TERTIDUR DI BANGKU UJIAN
/1/
Bocah
itu tertidur di bangku ujian
liurnya
menggambar segala pulau nusantara
lelap
di antara kelebat bilangan dan abjad-abjad kaku
serupa
phalus yang bersorak-sorai.
Terlelap
memasuki negeri asing, mungkin wilayah cemas
bagi
masa depannya atau justru telah menemukan firadaus
milik
kakek buyutnya yang dulu lenyap dicuri maharaja ular
Tak
ada yang mendekat. Masa depan berlari
dan
dalam tidurnya ia mengejarnya dengan kaki pincang.
Bergerak
makin jauh, menyusup di antara
jalan
raya lengang dan korona yang dirayapi sepi
: duh,
duh, masa depan adalah tumpukan koper usang dan kereta dorong
dan aku
memanggulnya melintasi jalan-jalan kuyup oleh hujan dan abu.
Tak kutemukan
siapa-siapa di sana. Selain teka-teki!
/2/
Buih-buih
mimpi merancang masa depanku.gegap-gempita melompat-loncat
bersama
angka-angka dan aksara-aksara. Riuh berhimpit-himpit menawarkan peta nasib
: Aku
tak perlu lagi pertemuan dengan pertanyaan-pertanyaan rumit berserak di
jejaring
wifi. Tak kutemukan
peta nasib di situ!
Seperti
kotak pandora, mimpiku terbuka menjelma pohon lantas tumbuh tanpa ranting
: Aku
tak butuh daun apalagi nilai. Masa depan biarlah
berjalan
mengambang seperti virus korona!
Dalam
lelapnya yang selalu tiba-tiba, saat ia dikejar-kejar aksara dan angka, anak
itu melihat masa depannya berada di rel-rel kereta tua, tempat pikirannya
berbiak disesaki lagu-lagu cinta. Semuanya berkelebat seperti mimpi-mimpi
berkejar-kejaran. Makin jauh. Menjauh.
Tersaruk-saruk
ia mengikutinya seperti kepiting berjalan miring.
: Ibu,
duh ibu, bebaskan aku dari aksara dan bilangan itu.
Aku ingin
menuliskan namaku dalam mimpiku sendiri tanpa diburu masa depan.
Biarkan aku lelap!
Ngawi, 042021
PASIR PESING
ia tak
pernah tahu muasal ia datang. tempat itu tak pernah ia ingat dengan sempurna.
tak pernah berani menduga-duga ancer-ancernya. yang ia tahu: tiba-tiba lahir
dan muncrat dari pasir pesing. lantas bersama pasir pesing itu pula, ia
dibuncang dan dihempaskan pada sebentang jazirah yang lapang dan tandus.
ingatan yang alpa dan rabun tak bisa menebak kapan mulainya, kapan usai. tak
bisa menebak bermula dari ganjil atau berakhir di bilangan genap.
Oh,
ya. ia samar-samar mengingat pernah melihat sebuah taman penuh sesak perempuan
melambainya dan memberi kecupan-kecupan yang panjang: ayolah, masuklah lagi lebih
dalam.mandilah dan bercumbu suka sepuasnya!
begitu
indah. begitu sahdu segenap peluk cumbu itu, sebelum angin membadai dan
mengguncang pasir dan menerbangkannya ke tempat ini. mungkin pesisir sarang
segala pasir pesing. penuh para pemabuk yang memukul botol minumnya
berdenting-denting sambil memutar-mutar tubuhnya serupa gangsing, jubahnya yang
abu-abu mengembang seperti cendawan mekrok di musim penghujan. jarinya
menunjuk-nunjuk langit dan tangannya yang lain bersedekap sambil bersyi’ir: akulah aku si majnun itu. yang sakit karena
merindu, duh.duh.duh
sekejap
ia ingat silsilah itu. lantas tersenyum.di peluknya para pemabuk itu.dengan
lembut dikecupnya kening-keningnya dan berseru : salam. salam. salam!
ia pun
ingat segala taman itu, pasir pesing yang berguncang.keheningan yang menyeruak.
gemetar ia berucap: aku tahu mengapa
engkau antarkan aku ke pasir ini, duh.
2020
Tentang
Penulis
Tjahjono Widarmanto, lahir
di Ngawi, 18 April 1969. Dia meraih gelar sarjana di IKIP Surabaya (sekarang
UNESA) Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, sedangkan studi
Pascasarjananya di bidang Linguistik dan Kesusastraan diselesaikan pada tahun
2006, dan pernah studi di Program Doktor Unesa. Tulisannya berupa puisi,
artikel dan cerpen.
Buku
puisinya yang telah terbit: BIOGRAFI
CINTA (2020), KITAB IBU dan KISAH HUJAN (2019), PERBINCANGAN TERAKHIR dengan
TUAN GURU (2018), PERCAKAPAN TAN dan RIWAYAT KULDI PARA PEMUJA SAJAK (2016),
SEJARAH YANG MERAMBAT DI TEMBOK-TEMBOK SEKOLAH (2014), MATA IBU (2010), KIDUNG
BUAT NEGERI (2017), MATA AIR DI KARANG RINDU (2013), DI PUSAT PUSARAN ANGIN
(1997), KUBUR PENYAIR (2002), KITAB KELAHIRAN (2003), dan UMAYI (2012).
Adapun bukunya yang bergenre
nonfiksi : NASIONALISME SASTRA (2011),
DRAMA: Pengantar dan Penyutradaraannya (2012), PENGANTAR JURNALISTIK: Panduan
Penulis dan Jurnalis (2016), MARXISME dan SUMBANGANNYA TERHADAP TEORI SASTRA:
Menuju Pengantar Sosiologi Sastra (2014), MASA DEPAN SASTRA: Mozaik Telaah dan
Pengajaran Sastra (2013), YUK, NULIS PUISI (2018), KATA dan BENTUK KATA dalam
BAHASA INDONESIA (2019).
Sebagai penulis dan sastrawan pernah
mendapat penghargaan: Penghargaan Lima
Buku antologi Puisi Terbaik Tingkat Nasional versi HPI 2016; Penghargaan
Sastrawan Pendidik Tingkat Nasional dari Pusat Bahasa 2013; Penghargaan Guru
Sastra Berdedikasi dari Balai Bahasa Jatim 2014; Penghargaan Sastrawan
budayawan Berprestasi se-Jatim 2002; Pemenang tingkat nasional lomba pengayaan
buku dari PUSKURBUK tahun 2007, 2010, 2013, dan 2017.
Selain menulis, pernah bekerja sebagai Pembantu
Ketua I dan Dosen di STKIP PGRI Ngawi.
Sampai sekarang dia menjadi guru di SMAN 2 Ngawi, dan menjadi Dewan Pelatih
Sabuk Hitam Ju Jitsu Cabang Ngawi. Dia beralamat di
Perumahan Chrisan Hikari B.6 Jl. Teuku Umar–
Ketanggi, Ngawi. Telp/WA.085643653271. E-Mail: cahyont@yahoo.co.id.