Kirim Karya

SKSP Book Store
No Result
View All Result
  • Esai
    • Esai
    • Esai Terjemahan
  • Puisi
    • Puisi
    • Puisi Terjemahan
  • Cerpen
  • Gurit
  • Galeri
  • Katalog Buku
    • Info Buku
    • Beli Buku
  • Tentang Redaksi
  • Kerjasama Korea Selatan
  • Esai
    • Esai
    • Esai Terjemahan
  • Puisi
    • Puisi
    • Puisi Terjemahan
  • Cerpen
  • Gurit
  • Galeri
  • Katalog Buku
    • Info Buku
    • Beli Buku
  • Tentang Redaksi
  • Kerjasama Korea Selatan
No Result
View All Result
SKSP Book Store
No Result
View All Result
Home Esai

Esai Abdul Wachid B.S.

Admin by Admin
30 Juni 2024
0
Esai Abdul Wachid B.S.
Share on TelegramShare on WhatsappShare on Twitter

 

 

 

TERALIENASINYA
MANUSIA

DARI
DUNIA YANG DIPERSEPSI DAN DIPOSISIKANNYA

oleh
Abdul Wachid B.S. 

 

Kesadaran terhadap
ruang dan waktu adalah obsesivitas pribadi aku-lirik di dalam sajak-sajak Bagus
Likurnianto. Kemarin, hari ini dan esok senantiasa dipertanyakan eksistensinya
oleh aku-lirik, sampai batas yang paling akstrem, dia mempertanyakan, ”
Amaya, kita ini siapa?”
(dimuat di https://basabasi.co). Itulah buah dari
pertanyaan-pertanyaan eksistensial aku-lirik di dalam banyak sajaknya
, sebagaimana sebuah “Pawon”, yang telah membakar
keheningan dalam dada :

 

PAWON

 

telah kami bakar keheningan dalam dada

kayu yang semula pernah jadi tubuhmu

menabahkan nyala-nyala doa

segala peristiwa

 

Banjarnegara, 2019

 

Penyair Bagus Likurnianto, putra sulung dari Ibu Laeliyah
dan Bapak Budianto ini
dilahirkan
di Banjarnegara, 9 Januari 1999. Dia beralamatkan di Dukuh Taman Sari,
Kelurahan Parakancanggah, RT 04/I Banjarnegara.
Pada saat ini, Bagus Likurnianto masih menempuh perkuliahan di Jurusan
Pendidikan Agama Islam, dan bergiat di Sekolah Kepenulisan Sastra Peradaban
(SKSP) Universitas Islam Negeri (UIN) Prof. K.H. Saifuddin Zuhri, di
Purwokerto. Puisinya
banyak
disiarkan
 di: Minggu
Pagi, Pikiran Rakyat, Harian Ekspres, Media Indonesia, Koran Tempo.
Dia
sempat menjadi penyair terpilih
versi
World Poet Convention, yang diselenggarakan oleh Persatuan Penyair Malaysia pada tahun 2018. Bagus Likurnianto juga
menjadi pimpinan redaksi Buletin CAKRA.

Dengan obsesivitas
eksistensial tersebut, aku-lirik
di
dalam perpuisian Bagus Likurnianto
memasuki ruang demi
ruang kehidupan, dari waktu ke waktu.
Akan tetapi, apakah dengan mempertanyakan
terus-menerus eksistensi ruang dan waktu justru merupakan penanda dari suatu
petanda kegagalan pribadi aku-lirik di dalam ruang-waktu puisinya
(hidupnya)?

Melalui sajak
“Amaya, Kita Ini Siapa?”
, yang untuk sementara waktu ini sebagai contoh sajak terbaiknya, peristiwa
kehidupan, dari cinta ke cita, dari diri hingga ke Tuhan, berupaya untuk
dibaca, dipahami, diterjemahkan, ditafsiri, dan dijelaskan secara lirik
naratif. Itulah pilihan ekspresi pengucapan banyak sajak karya Bagus
Likurnianto
, sebagaimana
sajak “Pohon Manggis Nenek”, “Pawon”, “Elegi Penyair”, “Prasasti”, yang dapat
dikategorikan sebagai sajak yang berhasil memiliki karakter membangun
puitikanya.

