Kirim Karya

SKSP Book Store
No Result
View All Result
  • Esai
    • Esai
    • Esai Terjemahan
  • Puisi
    • Puisi
    • Puisi Terjemahan
  • Cerpen
  • Gurit
  • Galeri
  • Katalog Buku
    • Info Buku
    • Beli Buku
  • Tentang Redaksi
  • Kerjasama Korea Selatan
  • Esai
    • Esai
    • Esai Terjemahan
  • Puisi
    • Puisi
    • Puisi Terjemahan
  • Cerpen
  • Gurit
  • Galeri
  • Katalog Buku
    • Info Buku
    • Beli Buku
  • Tentang Redaksi
  • Kerjasama Korea Selatan
No Result
View All Result
SKSP Book Store
No Result
View All Result
Home Puisi

Puisi Maman S Mahayana

Admin by Admin
31 Oktober 2021
1
Share on TelegramShare on WhatsappShare on Twitter

 

MENCARI SAMPAH DI SEOUL

 

Aku mencari
sampah di Seoul

di
stasiun-stasiun dan kebun kampus

di pertokoan
dan pusat perbelanjaan

di pojokan
perkantoran dan taman-taman

di pasar
tradisional dan petak hutan

di manakah
kalian?

 

Aku jumpa
sampah dalam bak plastik tiga warna:

botol-botol
dan kaleng minuman

kertas-kertas
dan kardus barang

limbah busuk
dan sisa makanan

terkunci
diam dan kalian gagal berserakan

 

datanglah ke
pasar ikan

di manakah
kutemukan

bau keparat
dan becek jalanan?

sia-sia
mencari kalian di sana

dini hari
tadi aku melihat truk besar berderak

pelan-pelan
membawa kalian ke pusat sampah

dan
menyulapnya jadi:

rabuk pupuk,
pakan ternak, serat baju, dan kardus mainan

juga pot
bunga warna-warni dan kertas koran

 

datanglah ke
apartemen-apartemen pencakar langit

kolam sampah
di pojok taman

tanpa
dengung lalat beterbangan

tanpa kucing
wara-wiri gentayangan

juga tak
kujumpa

anjing
kampung mengais sisa makanan

 

Aku mencari
sampah di Seoul

di manakah
kalian?

bersembunyi
atau pergi diam-diam

lalu
menjelma kembali barang-barang rumah tangga.

 

 

Seoul, 9 Juli 2011



 




JEMBATAN CINTA SUNGAI CHEONGGYECHEON

: Yang Seung Yoon

 

/1/

Sejarah beku Sungai Cheonggyecheon

beratus tahun terkubur

kini mengalir kembali

tak lagi ada tembok besi

mengunci kisah suami-istri

yang kawin lari

 

“Hidup harus kaureguk,” katamu

Ini kisah percintaan terlarang

tentang pengantin baru gadis keluarga Kim

suami pergi di malam kedua

“Pekerjaan adalah kemuliaan dan harga diri,

kami pantang tidur,” begitulah suami berangkat ke entah

memamerkan martabat laki-laki

 

Di malam ketiga

Yi An-Nul, pemuda desa

menyeberangi tujuh jembatan sungai Cheonggyecheon

meracau mabuk berat

ambruk dibalut serpihan salju

“Mengapa pengantin baru tergolek di depan pintu?”

 

Istri masih dibekap mimpi

menyangka suami sudah kembali

 

Begitulah

tuhan membelokkan garis tangan

lewat sebuah pertemuan

lelaki dan perempuan

berdua dalam satu kamar

aib dan tercela

menista nama marga

wajib diganjar

sanksi dan hukum laknat

lebih kejam dari laku para pengkhianat

itulah derita panjang hidup dalam kematian

tetapi, seperti katamu: hidup harus kaureguk!

“Ayo kabur, mengubur nama

menghapus jejak kaki

mengganti suami.”

Maka, wahai para jomblo

menyeberanglah di tujuh jembatan sungai Cheonggyecheon

dan garis tangan akan mengubah nasibmu

 

 

/2/

Dinasti Joseon pada awalnya

Hanyang ibukotanya

lalu tuhan berkabar tentang hujan

tumpah meluap

sampah dan air comberan

Raja Taejong: menyulap taman-taman

menciptakan sungai bening

dan ikan-ikan kecil yang ditakuti para pemancing

denda yang tak terperi.

