Hikayat Ladang Kesuburan
Lagu-lagu kecil bersenandung
Di pelataran tidur
Mengantar bunga penghias mimpi
Kepada indah wajah
Yang melayu
Terlebam lelahnya hari
Saat itu tiada yang hinggap di pipiku
Selain lembut kecup bibirmu
Hingga cermin jiwaku
Mengkilap, memandang cahaya di wajahmu
Maka bila dapur belum juga mengasap
Dan sumur telah mengering
Tiadalah kata yang meletup
Sedang hati tetaplah sutra
Penghias diri di pesta ria
Lagu yang bernadakan putri violet
Menambah derunya air muka
Tanda hati adalah ladang
Yang merayu kepada kesuburan
Hingga terpetik buah yang manis
Sebab jiwa kasihmu
Terletak dalam dadaku
Dunia tak mampu mengambilnya
Sedang diri sudah menjadi satu
Di keabadian ladang kesuburan
Cinta kasihmu
Purwokerto, 22 Januari 2020
Rumah Kekasih
Kala nanti singgasana menjadi milik
Semua ada di sana
Adakah yang lebih gemerlap
Dari kerlap-kerlip lampion
Yang terpajang di setiap sudutnya?
Atap menjadi kehangatan
Dari sejuknya musim dingin salju Greenland
Dinding-dinding menjadi tempat
Memasang lukisan kasih
Warna jingga pada kanvasnya
Melambangkan indah di setiap nafas cintanya
Ialah rumah kekasih
Segala kelembutan kasurnya
Jadilah ia penghibur diri
Dari semua luka dunia
Hiruk-pikuk harinya alam
Dan kursi kayu berukir rotan
Tempat segala tangis terserap
Oleh busanya ternyaman di bumi
Kadang aku ditenggelamkan
Dalam air pemandian sebagai cintanya
Dan enggan ia mengeluarkan tubuhku
Dari bejana
Air, bercampur air mawar
Itulah sepenggal hidup dengan kekasih
Hingga kutemui adagium Rumi
Tempat tergelap di dunia
Adalah rumah kekasih
Tanpa kekasih
Purwokerto, 22 Januari 2020
Rahasia Indahnya Alam
Ada rahasia indahnya alam
Sampah plastik menjelma barang antik
Ada pula kisah anggur
Ia berubah menjadi manisan segar
Cerita sang ulat
Kita tahu ia menetaskan kupu-kupu
Yang dengan sayap cantiknya
Terjamahlah penjuru negeri
Pun hamba bertahta menjadi raja
Siapa pengantar semua itu?
Cinta seseoranglah sang pengatur
Dalam tubuhnya mengalir
Senyawa darah pesulap
Ia mengalirkan cairan keajaiban
Kepada tanah di hati yang gersang
Hingga setiap manis yang tersembunyi
Kutemukan dalam buah syair cintamu
Purwokerto, 22 Januari 2020
Pita Merah Januari
Dalam tujuh musim, aku kembali
Kepada waktu yang terpecah lamanya
Diantar sepasang langkah
Yang mengubah tanah keliling
Seakan ditumbuhi ilalang yang menawan
Bunga dari segala kasihmu
Sempat aku berpikir lari jauh-jauh
Agar petir dalam jiwamu
Tidak menyambar nadiku
Dan hembusan nafasku
Bukanlah tawanan kilat hasratmu
Kali ini aku tersadar dari mimpi panjangku
Petir yang kau alirkan itu
Tiadalah selain menyalakan lampu jiwaku
Juga kunang-kunang penghias malamku
Dari hitam pekat kabut gelap
Pendar sinar hidupku
Dalam ikatan pita merah
Bulan Januari
Dua tahun lalu
Dari pancaran kasihmu
Kalau saja kau bernaluri Ares
Padam gelap ruhani cintaku
Tiadalah yang purna
Selain jarimu menghempaskan
Dunia sadarku
Purwokerto, 23 Januari 2020
Hikayat Pujangga Desa
Kepada pujangga desa
Kukirimkan kenangan arloji waktu
Tentang sejumlah rindu yang jauh mengakar
Dalam kertas putih tak berdalih
Masihkah ingat
Kala angin meniupkan tarian
Daun-daun pohon singkong
Disambut mentari pagi
Serta ribuan tetes embun subuh
Di antara ranting-rantingnya
Tergores catatan masa kita
Di usia yang kedelapan
Di mana tangis menggegerkan semesta
Sebab tarikan ada di rambut kepang
Dan tangan-tangan mungil
Ada di antara cubitan nakal
Sedang di lain waktu
Gelak tawa mengisi hari-hari libur panjang
Senyum dan manja menghias
Angkasa langit kanak-kanak
Saat itu kubiarkan semesta
Memainkan biolanya
Mengiringi langah kecil kita
Dari pangkuan ibunda
Di taman belakang rumah
Kita bangun gubuk mungil
Beratap daun kelapa
Berhias teriakkan kebahagiaan
Dengan lumpur kita buat aneka kue
Bunga putri malu
Menambah aura cantiknya
Aku ingin mengulur masa itu
Tetapi hari semakin larut
Alur cerita tergenang waktu
Tetesan hujan menghapus jejak yang dulu
Tidak terdengar lagi panggilan ibu
Di kala adzan telah mengalun
Sebab usia tengah menyambut
Sebuah asa di angkasa
Purwokerto, 23 Januari 2020
Tentang Penulis
Mauliya Nandra Arif Fani, berasal dari Banjarnegara, Jawa Tengah. Sekarang dia menempuh
pendidikan S1 di IAIN Purwokerto, Pendidikan Agama Islam. Dia anggota di
Sekolah Kepenulisan Sastra Peradaban (SKSP) IAIN Purwokerto. Karyanya dimuat di
: simalaba.net, koran Kabar Madura, tembi.net (dibukukan dalam antologi
berjudul Mata Air Hujan di Bulan Purnama);
dan buku antologi puisi 100 puisi terbaik Lomba Cipta Puisi ASEAN IAIN
Purwokerto; Antologi Pilar Puisi 5
IAIN Purwokerto; Lomba Cipta Puisi Rumah Kreatif Wadas Kelir; 100 puisi terbaik
Lomba Puisi Nasional Antologi Kata; 250
puisi terbaik Lomba Puisi Sahabat Inspirasi Pena. Dia pernah jadi juara 3 Lomba Puisi Nasional Event Hunter Indonesia
sehingga berkesempatan melakukan kunjungan sastra ke Singapura. No. HP
085726377842; Email: mauliya.nandra@gmail.com; Facebook Mauliya Nandra Ariffani;
Instagram @mauliyanandra.