Dengan persepsi yang
demikian, maka posisi antroposentris aku-lirik menjadi dikukuhkan: realitas
bukan lagi sebagai tiruan (mimetik) dari realitas budaya pun alam, melainkan
“dipadatkan” oleh aku manusia, sebagai
satu-satunya pemberi arti dan makna terhadap realitas.
Karena persepsi demikian itulah,
maka realitas menjadi jungkir-balik di dalam sajak-sajak Bagus Likurnianto.
Penjungkirbalikan realitas itu, apakah penanda dari kelabilan pribadi
aku-lirik? Ataukah justru sebaliknya?

Yang jelas, dengan
persepsi terhadap realitas secara jungkir-balik itulah, puitika puisinya
berusaha diutuhkan wajah estetikanya. Hal itulah yang menjadikan semua kata
yang merujuk kepada pertanyaan eksistensial ruang dan waktu
, baik yang mewakili benda maupun alam di dalam sajaknya menjadi dapat dicurigai sebagai simbol.

Dalam hal ini,
perpuisian Bagus Likurnianto berhasil menjadi sajak sebab ungkapan-ungkapan
yang seringkali unik, bahkan aneh sebab tidak memenuhi standar gambaran imaji
yang umum dipakai penyair apalagi pembaca umum.
Imaji-imaji yang dibangunnya supralogis. Hal tersebut
dimaksudkan untuk menggali makna bawah-sadar kemanusiaan agar ada pemaknaan
hidup secara mendalam. Perhatikanlah sajak di bawah ini, yang saya beri tanda cetak miring (italic!), mempresentasikan supralogis gambaran imaji tersebut.

 

POHON MANGGIS NENEK

 

pohon manggis nenek sudah tua

batangnya mulai rapuh rantingnya ringkih-ringkih

tidak
ada lagi perkara baik selain buah cantik

bergelayut
di jari-jari para pemetik

 

mereka berduyun-duyun

sambil sesekali meraba tubuh sendiri

yang semakin membuyut

demi mengerti berapa jumlah anak dikandungannya

kau bisa
mengira lewat kelopak bunga

yang
mekar di bawah perut

 

kalau kau sudah puas mengetahuinya

maka sebaiknya cicipilah dengan segera

lewat
robek tanganmu mengalirlah

darah
manggis merah

 

di dalamnya ada keluarga

yang menunggu buaianmu satu adalah ibu

satu adalah ayah selebihnya adalah kau

dan segenap saudara-saudaramu

kami
hidup karena magis manggis nenekmu

tapi
magis tak pernah tinggal dalam tubuhnya

 

nenek adalah manggis yang jatuh sendiri

riwayatnya tertulis pada epitaf jejak kaki para nabi

dan
saraf  burung quddusi alpa pada musim

yang
menjatuhkan kerinduan dari sebatang hayat ini

 

Banjarnegara, 2019

 

Dengan keunikan
sekaligus keanehan menyikapi realitas
sebagaimana memandang “Pohon Manggis Nenek”,
maka
pembaca
mempersepsi dan memposisikan
setiap kata menjadi lambang, dan
karenanya
memasuki “dunia puisi”.

Akan tetapi, apakah
pembaca bisa memasuki
“dunia
puisi”, yaitu
komunikasi makna yang dibangun oleh penyair Bagus Likurnianto? Saya yang sudah lama membiasakan diri membaca puisi, terasa terkaget-kaget, bahkan terkadang gagap memasuki “dunia puisi”-nya. Sekaligus harus
diakui pula bahwa apa yang diungkapkan penyair ini merupakan imaji-imaji yang
baru
, karenanya
tidak klise dan membosankan.

Seni yang memandang realitas secara supralogis, menjungkirbalikkan
realitas
secara bentuk
dan makna, hal
itu dalam sejarah aliran seni disebut
surealisme
. Apakah
perpuisian Bagus Likurnianto termasuk dalam kategori aliran seni surealisme,
yang hendak berupaya mengatasi realitas dengan ketidakrasionalan umum?

Karena ekspresi
perpuisiannya bersifat tetap dalam mempersepsi dan memposisikan realitas dalam
perspektif jungkir-balik, maka saya
memastikan bahwa sajak-sajaknya bukanlah sajak
yang ditulis karena gagap dan gagal dalam membangun gambaran angan dan pikiran
(citraan). Bukan! 

Akan tetapi, saya mengidentifikasi, sebagai teralienasi dari
realitas,
hal ini
lebih tepat dalam menilai sajak-sajaknya. Alienasi juga merupakan ciri utama
dari kaum Surealisme dalam mengekspresikan dirinya ketika gagap dan gagal dalam
berdamai dengan realitas
,
“… /
sebelum sunyi mengutukmu/ menjadi sebongkah batu,” dikutip selengkapnya berikut ini.

