R e q u i e m
masihkah ada
selarik puisi
yang masih
kausimpan
untukku?
berikan padaku
seteguk saja
untuk memupus jarak
padamu.
2021
Alis Matamu
–Frida Kahlo
matamu seperti
lautan
ombak gelisah
yang mencari
cangkang-cangkang
kerang
pantai cuma
tempat singgah
–bukan
tujuan.
tapi musim,
selalu menunda
pencarian.
hingga buihbuih lelah
dan nafas
langit membuaskan kabut.
aku di sini
saja. menunggu waktu.
sembari rebah
di alis matamu.
2021
R e t a k
—Angelina Jolie
dari ujung
bukit, bibir memar itu
menandai jarum
waktu. jantung
masih
berdetak, semakin ngilu
oleh rindu.
aku cuma lelaki
yang menandai
detak nadi
dengan jejak
di tanah, sejauh
langkah kaki.
lelaki itu
sendirian menyusuri senja.
mencari
alamatmu. tempat sembarang
kisah
disembunyikan, dari ceruk mata
nakalmu.
2021
Melankoli Merah
Bara
–Retna
Kasimpar
subuh telah lewat.
tinggal kabut dan embun
diam kelu,
kaki-kaki kuda menggetarkan waktu
yang membeku.
kanda akan
berangkat ke medan laga, dinda.
Dewata telah
membisikkan sebuah rahasia
: di mana
Kurandageni sembunyikan ajalnya.
lalu Pasupati telah
kujamas banyu suci
dan kembang seribu
rupa.
sang ayu, aku tak
sabar lagi, berendam di genang
ciummu. setiap serangga tahu sedalam apa
–kuselami palung
mahagelap ini. kujelajahi lembah
dan sendang, juga
tebing yang seliar retak kawah
di sembarang
bebukit di tubuhmu.
lantas bersembunyi
di puncak susu. genangan cinta
yang mendekap
bayang resah Dewi Banowati.
2021
I l a l a n g
pulanglah sebelum
badai datang
menjemputku. kau
tak akan pernah
lagi mendengar
rahasia kecil dari
ciumanku yang
dungu. yang bagimu
seperti
serpihanserpihan salju
–dingin dan beku.
cerita kita tentang
tunas yang tak
kita tanam, dan
merimbun seperti alang
anggaplah igauan
sapi dengan punuk
menjulang. sebelum
alang dan kebun
sayur habis dan
halaman rumah
meluas dan
kerontang. hanya kosong.
dan kaubimbang
tetap tinggal atau
menghitung lagi
jejak jalan pulang.
2021
M e l o d i a
sudah terlalu lama
berdiam di sini.
cuma ada suarasuara
tanpa sumbersuara.
kelebat serangga,
dan udara yang tak setia.
sebentar lagi
gelap. jikapun akan datang
bulan dan
bebintang, aku sudah teramat
bosan. apa yang
bisa diharapkan
dari sesuatu yang
berulang?
ya, mungkin aku
cuma sedang sangat
ketakutan, jika
yang tak kutunggu, bahkan
akhirnya datang.
2021
Tentang Penulis
Damtoz
Andreas mulai belajar menulis antara lain di
Majalah Zaman (alm), Kompas, Suara Pembaruan, Suara Merdeka, Majalah
Matabaca, Jawa Pos, Kedaulatan Rakyat, Bernas, dan lainnya. Ia juga telah
menerbitkan beberapa bukunya: Mo-LiMO (prosa ringan), Memo Dewi
(buku puisi), dan Seriuh Kata Sebisu Kala (buku puisi, yang sekaligus
memenangkan kategori buku puisi terbaik Prasidatama, Balai Bahasa Jawa Tengah
2018), dan buku terbarunya Ilusi-ilusi pada Sejuta Milyar Lembar Daun Lontar (buku sajak, 2020). Ia mendirikan dan
mengelola IndonesiaTera, Poplar_Inc., Penerbit Waktu, DuniaTera, Left Studio,
Forum Kilometer Nol, dan pernah bekerja untuk majalah Matabaca, Harian Kartika, dan TriBEE
Press.