburu yang penah dikisahkan

mendekap segara kangen disiapkan

 

*

selepas tugas ini, akan kuhubungi

aku hanya menunggu; lima belas

tahun minggat. dan aku masih

tegak di sini, membiarkan
matahari

datang lalu pergi. menanti
purnama

dari sabit menuju runcing lalu
pekat

langit

                 kau tak juga bawakan

             oleole dari rindu yang telah

         jadi kalung; selingkar cincin

                                                      
cahaya,

mungkinkah karena senyummu,
adakah

itu dari hatimu yang selalu
berembun?

 

aku belum boleh pamit

menunggumu hingga tiba

meski aku amat tak mampu

 

jalan berkalikali ramai

berulang pula sepi

 

 

Mei
2021



 

 

NAMAKU SEPANJANG REL KERETA

 

masih
ada namaku sepanjang

rel
kereta: tanjungkarang-

rawasubur,
hanya

batubatu
di kakiku bernyanyi

 

seperti
mengulang masa laluku;

 

yang
tersangkut di antara rel

atau
menginjak tinja berserak

 

namaku
masih adakah di sana

ketika
kini 63 tahun berikut

daftar
jarah dan kejahatan lain

 

kau
mencium bau nisan?

 

ini
kebonjahe! di sini namaku

sudah
pula berkilaukilau

kau
bawa sapu, kembang

                         kenangan



 

 

BIOGRAFI INI KUTULIS

BUKAN UNTUKKU

 

biografi
ini kutulis bukan untukku

namun
bagimu yang sesudahku

tiada
yang akan membaca. sebuah

tulisan,
barangkali banyak tak

sesuai
dengan perjalananku

 

bukankah
aku menulis untukmu?

 

kau
boleh membaca setelah kelak

kubuka
tanpa bisa kukunci

ia
telanjang sebagai biografi

kau
masuk-keluar tanpa tersasar

 

aku
menulis bukan untuk kubaca

 

tapi
bagimu yang datang kemudian

atau
sebagai kawankawan

yang
mau semayam di dalam diriku

:
ingin mengenang masa lalu

 

biografi
yang menunggu…



 

Tentang
Penulis

 


Isbedy
Stiawan ZS
, lahir di Tanjungkarang, Lampung, dan
sampai kini masih menetap di kota kelahirannya. Ia menulis puisi, cerpen, dan
esai juga karya jurnalistik. Dipublikasikan di pelbagai media massa terbitan
Jakarta dan daerah, seperti Kompas,
Republika, Jawa Pos, Suara Merdeka, Pikiran Rakyat, Lampung Post, Media
Indonesia, Tanjungpinang Pos,
dan lain-lain.

Buku puisinya, Kini Aku Sudah Jadi Batu! masuk 5 besar Badan Pengembangan Bahasa
Kemendikbud RI (2020), Tausiyah Ibu masuk
25 nomine Sayembara Buku Puisi 2020 Yayasan Hari Puisi Indonesia, dan Belok Kiri Jalan Terus ke Kota Tua dinobatkan
sebagai 5 besar buku puisi pilihan Tempo (2020),
dan Kau Kekasih Aku Kelasi (2021).

Buku-buku puisi Isbedy lainnya, ialah Menampar Angin, Aku Tandai Tahilalatmu, Kota
Cahaya, Menuju Kota Lama
(memenangi Buku Puisi Pilihan Hari Puisi
Indonesia, tahun 2014): Di Alunalun Itu
Ada Kalian, Kupukupu, dan Pelangi
.

Kemudian sejumlah buku cerpennya, yakni Perempuan Sunyi, Dawai Kembali Berdenting,
Seandainya Kau Jadi Ikan, Perempuan di Rumah Panggung, Kau Mau Mengajakku ke
Mana Malam ini?
(Basabasi, 2018), Aku
Betina Kau Perempuan
(Basabasi, 2020), dan Malaikat Turun di Malam Ramadan (Siger Publisher, 2021).

Alamat Permata Asri I.7 No.17,
Karanganyar, Jatiagung, Lampung Selatan. Kontak person 082178522158 (HP/WA).

 

 

 

 

 

Admin

Admin

SKSP

POPULER

Puisi – Puisi Quinta Sabrina

Puisi – Puisi Quinta Sabrina

2 Juli 2024

Tentang Redaksi

11 Juli 2024
Puisi – Puisi Tania Rahayu

Puisi – Puisi Tania Rahayu

2 Juli 2024
Puisi-puisi Rifqi Septian Dewantara

Puisi-puisi Rifqi Septian Dewantara

15 November 2024
  • Disclaimer
  • Kebijakan & Privasi
  • Kerjasama Korea Selatan

© 2024 SKSP - All Rights Reserved.

No Result
View All Result
  • Esai
    • Esai
    • Esai Terjemahan
  • Puisi
    • Puisi
    • Puisi Terjemahan
  • Cerpen
  • Gurit
  • Galeri
  • Katalog Buku
    • Info Buku
    • Beli Buku
  • Tentang Redaksi
  • Kerjasama Korea Selatan

© 2024 SKSP - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In