 

Ogansumun: Lima Gerbang Air dan jembatan-jembatan batu

meruntuhkan tebing dan titian kayu

Gwangtonggyo dan Hyejeonggyo

 

Datanglah Raja Sejeong, Sang pencipta Han Geul

huruf-huruf alam menyusup nafas para jelata

yang sibuk membaca dan menyusun kata

mengikuti sabda Sang Raja

melupakan sungai Cheonggyecheon

yang diserbu hambur comberan dan sampah selokan

aroma sengit dan kemarahan

tiba-tiba

tetangga seberang lautan datang tak diundang

menghancurkan Seoul

mengganyang Hanyang

sungai Cheonggyecheon dangkal dan memuakkan

 

“Selamat datang Raja Yeongjo!”

dua ratus ribu pekerja dikerahkan

puluhan ribu yang dilimpahkan

tetes-tetes keringat menguap ke udara

dan jatuh

dalam kumandang doa sutra biksu Buddha

 

/3/

Jembatan Supyo melintas Sungai Cheonggyecheon

lebih lima abad berdiri tabah

menjadi taman kota

tempat bermain keluarga

anak-anak bermain layang-layang

remaja berciuman

para manula mendorong keranjang bayi

melewati reuni peminum maekgoli

 

tahun lima puluh

orang-orang membawa peluru

Seoul menjelma kota hantu

darah pecah

mayat mengapung

aroma perang dan kematian

melayang-layang mengalir di Sungai Cheonggyecheon

di bawah jembatan cinta

yang melintang di tengah kota

yang menyisakan duka selatan—utara

 

Sungai Cheonggyecheon

membelah Seoul

lama tenggelam

lalu hidup kembali

membawa kisah tuhan

yang mengubah garis tangan

 

Sungai Cheonggyecheon

membentangkan jembatan cinta

datang dan berdoa

di sana

di antara tangis bayi dan teriakan bocah

dalam pegangan tangan dua remaja

dan nostalgia para manula

 

Sungai Cheonggyecheon

membentangkan jembatan cinta

 

 

Dongdaemun, 8
Februari 2010



 

 



BELUT LAUT

: Kim Dong Hoon

 

/1/

Sebuah
provinsi di barat daya Korea

: Jealla
Utara, Jeonju ibukotanya

mengalir
sungai: Puncheon namanya

sungai tak
seberapa besar menanamkan berkah

terkenal ke
mancanegara

 

berkerumun
belut bergulung-gulung

panjang dan
gemuk berseliweran

berpasangan
berdekapan, bertelur beranak

lalu
menyebar ke penjuru samudera

melewati
pantai Gochang-eup dan laut lepas

Puncheon si
belut laut berenang bolak-balik

mencari
tempat sanggama

mengajari
cara beranak-pinak

 

sejarah
belut

tercatat
dalam buku resep

kepala
lancip seperti ikan jeler

sepasang
sirip atas bawah

licin
memanjang sampai ekor

mata bundar
kecil ukuran kacang ijo

Puncheon si
belut laut

mewah
bergizi melebihi telur dan daging sapi

 

Puncheon si
belut laut

berdansa
dalam bak kaca

menabraki
gelembung-gelembung air

terpajang
depan restoran sushi

rumah makan
serba laut

dan kedai
ikan bakar

puncheon
sang primadona

santapan
lelaki jantan

penambah
tenaga kuda

 

 

/2/

Wahai
pengantin baru

suami yang
tahu diri

mengerti
hasrat istri

sampaikan
hadiah berharga

semalaman
bahagia

juga nanti
lusa

atau pada
setiap masa

maka

puncheon
jangan lupa

bakar di
atas arang batu bara

setengah
matang

 

puncheon
bakar, si belut laut

bungkus
dengan daun selada

tambah gimci
daun wijen selembar

taburi
irisan kecil-kecil: jahe dan laja

baluri kucujang:
sambal kacang yang tak pedas

juga bawang
putih dan cabe ijo lalabannya

acar lobak
dan genjang asinannya

dan hup!

masuk mulut

kunyahlah!

