KAUM
Kaum hanyalah suatu rasa.
Yang tiada pernah punya muara.
Karena hanya akan menghadirkan angkara.
Dalam setiap aksi yang tiada pernah terkira.
Kaum hanyalah suatu sebab.
Dari hadirkan suatu petaka di setiap bab.
Laksana irama rebab.
Mengalun sendu mendayu membuat mata sembab.
Kaum hanyalah sebuah resistensi.
Dari suatu masa yang selalu menaikan tensi.
Guna aksi melawan gengsi.
Dari suatu intervensi.
Kaum akan rakusnya suatu asa.
Menjunjung kuasa di setiap masa.
Menghalalkan kisah lajunya petaka.
Hadirkan luka yang tiada terkira.
Kaum akan kemunafikan.
Mengakar dalam hati akan kebohongan.
Laksana Naail yang tiada terkalahkan.
Mendapat kuasa untuk mengukuhkan kemunafikan.
Kaum akan kesombogan diri.
Yang tiada pernah mengukur kompetensi.
Layaknya Azazil yang tak akan pernah lari.
Dari kecongkakan sebagai pembohongan diri.
12022021-EAK
AKHIR SUATU KISAH
Alunan gamelan membuat angan melayang.
Pada suatu kisah seorang dalang.
Merindu akan suatu petualang.
Tentang masa yang tiada pernah hilang dari bayang.
Jejer wayang mengugah ingat.
Tentang sebuah aksi yang sarat semangat.
Pada suatu kisah yang masih hangat.
Laksana panas yang menghadirkan keringat.
Kisah muda tentang harumnya nama.
Di suatu masa yang buat segalanya tak pernah percuma.
Negosiasi menjadi hal utama.
Sebagai tanda tercapainya suatu asa.
Petualang waktu telah mengubah segala.
Menghanyut kisah matinya srigala.
Tanpa tajamnya kuku dan runcingya taring sebagai pembela.
Dari beringasnya masa yang menghadirkan mala.
Negosiasi tak lagi hadir.
Menghampir langkah sebagai sebuah takdir.
Untuk memilih yang tiada pernah terpikir.
Agar eksistensi tetap terukir.
12022021-EAK
ADA
Ada pagi menyambut penat
Melahap kesendirian hingga kelam
Ada sunyi menggenggam erat
Kuat Menjelma diam-diam
Ada kabar menyulam tanya
Makian dalam ketidaktahuan
Ada desis menggarit kehadirannya
Menyimpulkan jutaan alasan
Ada aku mengukir harap
Ada kamu lampias dekap
Ada kita bukan sekejap
Renjana cukup tak banyak cakap
26012021-EAK
AJAL
Tak daya menghindar aksi.
Tak mampu negosiasi.
Tak sanggup lari dari situasi.
Laksana hari yang tiada terhenti.
Lajumu tak akan pernah tertahan.
Langkahmu tak akan dapat dialihkan.
Inginmu tak terbantahkan.
Ucapmu telah dikitabkan.
Hanya ada di penantian.
Tak akan pernah tahu akan kedatangan.
Semua telah tersamarkan.
Agar semua dipersiapakan.
Bekal harus dicari.
Untuk perjalanan yang tiada kenal hitungan hari.
Langkah tiada terhenti.
Tapi tak sanggup untuk berlari.
Derita dari Sang Pengikat.
Gelap pekat sang pengkhianat.
Hukuman bagi penjilat.
Seram buram si pengingkar amanat.
Kehancuran yang dilaknat.
22022021
SENJA ITU
Senja merona menebar pesona.
Tatakala pekat mengicar warna.
Menunggu peluang memerangkap mangsa.
Yang tiada pernah memiliki daya.
Senja merona di ujung hati.
Menunggu malaikat singgahi diri.
Bercengkerama dengan luka hati.
Nikmati tikam pedih belati.
04032021-EAK
Tentang Penyair
Ery Agus
Kurnianto adalah sosok penyuka sastra yang lahir di
Purwodadi pada 29 Agustus 1975. Sebelum bergabung di Balai Bahasa Jawa Tengah,
pria ini bertugas di Balai Bahasa Provinsi Sumatera Selatan (2002 s.d. 2016).
Peneliti Ahli Madya di Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah ini telah banyak
menghasilkan tulisan-tulisan hasil penelitian sastra yang dimuat di jurnal-jurnal
ilmiah yang ada di Indonesia. Sampai saat ini dia masih aktif terlibat dengan
kegiatan-kegiatan sastra yang diselenggarakan oleh Sanggar Sastra
Smaramuruhita. Selain itu, dia juga aktif di kepengurusan penerbitan Majalah
Sastra KARAS.