Kirim Karya

SKSP Book Store
No Result
View All Result
  • Esai
    • Esai
    • Esai Terjemahan
  • Puisi
    • Puisi
    • Puisi Terjemahan
  • Cerpen
  • Gurit
  • Galeri
  • Katalog Buku
    • Info Buku
    • Beli Buku
  • Tentang Redaksi
  • Kerjasama Korea Selatan
  • Esai
    • Esai
    • Esai Terjemahan
  • Puisi
    • Puisi
    • Puisi Terjemahan
  • Cerpen
  • Gurit
  • Galeri
  • Katalog Buku
    • Info Buku
    • Beli Buku
  • Tentang Redaksi
  • Kerjasama Korea Selatan
No Result
View All Result
SKSP Book Store
No Result
View All Result
Home Esai

Esai Dr. Sigit Mangun Wardoyo, S. Pd., M. Pd.

Admin by Admin
30 Juni 2024
0
Esai Dr. Sigit Mangun Wardoyo, S. Pd., M. Pd.
Share on TelegramShare on WhatsappShare on Twitter

 

 

MERENANGI
MAKNA DALAM PERPUISIAN 

YANG BERWARNA

:
Apresiasi perpuisian
Efen Nurfiana

 

Puisi merupakan ekpresi. Hadir di tengah-tengah pembaca dengan
bermediumkan bahasa. Kata menjadi bagian penting dalam menyampaikan makna puisi
sehinga menjadikan puisi tersebut mewujud dalam kedalamnnya. Membaca
sajak-sajak
Efen Nurfiana kita seolah diajak tamasya ke dalam berbagai
“kehidupan dunia”. Kehidupan“perempuan”, kehidupan “keakuan”, kehidupan
“religi”, kehidupan “cinta” dan kehidupan-kehidupan lain dalam potret penyair.
Penggambaran “kehidupan” yang dihadirkan penyair dalam kumpulan sajak ini akan
membawa pembaca merasakan suasana yang berbeda-beda, inilah yang menyebabkan
perpuisian Efen menjadi berwarna sesuai dengan apa yang disajikan dalam setiap
puisinya.

Kadang kita disuguhkan pada gambaran perempuan yang penuh dengan
kisahnnya seperti dalam sajak “Perempuan Gabuk”. Sajak ini menghadirkan suasana
penggambaran terhadap sosok perempuan yang sarat dengan segala dilemanya.
Hingga dalam menghayati masalah tersebut perempuan berada dalam dunia yang
kosong (Gabuk), tak mengenali diri dalam kesepiannya /kulihat kau dikitari
kesepian-kesepian/ kau kehilangan diri/.

 

PEREMPUAN GABUK

 

Kulihat kau
dikitari kesepian-kesepian

Malam-malam kau
terjaga, saat pagi

Kau kehilangan
diri

 

Ini adalah kisah
perempuan gabuk

Hidup tak
ubahnya waktu sembunyi

Kau datang
kepada diriku

Sebagai diriku

Yang tak tahu
diri

 

Saat sebagian
bertelungkup di rumah-rumah

Di depan kaca
kau menjadi diriku

Kau curi param
dari dalam diriku

Kau balur
kesakitan-kesakitan dalam dirimu

Dan aku jadi
kaku

Kembali aku
menjadi dungu

 

Oh perempuan
gabuk, perempuan gabuk

Dahulu pernah
ada beberapa orang

Berjinjit ke
arahku

Namun yang
mereka cari bukan diriku

Tetapi dirimu

Padahal kita
sama-sama tahu

Tak ada yang
mampu mengubahku menjadi dirimu

Kecuali,

Aku kembali
menjadi diriku

 

Oh perempuan
gabuk, perempuan gabuk

Akhirnya kali
ini kau yang datang sendiri

Mencari–cari aku

Sementara lampu
neon di pelataranmu ini

Tak mampu
mengikutiku

Ke dalam sepi

 

Perempuan gabuk,
oh perempuan gabuk

Sepi–sepi itu kemudian berputar–putar
mengitari

Dirimu yang
serupa aku

 

Purwokerto, 21
februari 2018

 

