Kirim Karya

SKSP Book Store
No Result
View All Result
  • Esai
    • Esai
    • Esai Terjemahan
  • Puisi
    • Puisi
    • Puisi Terjemahan
  • Cerpen
  • Gurit
  • Galeri
  • Katalog Buku
    • Info Buku
    • Beli Buku
  • Tentang Redaksi
  • Kerjasama Korea Selatan
  • Esai
    • Esai
    • Esai Terjemahan
  • Puisi
    • Puisi
    • Puisi Terjemahan
  • Cerpen
  • Gurit
  • Galeri
  • Katalog Buku
    • Info Buku
    • Beli Buku
  • Tentang Redaksi
  • Kerjasama Korea Selatan
No Result
View All Result
SKSP Book Store
No Result
View All Result
Home Puisi

Puisi Cunong Nunuk Suraja

Admin by Admin
10 September 2021
0
Share on TelegramShare on WhatsappShare on Twitter


BULAN MENARI

 

hari rebah membelah tanah menyisakan jejak cacing kemarau

subuh retak memar menggubah langgam dzikir memazmurkan
cuaca

serangga bangkit nyanyikan mazmur dinihari membangunkan
cahaya mentari

jejak cacing hilang terekam gerimis kepagian terlindas
lalu lalang imaji

pembunuhan berlanjut tuntas di batas grafiti urban
mendarahkan warna langit

 

kubungkus bongkahan awan hujan dalam kardus kado pelangi
sunyi

dihantarkan pikulan arsitektur gerimis tajam dikemas
sepatu kaca tokoh peri

mitos peri meranggas di tubuh pohon salju bergelantungan
lonceng cinta

terimalah dengan seksama serpihan usia dipahat dinding
metafora

 

kota kelahiranku lusuh kusam mengidap flu parah

lelehan ingusnya menyemburkan grafiti warna senja

penduduknya bergelung terpapar kusta bahasa program

terserimpung suluran serat optik menjerat waktu jeda

ribuan ruang terziarahi serapah penyair renta dimakan
encok

 

tertancap kuat tenaga kuda duabelas melaju jalanan

menerjang gerumbul perdu di simpang kota

 

laut alam malapetaka ancaman melesat sesat mata angin
berputar pada puisi terikat

jangkar diksi tali layar metafora pada pantai antologi
sabda penyihir nyinyir

 

ulat geliat wajah pasi mimpi pelangi melintasi musim
membekuk kemarau

dilipat gebalau kacau pemanasan atmosfir bumi retak
tertembak peluru ledak

berkendali memporak-porandakan jejak petani membenamkan
benih

 

talu genderang hujan bulan Juni menarikan imaji penyair
mahir mengutungi

tentakel gurita birahi kuasa koyakan media telanjang
bulan purnama tergusur

pasang laut perbani membusukkan semangat pancaroba

latu menerbangkan asa perkawinan masa berat sengsara
persetubuhan

 

 

Bogor, 2018



 

BULAN MELENGKUNG

 

di kolam tenang

katak kecil berenang-renang

di langit gerimis membuat sarang

angin bergulung di pasir pantai

 

di kolam petang sepasang capung bercinta

kecipak air mengiring deru syahwatnya

langit merah membara membakar asmara

bayangan di kolam memanjang hingga bagian terdalam

 

bulan bulat mengintip cakrawala

di tepi kolam berkasih-kasihan sepasang burung malam

irama sunyi malam makin membenamkan cuaca

larut dalam kegalauan pungguk yang menghitung cahaya
bulan

 

malam menggenapkan hitungan tasbihnya

peronda mencoba mengetukkan penanda jam

dalam senyap mata merapat menawar mimpi berlarat

 

lengkung langit gagal menciptakan puisi pelangi

 

 

Bogor, 2018



 

BULAN PATAH ARANG

 

pertikaian perhelatan larut

sepasang tangan bersilangan menutup percakapan

sesaat senyap sunyi bertarung mimpi

kematian tanpa sakit

bulan menangis di sudut cakrawala

pertikaian sia-sia pembunuhan tak berharga

 

perjamuan pesta diunggah

dalam percik lampu warna-warni

menyelipkan belati kianat janji

di ujung jalan sepi ditikamnya

mahkota tumbang negeri kehilangan asa

ribuan burung migran meneriakkan caci maki sumpah
serapah!

 

 

Bogor, 2018

 



 

BULAN TERSALIB

 

serentak menumbuhkan jarak

berseberangan dalam perjudian mencari pemenang

padahal sebenarnya kita cuma bersorak-sorai

tanpa kemampuan taktis memenangkan!