 

puncheon
bakar, si belut laut

santapan
para suami

esok istrimu
bangun pagi

menatap
matahari

menunggu
malam lagi

 

 

Taereung, 28 Februari 2011



 




SEBUAH BENDERA

Untuk Yun Hyun Sook

 

Dan Gun Wang Geom pada
mulanya

dari kahyangan ke istana

lalu berkelana ke desa-desa

 

Duka Raja Sejong

memandang alam dalam kanji cina

rakyat yang papa

seperti lalat dalam gelas

gagap dibekap aksara

lembar kertas yang sepi

kata seperti mati

kalimat penuh muslihat

lalu alam lesap dalam kanji cina

lalu kanji cina disulap jadi abjad:

Hun Min Jeong Eum

 

Dunia dan seisinya

jiwa yang terus berkibar

semangat bergerak

pantang diam, pantang menyerah

itulah bola bundar 

Taegeukki: jiwa dan hati

merah dan biru:Taegeukwon

Yang, panas benderang:

lihatlah langit, matahari, siang, dan api

laki-laki tampan dan setia

Eum seperti embun: dingin dalam gemerlap dan gelap

itulah bumi, bulan, malam, dan air suci

beruang telah menjelma perempuan dengan
cinta seribu hati

Yang dan Eum:

angin dingin mewartakan datang salju

mawar dan kupu-kupu musim semi

lalu datang musim gugur

langit tanpa awan jauh membentang

merontokkan warna-warni dedaunan

bulan depan

orang-orang kepanasan

berkemah di pinggiran sungai Han

 

di empat penjuru

geon membentuk tiga tiang di kiri atas

itulah langit, musim semi, kecerdasan, dan
arah timur

empat tiang:Yi di bawah kiri

matahari, musim gugur, kesopanan, dan arah
selatan

di atas kanan, lima tiang: gam

rembulan, musim dingin, kearifan, dan arah
utara

di kanan bawah, enam tiang: gon

tanah, musim panas, keberanian, dan arah
barat.

 

Taegeukki: jiwa dan hati

alam mengajari gimci dan nutrisi

pakaian tebal dan tipis warna-warni

dalam kibaran bendera Taegeukki

jiwa dan hati Korea!

 

 

Seoul, 15 Agustus 2011



 




HARI MINGGU DI RESTORAN INCHEON

: Yun Hyun Sook

 

Melewati jembatan laut

hamparan lumpur dan pulau-pulau kecil

pantai menyediakan kemah para pemancing

 

sepetak hutan dikepung restoran serba laut

mobil memadati jalanan

berebut tempat parkir

 

Sebuah restoran diserbu pemburu makanan

orang-orang menunggu panggilan

menggenggam nomor meja

lima belas menit lamanya

 

meja-meja pendek berderet berhadapan

pelayan datang, menyajikan pancan

kompor gas dinyalakan

kuah dalam baskom

penuh sayuran bertimbunan

di antara kerang dan udang

dan gurita segar

tangannya bergerak-gerak

pelayan datang lagi

mengguntingi jemari gurita kecil-kecil

sepasang sumpit logam

mencapit potongan-potongan gurita dan sayuran

oleskan saus cabai, kecap dan wasabi

kunyahlah dan nikmati

sebentar nanti gurita menari-nari

di atas lidah yang licin dan geli

 

Hari Minggu di Restoran Incheon

mulutku gatal

diganggu gurita segar

yang bergerak-gerak menggoda lidah

yang menggerayangi langit-langit

lalu nyangkut di tenggorakan

 

 

Incheon, 5 Desember
2013








Tentang Penulis

 


Maman S
Mahayana,

lahir di Cirebon, 18 Agustus 1957. Lulus Fakultas Sastra Universitas Indonesia
(FSUI) tahun 1986. Sejak itu ia mengajar di almamaternya  yang kini menjadi Fakultas Ilmu Pengetahuan
Budaya Universitas Indonesia (FIB-UI). Tahun 1997 selesai Program Pascasarjana
Universitas Indonesia.