 

PRASASTI

 

di dalam prasasti itu

kami hidup dalam nubuat penyair

yang meriwayatkan sejarah

sepanjang sungai mengalir

 

artefak waktu ini

belumlah berlalu

ke mana zaman akan diabadikan?

butiran air mata jatuh dari surga

merembes ke bumi yang fana

lewat selipan batu-batu

 

kesedihan yang jatuh

tempias di kedua matakakimu

aku rela membaca kitab paling alastu

demi menemukan cinta di hadiratmu

 

akulah aksara itu

jatuh ke dalam dadamu

tersungkur-sungkur

bacalah aku bacalah waktu

sebelum sunyi mengutukmu

menjadi sebongkah batu

 

Purwokerto, 2019

 

Tentu saja, penilaian
ini harus diteruskan, mengapa aku-lirik teralienasi dari realitas dunianya
sehingga membangun dunianya sendiri dengan sudut-pandang
supralogis dan jungkir-balik?

Seni bukanlah mimetik
dari realitas itu sendiri, setidaknya itulah pandangan kaum metafisik. Seni
merupakan simbolitas dari realitas yang dibangun oleh seniman sedemikian rupa
guna membangun pandangan hidupnya terhadap realitas. Membaca sajak-sajak Bagus
Likurnianto mengekspresikan metafisika dari alienasi terhadap realitas ini
sekalipun saya belum menjelaskan pandangan hidup yang bagaimana yang menjadi
“agama” baginya.
Untuk
menjawab hal ini, puisi karya penyair Bagus Likurnianto masih bisa diharapkan
sumbangannya bagi perpuisian Indonesia

Sebagai “Prolog” memasuki “dunia puisi” supralogis dan jungkir-balik yang
dibangun oleh penyair Bagus Likurnianto ini, k
ita baru sampai
kepada pertanyaan AKHIR dari suatu AWALAN
yang menggambarkan teralienasinya manusia (aku-lirik)
dari dunia yang dipersepsi dan diposisikannya:

AMAYA, KITA INI SIAPA?

 

hati
ini begitu gigil, amaya

kita
ini siapa? menyusur jalan malam

mencari
jejak yang bisa diikuti

mencari
langkah kaki yang musti diharakati

 

dari
rahim hujan engkau dilahirkan

kepada
siapa engkau bertuhan?

demi
meralat cinta

kau
basahi semesta

demi
menjadi cahaya

kau
junjung wujud sabda

dan
demi tersamar waktu

kau
jelma doa ibuku

 

akulah
pemilik malam

mezbah
bagi segala keheningan

altar
bagi hadirat untuk mempertanyakan

kalau
sebenarnya ‘kita ini siapa?’

 

amaya,
apakah kita

benar-benar
ada?

 

Purwokerto, 2019

 

 Esai ini telah dimuat oleh badanbahasa.kemdikbud.goid

Tentang Penulis

 

Abdul Wachid B.S., lahir 7 Oktober 1966 di Bluluk, Lamongan, Jawa Timur.  Wachid lulus Magister Humaniora Sastra Indonesia UGM, jadi dosen-negeri di IAIN Purwokerto, dan lulus Doktor Pendidikan Bahasa Indonesia di Universitas Negeri Sebelas Maret Solo (15/1/2019). Buku terbaru karyanya : Kumpulan Sajak  Nun (2018), Bunga Rampai Esai Sastra Pencerahan (2019), Dimensi Profetik dalam Puisi Gus Mus, Keindahan Islam dan Keindonesiaan (2020), dan, Kumpulan Sajak Biyanglala (2020).

Admin

Admin

SKSP

POPULER

Puisi – Puisi Quinta Sabrina

Puisi – Puisi Quinta Sabrina

2 Juli 2024

Tentang Redaksi

11 Juli 2024
Puisi – Puisi Tania Rahayu

Puisi – Puisi Tania Rahayu

2 Juli 2024
Puisi-puisi Rifqi Septian Dewantara

Puisi-puisi Rifqi Septian Dewantara

15 November 2024
  • Disclaimer
  • Kebijakan & Privasi
  • Kerjasama Korea Selatan

© 2024 SKSP - All Rights Reserved.

No Result
View All Result
  • Esai
    • Esai
    • Esai Terjemahan
  • Puisi
    • Puisi
    • Puisi Terjemahan
  • Cerpen
  • Gurit
  • Galeri
  • Katalog Buku
    • Info Buku
    • Beli Buku
  • Tentang Redaksi
  • Kerjasama Korea Selatan

© 2024 SKSP - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In