 

bola liar di lapangan rumput palsu

diperebutkan empatpuluh lima menit kali dua

jika perlu diperpanjang dua kali limabelas menit

sampai pada peruluran permainan sudden death

saat satu gol tercipta masuk gawang kiper

 

 

Bogor, 2018



 

BULAN MELAHAP

 

sepagi sesiang semalam hidangan di meja perjudian
hanyalah kartu-kartu lusuh tak tergigit berita koran cetak maupun elektronik
jumpa gambar bergerak di layar kaca yang rengat terlempar kegeramaman remote
control political mon(k)ey
memperdagangkan sapi-sapi kata penyair kondang
sepuh itu

 

catatanan demi catatan bergeriyap memenuhi ruang
menghamburkan imaji tidak bicara ideologi apalagi petisi deretan tagar
berlawanan dengan huruf b besar.

 

tunggu aku tegak lurus ziarah ruh merahnya merah
kusalib kata nyanyian kothbah Jumat di dada rembulan
angin mati tak tercatat bekukan kolam abadi hujan bulan Juni
anggur kota New York mengangkang di coklat kali Ciliwung
bukan dikencingi lampu limabelas watt menyala berwarna-warni
dicatat para demonstran di ladang jagung menjiplak gambar tato Papilon
aku bukan Dilan teman Lupus dan Boy Gola Smash memburu jalanan Ali Topan
senja di Jakarta dalam lipatan kitab omong kosong Kalatida Parfum Jazz
Insident
membukam seluruh sendi jurnalistik jadi maki caci serapah sumpah sastra
cyber

siang ini aku puasa warta kulipat koran pagi membungkam
televisi membekap cuitan twitter kecuali halaman terbuka Facebook
karena paslonku keok total



 

BULAN MEMUISI

 

Puisi yang berjudul tandas

Menghilang dalam sekapan

Menarikan birahi angsa di kolam

 

Puisi yang berjudul tanduk

Disimpan tuanku Iwan Soekri

Dalam peti-peti kardus berakar jerami

Puisi yang berjudul tanda [-]

Menghilang dalam sergapan

Fajar dunia fana sebelum tertusuk ilalang

 

Puisi yang berjudul tandus

Menciut ke rumah siput

Merayapi tembok-tembok berlumut

Puisi yang berjudul tandu

Berbaring berserakan antara Krawang-Bekasi

Menyisakan tulang belulang berserakan teriak merdeka

 

Puisi yang tak berjudul

Menunggu kaudekap

Disesapkan sedalam dada kolam merangsang

 

Puisi yang puisi

Kudekap sendiri

Hingga luput imaji

 

 

Bogor, 2018



 

KETIKA ….

 

hitung cepat terselip suara terpinggirkan

alamat tak tersampaikan tanda jejak

terhapus sergapan alat pintas pilkada

berubah jadi petaka seperti simalakama sejarah

 

mengejar tak halal berkedok politik

sungguh syahwat kuasa menuju gerbang rekayasa

menumpuk mahar pelunas percaya

bukan gadis sexy tertumpuk asa

secukup guyuran air panas bergolak

melahap syahwat perut usai puasa

 

tak tercatat berapa sudah

mengetuk jendela

walau telah membekukan jam

jadi tok tok tok

dingin yang menyeruak

selimut basah keringat

seusai bergumul

dengan imaji puisi

gerimis terus

bernyanyi trilili

hingga fajar

terkurung bangkai mimpi

 

di sebuah kota bolong ada Tuan Kosong dan Nyonya Kosong

tinggal di RW 0 dan RT 0 saat bulan bujur sangkar

tegak lurus dengan langit merahnya merah

: kooooooooooooongggggggggg!

 

 

Bogor, 2018



 

RUMAH REMBULAN

 

Maklum makin parah setelah singgah di kedai kopi jika
makin parah singgah ke warung nasi mencomot makanan yang tersedia dengan tanpa
ragu dompet terbelah hutang. Ujan yang tak datang lebih dari sepekan mengoyak
tanah berlubang menaburkan debu. Hujan jadi harapan. Pohonan sudah lusuh
terdera angin penuh butiran debu. Bulan puisi setengah mengayun langkah
cakrawala jauh.

