Kirim Karya

SKSP Book Store
No Result
View All Result
  • Esai
    • Esai
    • Esai Terjemahan
  • Puisi
    • Puisi
    • Puisi Terjemahan
  • Cerpen
  • Gurit
  • Galeri
  • Katalog Buku
    • Info Buku
    • Beli Buku
  • Tentang Redaksi
  • Kerjasama Korea Selatan
  • Esai
    • Esai
    • Esai Terjemahan
  • Puisi
    • Puisi
    • Puisi Terjemahan
  • Cerpen
  • Gurit
  • Galeri
  • Katalog Buku
    • Info Buku
    • Beli Buku
  • Tentang Redaksi
  • Kerjasama Korea Selatan
No Result
View All Result
SKSP Book Store
No Result
View All Result
Home Puisi

Puisi Bagus Likurnianto

Admin by Admin
4 September 2021
0
Share on TelegramShare on WhatsappShare on Twitter

 


Capung


aku adalah
capung

terbang
menyusuri semesta

sedangkan
Engkau ibarat kabut

menjelma
dingin di antara

sembahyang
pagi

Karangnangka, 27 Maret
2018



 

Zikir Hujan


duha itu

pelangi
menyatakan rindunya padaku

dengan gerimis
yang menjelaskan, rintiknya yang ragu

kepada
debu-debu yang ditayamumkan


oleh debu-debu
itu manusia disucikan

dari wajah
kepada tangan

dari tangan
kepada tengadah

di sepenggal
semesta

namun,
debu-debu itu kini hilang kesuciannya

lantaran
terguyur doa pada butiran tasbih

yang
mempertanyakan mana yang lebih deras

antara zikirku
dengan hujanmu

Parakancanggah, 13 April
2018



Peluru 


hidup adalah peluru

sebarang waktu mestilah
diletupkan

sebab kau sebatang
senapan

digenggam erat oleh
tangan yang dingin

peletupan pertama
menembak

muasal datangmu;
sebungkus sujud merahasiakan

kapan buai sajadah
ditempa waktu

menghabiskan separuh
rindu dalam

sebidik tengadah

peletupan berikutnya
mengiringi

langkah tuan yang
sendirian pergi ke jalan pulang

namun, peluru ini tak
kunjung mengerti

manakah yang paling
benar, “ia pergi ataukah pulang?”

pada ruang peti di dalam
diri

tertakar sekarpati
wangian melati

perjalanan peluru tidak
terlalu sunyi untuk dihayati

kelak di penghujung jiwa
peluru itulah yang akan bercerita

tentang bunga senja yang
tertembak usia

Purwokerto, 24 September
2018



 

Reminisensi Pertemuan
: catatan untuk sofia


sofia,
perempuan paling majikus yang setiap pagi mencuci hati. tak ada lentera atau
viola yang menyala di nyalang matanya. baginya cahaya paling keramat adalah
cinta. dari negeri batari kami berjalan menyusur sunyi mencari sekarpati di
hari-hari yang suci selepas matahari selesai membakar pelangi supaya anak
lelaki kami lekas melepas luka dan mempersunting bidadari.

kendi beserta
rahimnya merahasiakan rendaman surgawi, “aku akan membuat wangi kesetiaan untuk
kupersembahkan setelah akad pernikahan, kau tidak akan mampu menolak
sebagaimana ibrahim kepada tuhannya bagi ishaq atau ismail,” kataku saat ibumu
masih meronce keagungan tanpa sedikit pun berpaling. kau terkenang anyir tanah
badar dan seorang ayah yang dibunuh di depan anaknya: pertemuan berubah
requiem.

api abadi
musti dicipta oleh cinta untuk melenyapkan pedang yang dihunus si pembunuh.
“tak ada yang bersedia mentakziahimu, sofia. tak ada,” bisikku dengan suara maut
yang lebih hening dari batu nisan itu. kini, kau hanya perlu kembali menyiapkan
hati agar mekar menghias usia dan ranjang pengantin. kita bisa bersama-sama
mengubur masa lalu dan kau tidak perlu menjadikan selimut sebagai alat untuk
menutupi kematian.

aku rela
dikembalikan kepada azali demi merebut keadilan di masa depan. ingin
kupindahkan surga ke dalam rahimmu, sofia. dan kau benar-benar tidak bisa
menolak sebab sejak mula dunia hanya dikumpulkan untuk mencipta jantung waktu:
muasal sejatinya cinta kita yang dirahasiakan oleh adam dan segenap manusia
yang berkhalwat di dalam rahim kekasihnya.

Banjarnegara, 28 Juni
2019



 

Pawon


telah kami bakar
keheningan dalam dada

kayu yang semula pernah
jadi tubuhmu

menabahkan nyala-nyala doa

segala peristiwa

Banjarnegara, 16 Juli
2019



 

Amaya, Kita Ini Siapa? 


hati ini begitu gigil, amaya

kita ini siapa? menyusur jalan malam
mencari jejak yang bisa diikuti

mencari langkah kaki yang musti diharakati

dari rahim hujan engkau dilahirkan
kepada siapa engkau bertuhan?

demi meralat cinta

kau basahi semesta

demi menjadi cahaya

kau junjung wujud sabda

dan demi tersamar waktu

kau jelma doa ibuku

akulah pemilik malam
mezbah bagi segala keheningan

altar bagi hadirat untuk mempertanyakan

kalau sebenarnya ‘kita ini siapa?’

amaya, apakah kita
benar-benar ada?
 