Selain
mengajar, ia banyak melakukan penelitian dan kegiatan sastra dan budaya.
Penghargaan yang pernah diterimanya, antara lain, Peneliti berprestasi di lingkungan
Universitas Indonesia (2003 dan 2006), Juara Harapan Lomba Penelitian Ilmiah
Bidang Ilmu Budaya, Universitas Indonesia (1990, 1991, 1995), Tanda Kehormatan
Satyalancana Karya Satya dari Presiden Republik Indonesia, Dr. H. Soesilo
Bambang Yudhoyono (2005), Penulis Makalah Terproduktif di lingkungan FIB-UI (2005,
2006), Anugerah Serantau Pilihan Sagang dari Yayasan Sagang di Pekanbaru, Riau (2006),
Anugerah Sastera Majelis Sastera Asia Tenggara (MASTERA) ke-5 untuk kategori
Sastera Bukan Kreatif (Non-fiksi) atas buku
Sembilan Jawaban Sastra Indonesia (Jakarta: Bening
Publishing, 2005, Kuala Lumpur, 27 
November 2007), Penghargaan Penulis Buku Teks (2007 dan 2008).

               Sejumlah bukunya yang sudah
diterbitkan, antara lain:

1.     
Ringkasan
dan Ulasan Novel Indonesia Modern
(Jakarta: Grasindo, 1992), xii +
308 halaman;

2.      Kesusastraan Malaysia Modern
(Jakarta: Pustaka Jaya, 1995), xiy + 175 halaman;

3.      Kamus Ungkapan Bahasa Indonesia
(Jakarta: Grasindo, 1997), xviii + 346 halaman;

4.      Akar Melayu: Sistem Sastra  & Konflik Ideologi di Indonesia &
Malaysia,
(Magelang:
Indonesiatera, April 2001), xiii + 301 halaman;

5.      Ragam
Budaya Betawi
(enam jilid), Tim penyusun bersama Ridwan Saidi,
Yahya Andi Saputra, Rizal, (Jakarta: Dinas Kebudayaan dan Permuseuman, Pemda
DKI, 2002);

6.      Sembilan Jawaban Sastra Indonesia (Jakarta:
Bening Publishing, 2005), ix + 502 halaman;

7.      Bermain dengan Cerpen (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2006), xiii + 385 halaman;

8.      Ekstrinsikalitas Sastra Indonesia (Jakarta:
Grafindo, 2007), ix + 436 halaman;

9.      Bahasa Indonesia Kreatif
(Jakarta: Buku Pop, 2008);

10.  Pantun Betawi, Tim
Penyusun bersama Yahya Andi Saputra, Moh. Guntur Elmogas, Rudy Haryanto
(Bandung: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Jawa Barat, 2008), xx + 284 halaman;

11.  Pengarang Tidak Mati
(Bandung: Nuansa Cendekia, 2012), 352 halaman;

12. 
Kitab
Kritik Sastra
(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2015), lxiv + 432
halaman.

 

Pada tahun 2009—2014, menjadi
dosen tamu di Hankuk University of Foreign Studies, Seoul, Korea Selatan.

 

Admin

Admin

SKSP

POPULER

Puisi – Puisi Quinta Sabrina

Puisi – Puisi Quinta Sabrina

2 Juli 2024

Tentang Redaksi

11 Juli 2024
Puisi – Puisi Tania Rahayu

Puisi – Puisi Tania Rahayu

2 Juli 2024
Puisi-puisi Rifqi Septian Dewantara

Puisi-puisi Rifqi Septian Dewantara

15 November 2024
  • Disclaimer
  • Kebijakan & Privasi
  • Kerjasama Korea Selatan

© 2024 SKSP - All Rights Reserved.

No Result
View All Result
  • Esai
    • Esai
    • Esai Terjemahan
  • Puisi
    • Puisi
    • Puisi Terjemahan
  • Cerpen
  • Gurit
  • Galeri
  • Katalog Buku
    • Info Buku
    • Beli Buku
  • Tentang Redaksi
  • Kerjasama Korea Selatan

© 2024 SKSP - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In