Lelaki itu mengaku penyair di kepala botaknya untuk
menandai waktu menelikung segala gasingan sejarah yang semula membelah-belah
keberpihakan. Puisinya memang menatap ke cakrawala kuasa ideologi yang
menunjukkan penguasa negara arah mata angin simbol perjuangan tak kunjung
padam. Layaknya sastrawan pujangga negeri yang tak pernah luput puja-puji
kebijaksanaan penguasa mengkota memajukan bangsa. Bangsa yang mempercayakan
para durjana penguasa gerombolan yang mengacungkan bayonet ideologi kelompok
sajak bagi kepentingan gerombolannya. Lelaki itu bukan lelakinya masih mengorok
menyisakan ngilu seusai pergumulan dalam debat kritik sastra berkelas taring
kuda dan sekarang dinantinya pintu imaji diketuk petugas hotel yang tentunya
ditemani polisi dan paramedis untuk memastikan kematian tokoh fiktif dalam
karya yang selesai dibantai kritiknya. Kritik yang menggunakan baju liyan yang
bercorak menyerang tanpa sungkan-sungkan. Mendengar cerita sehari-hari
mendengar puisi yang belum bunyi terkunci diksi dan metafora buta juga
majas-majas liyan yang tersesat pada teori klasik linguistik yang senantiasa
bicara fonem, morfem, suprasegmental juga intertekstualitas yang bagai keong
merah merayapi dinding kolam menempelkan telur-telurnya hingga terhangati
matahari.

Kritik membuat marah. Membuat gundah dan kacau semua
rencana yang tersusun padat. Pagi juga mulai menghidangkan kritikan pedas
serasa makanan cepat saji di warung nasi terbakar matahari. Gorengan suhu
menciptakan gejolak kopi panas tanpa gula cukup dan creamer yang wangi.

 

 

Bogor, 2018



 

BULAN
BERSARUNG KARDUS

 

cuaca bergerak lunglai memasuki
perkampungan

dijejaki penanda arah kabur di sudut langit

bulan Juni tinggal bayangan sepotong
membeku di ujung waktu

puisimu belum tegak lurus dengan laman

 

bergumul dalam pasir pantai bersama
umang-umang patah sayap

terpatuk ombak laut selatan menggelorakan
kisah

petualang lazuardi dalam kapal terbang Nabi
Nuh bertenaga angin

musim menceraikan serpihan airmata duyung

mitos kegelapan samodra perkasa perawat
petaka

 

sepi memukul-pukulkan bayang kardus
terseret gelombang

 

 

Bogor,
2018



 

BULAN
DI LUAR PUISI

 

liar diksi pijar bakar imaji penyair
menggosongkan antologi puisi

potongan koran cetak usang yang hilang
tergulung kabar di serat optik

fantasi pendar televisi

 

mengendap-endap memusatkan bisa tuannya

dipatuk di leher hujan sebotol beer niralkohol

 

usai memorakporandakan nasi kucing di
Angkringan Minto

dibedahnya perut kampus kuning dengan pisau
Deridda yang dikempitnya

sejak menaiki kereta kayu dari pabrik gula
Kumbangsari

 

berputar menerjang pantai berkarang
menyarangkan jazat
riwayat manusia sekarat menggenggam cemas berkarat
di meja kaisar bola judi diputar menggantung pecundang
darah hanya senilai berita rontal di jaring laba-laba hitam

 

airmata mendanau cekung menghisap cerita
perjalanan pangeran bianglala

dijemput salam pengembala domba di padang

menggerimiskan puisi-puisi magis yang
menyihir kota

penuh grafiti bergambar rajah kaki gajah

 

perang telah menegakkan tiang sendi
hingga gaung marwah meruah melimpah
ribuan ruang ibadah terserak menampung jamaah

 

 

Bogor,
2018



 

BULAN
DITUSUK PILKADA

 

sebutir telur bebek pecah di loyang
martabak istimewa

porak-poranda usai pesta menjaring selera
pojok angkringan Ngayojakartan

 

martabak manis dilumur creamer
taburan serapah terlindas

jejak amarah bebek rawa kehilangan kolam

bermain gundu warna belimbing Semarangan

 

 

Bogor,
2018



 

Tentang Penyair

 

Cunong Nunuk Suraja, lahir di Yogyakarta, 9 Oktober 1951, pensiunan pengajar
yang sekarang tinggal di Bogor. Buku puisi tunggalnya My Beloved Nite
(2016). E-mail
cnsuraja@yahoo.com

 

Admin

Admin

SKSP

POPULER

Puisi – Puisi Quinta Sabrina

Puisi – Puisi Quinta Sabrina

2 Juli 2024

Tentang Redaksi

11 Juli 2024
Puisi – Puisi Tania Rahayu

Puisi – Puisi Tania Rahayu

2 Juli 2024
Puisi-puisi Rifqi Septian Dewantara

Puisi-puisi Rifqi Septian Dewantara

15 November 2024
  • Disclaimer
  • Kebijakan & Privasi
  • Kerjasama Korea Selatan

© 2024 SKSP - All Rights Reserved.

No Result
View All Result
  • Esai
    • Esai
    • Esai Terjemahan
  • Puisi
    • Puisi
    • Puisi Terjemahan
  • Cerpen
  • Gurit
  • Galeri
  • Katalog Buku
    • Info Buku
    • Beli Buku
  • Tentang Redaksi
  • Kerjasama Korea Selatan

© 2024 SKSP - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In