MARI MABUK
Sudah
kusiapkan Falaq, minuman dari Arab
Dosisnya
mantap bikin hati bergejolak
Mari
mabuk
Mabuk
sampai subuh ngantuk
Bau
mulutmu isyarat nama
Yang
dirapal doa-doa
Sedangkan
tanganku
Melepas
buhul dari dada wanita
Waktu
mengambil jiwaku, jiwamu
Menggugurkan
kesumat yang kita sebut
Ketakutan
Dan
di sisa Falaq
Masih
bersemayam mimpi dan puisi
Jejak Imaji, 2016
PERSEMBAHAN
Di
sebuah latar, angin berlari
Menyerbak
anyir darah pertempuran
Anjing-anjing
liar mengejar
Menjilati
jejak waktu
Agar
tak tertangkap zaman
Lihatlah!
Burung-burung
gagak
Mengais
tanah
Cukuplah
menjadi saksi
Di
mana saudara menjadi kurban
Atas
persembahan
Masih
ingatkah
Di
sudut puing rumah itu
Sajian
Maidah masih hangat
Untuk jiwa-jiwa yang
Pulang
bersama doa yang bersemayam
Jejak Imaji, 2015
DOA-DOA YANG MENGERING
Tak
ada yang bisa ditanam
Selain
gelisah pada retak tanah
Tangan-tangan
tengadah
Merapal
doa, mengharap hujan
Turun
di rumah dan sawah
Di
atas meja
Garpu
dan pisau tumpul
Tungku
hilang kepul
Periuk
tak beri bekal
Bagi
perut yang rindu nasi bakul
Lantas
kemana perginya doa?
Bersembunyi
di mimbar kayu
Atau
tersesat di sela-sela waktu
Barangkali
budi perlu mencari
Sembari
menata sesaji
Jejak Imaji, 2015
SHALAWAT
Terdengar
suara penggetar sukma
Lantunan
penuh makna
Penenang
kalbu dalam raga
Umat
merindu kekasih
Shalawat
berkumandang
Hati
khusyuk
Bersama
bumi dan langit berseru
Shallu ‘allan Nabi Muhammad
Jejak Imaji, 2012
KARNAVAL
Mereka
melewati jalan
Yang
bosan menghitung langkah
Nyalakan
suara, amuk!
Gebrak
udara!
Kata-kata
berdengung
Seperti
kerumunan lebah gila
Yang
kehilangan tuannya
Waktu
mensenyapkan lelah
Perlahan
karnaval telah bubar
Pulang
ke rumah yang teduh
Yang
tenang
Jejak Imaji, 2014
TELAH SAMPAI AKU
Telah
sampai aku
Di
titik pertemuan
Antara
Pandawa dan Kurawa
Jiwaku
terombang-ambing
Saling
beradu
Dalam
redup lilin-lilinku
Jejak Imaji, 2014
BERTARUH
Ketika
adzan berkumandang
Malaikat
dan iblis bertaruh
Siapa
yang akan menang kali ini?
Jejak Imaji, 2014
Rumah
adalah cinta
Ketika
debu-debu menebal di balik pintu
Jala
laba-laba mengusang tanpa tuan
Sedang
kayu-kayu lapuk dirayap waktu
Rumah
adalah cinta
Ketika
angin menerobos sela jendela
Cahaya
membias pada retakan kaca
Sedang
bayang-bayang sirna ditelan senja
Rumah
adalah cinta
Ketika
dinding-dinding mulai usang
Sedang
lukisan yang terpaku
Merujuk
pada setumpuk kenangan
Jejak Imaji, 2014
RUMAH II
Di
rumah ini
Tak
ada yang lebih setia dari debu dan teter
kayu
Menemani
segala resah dada
Mengingat
cerita yang pernah tertulis pada buku
Atau
lukisan yang terpaku di samping pintu
Tegak
tiang
Jadi
penyangga bagi yang rentan
Dinding-dinding
menjaga usia
Hingga
waktu tanggal satu satu
Tetapi
angin, diam-diam keluar-masuk
Lewati
jendela yang mengantuk
Di
rumah ini
Segala
ingatan tertata
Menjadi
setumpuk rahasia
Yang
tetap terjaga
Jejak Imaji, 2015
MUSIM KETIGA
“Duka masehi menyalip musim”
Tanah
tengadah
Merapal
segala kemungkinan
Sujud
batu-batu
Merawat
setiap pengharapan
Dan
ketidakpastian
Masih
basahi ladang penghidupan
Di
mana benih tertanam
Jejak Imaji, 2015
KUANTRIN PENCIPTAAN
/1/
Ada
yang bersilangan di pikiran
Dengan
kata-kata
Yang
menjelma tangan
Kudapati
musim basah
Mencumbu
garapan tanah
/2/
Pada
batas jarak
Luka
nganga berpinak
Bangkitlah
mimpi
Dari
langkah perih
/3/
Musim
datang pergi
Menjadi
tangan kata-kata
Mengarahku,
mencekik leher
Menyulutku,
membakar dada
/4/
Kulecuti
diri
Menanam
benih kecemasan
Hingga
lahir anak-anak puisi
Dari
rahim yang kudus
Jejak Imaji, 2015
MOKSA
Disaksikan
malam kutanggalkan rupa
Lucuti
dosa
Hening
hantarkan pada latar mustawa
Sesampai
pintumu, leburlah aku
Jejak Imaji, 2015
Tentang Penulis
Bisri Musthofa, lahir di
Sleman, 7 April 1993. Kegiatan sehari-harinya
menjadi pengajar di MTs N 1 Sleman, selain itu juga bergiat
di kelompok belajar sastra Jejak Imaji. Beberapa puisinya
termaktub dalam antologi bersama “Rumah Penyair” (2012), “Teras Sastra” (2014).
Pos-el: bisrimusthofa507@gmail.com. Hp.085729141516