Purwokerto, 13 Oktober 2019



 

Bianca


mawar putih berpilin gigil lupa mengurai hujan. sekujur batangnya yang
kuyub bersandar di batas hutan menyesatkanku setelah menjadi dingin bagi
kelopak rekahmu. hutan telah menggiring kami sebelum fajar merekah di pintu
yang bertuliskan nama-nama kekasih. tak lama kemudian tak ada yang reda selain
harum perpisahan kita.

semua berubah tak luput mayang yang membersamai datangnya kasih sayang. kau
menuduhku sebagai penebar segala duka di hampar junjungan langit yang gelepar.
kita perlu mengenang nasib bunga-bunga yang ditabur di belahan laut tengah:
matahari yang selesai menyusui senja terbenam di dasar lambung leluhur para
pemuja cinta.

“kau memang pandai memanggil ular,” bisikku. tapi lidah bercabang itu
meracuni sepasang dadamu yang renta. padahal tak ada desis yang mampu mengubah
takdir mula. “hujan itu pias di punggung belakangmu yang lemas. di jalan yang
satu kutuntun hatimu tanpa ragu dan tak akan ada waktu yang beku meski sekian
lama membisu,” bisikmu melilitku.
 

Purwokerto, 5 Maret 2020



 

Muyen


pada mulanya adalah busung, kau kidungkan sebising suara, terngiang dari
dinding yang mengabadikan sebuah nama. di hari kelahiran anak sulungmu setelah
meruwatnya dengan seusap mantra yang kau terima dari tangan tetua.

ketika memasuki lingkaran penjaga bayimu nyenyak ditimang tanah lapang. di
musim pandemi, tetap kau kurungkan ternak bagi anak-anak. istrimu menyiapkan
segala yang perlu ditanak sebagai tanda pertama bagi sulungmu yang memilih
menyusu.

“tanah tak memilih ibunya, wahai anakku. ia tak mengubur rindu.” semua
orang menatapmu bahagia saat tetua mengajarimu tawa sebagai bekal yang kau bawa
dari tanah yang melahirkanmu: dari ibu, air susunya yang sejak awal mula
membuat dunia menjadi ada.

Banjarnegara, 1 Mei 2020



 

Sajak Orang Buta

seperti katamu

aku memang buta

semenjak pagi tak lagi jadi mata
bagi sebagian dunia

diriku yang hampa
membayangkan tanda-tanda

dan bunyi-bunyi
menyigi sunyi

seperti ilusi pandanganku yang pasi
bukanlah bekas lesi

tapi penglihatan itu:
nyala api

membakar paras-paras
dunia dalam dirimu

Banjarnegara, 21 Januari
2021



Cowongan

 

di kemarau ini, selalu ada yang menunggu

menanggalkan musim di langit
dan menjatuhkannya lewat tangan boneka

batok siwur kau rias menjadi putri
yang bisa menebak arah angin

kekeringan pun tiada mungkin

dibiarkan berlama-lama di atas petak sawah
sebab duka hanya tergaris di gerimis

amis sesaji yang menghidu dewi sri

dan kita meniup mantra ke anak-anak saat
menyaksikan waktu yang berjatuhan

dari sunyi yang melapangkan tiap balong

di kemarau ini, selalu ada yang menunggu
siapa yang meruntuhkan langit itu

di hadapanku?

Banjarnegara, 23 Maret 2021



 

Tentang Penulis

Bagus Likurnianto, lahir di Banjarnegara, 9 Januari 1999. Dia mulai menulis sejak
menjadi santri di Sekolah
Kepenulisan Sastra Peradaban (SKSP). Sedikit puisinya pernah dimuat basabasi.co, Media
Indonesia,
dan Koran Tempo. Dia sempat meraih penghargaan
utama “Anargya Serayu Penawara” kategori puisi dari Pemerintah dan Dewan Kesenian Banyumas pada 2020. Sambil berjuang menyelesaikan
pendidikannya
di Program
Studi Pendidikan Agama Islam UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri Purwokerto, saban
sore dia asyik bermain-main di Komunitas Taman Kecil, sebuah kelompok belajar
membaca dan menulis di desanya.

Admin

Admin

SKSP

POPULER

Puisi – Puisi Quinta Sabrina

Puisi – Puisi Quinta Sabrina

2 Juli 2024

Tentang Redaksi

11 Juli 2024
Puisi – Puisi Tania Rahayu

Puisi – Puisi Tania Rahayu

2 Juli 2024
Puisi-puisi Rifqi Septian Dewantara

Puisi-puisi Rifqi Septian Dewantara

15 November 2024
  • Disclaimer
  • Kebijakan & Privasi
  • Kerjasama Korea Selatan

© 2024 SKSP - All Rights Reserved.

No Result
View All Result
  • Esai
    • Esai
    • Esai Terjemahan
  • Puisi
    • Puisi
    • Puisi Terjemahan
  • Cerpen
  • Gurit
  • Galeri
  • Katalog Buku
    • Info Buku
    • Beli Buku
  • Tentang Redaksi
  • Kerjasama Korea Selatan

© 2024 SKSP - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In