Selain sisi kehidupan perempuan dengan segala problematikannya,
Kehidupan sosial juga dipaparkan oleh penyair dalam sajak “Parade Pasar”. Dalam
puisi ini penyair mencoba memotret kehidupan dengan diksi tentang suasana
pasar. Sebagai suatu tempat di mana bertemunya antara penjual pembeli,
berinteraksi dengan berbagai kebutuhannya mereka masing-masing dalam mengarungi
kehidupan ini /
Kulihat para ibu menukar sayur-mayur/ Dengan bangku sekolah milik anaknya. Betapa kondisi potret sosial begitu tergambar dalam
sajak ini, betapa orang-orang bertahan dengan berbagai usahanya untuk bertahan
hidup. /k
emudian aku berjalan di atas carut marut/upah pekerja/di antara berjajar kaum muda yang /siap menyimak nasib yang sama/

 

PARADE PASAR

 

Kemudian kuintip
dari gigir ibu

Orang-orang
datang dari ranjang

Dan para
pedagang yang begitu tengadah

mengais rupiah

 

Sesaat
sepenggalah matahari naik

Kulihat para ibu
menukar sayur-mayur

Dengan bangku
sekolah milik anaknya

 

Kemudian aku
menepi di antara

Lelaki tua dan
beberapa tempat duka

Lelaki paruh
baya memeluk buku pelajaran

Sambil asik
bercerita

 

Tentang bayaran
sekolah yang nunggak

terus merambahi
mata-telinga

malam-malam ia
seperti tidur di atas miang

 

lepas dari
segala raut muka

tangan-tangan
terbungkus lumus

aku duduk
nguncup, berderak-derak ketakutan

menutuk ladang
nasib, menyeret tubuhku

ke dalam tajam
batu

 

hujan membecak
tanah, para bakul tetap memikul

aku termandam,
memandangi gadis cilik

ia nampak
menyenyumi penunggang kuda

meski susu
sarapan paginya digondol pergi

 

kemudian aku
berjalan di atas carut marut

upah pekerja

di antara
berjajar kaum muda yang

siap menyimak
nasib yang sama

 

Purwokerto, 11
Desember 2017

 

Bukan sekedar masalah kehidupan sosial disuguhkan dalam perpuisian efen,
kita juga diajak merenangi ke dalam dunia religi yang tergambar dalam sajak
“Sajadah”. Betapa diksi begitu lekat dengan pesan yang ingin disajikan oleh
penyair, seperti diksi sajadah, hari pengampunan. Diksi sajadah adalah merujuk
pada suatu pirati yang disediakan sebagai tempat untuk melakukan komunikasi
antara  manusia sebagai makhluk ciptaan
dengan  Sang penciptanya. Harapannya
dalam kondisi tersebut manusia mampu menemukan jalan untuk kembali menjadi
sesuatu yang telah digariskan. Tidak ada kata terlambat untuk menemukan kembali
jalan pulang ke arah keilahian, /
Meskipun pada barisan
paling belakang
/Suara-suara
tampak meminta kau kembali
/.

SAJADAH

 

Gelar
sajadah panjang ini pada  hari
pengampunan

Agar
kau dikarunia banyak pintu

Seperti
yang pernah kau katakan, kita tak perlu

Kunci
untuk masuk kapan saja

Meskipun
pada barisan paling belakang

Suara-suara
tampak meminta kau kembali

 

Purwokerto,
9 Juni 2016

Selain tema dan pesan-pesan puisi dengan suasana yang telah dipaparkan
di atas, masih terdapat  warna yang lain
yang disodorkan kepada kita yakni suasana romantis tentang kisah cinta wajarnya
manusia dalam kehidupan ini. Rasa kasih dan cinta tampak jelas tergambar
seperti dalam sajak “musim semi itu”. Puisi yang mengisahkan suka dukanya
menjalin suatu ikatan asmara yang dijalani oleh wanita dengan pasangannya /
Sementara
air mata yang kau kirimkan
/Meminta
harum kembangku
/Lantaran
kecewa yang mengendap dalam hatimu. Sebagai penebusan noda yang tempo hari
kulukiskan pada kertasmu
.
Kisah cinta yang dituliskan pada sejarah kehidupan dijalani dengan derai air
mata karena adanya rasa kecewa yang membalur di hati.

 

MUSIM SENYUM ITU

 

Semua salahku
memang, tak pernah percaya bahwa senyum

Adalah musim

Jika tidak
demikian pastilah kau izikan kupungut lagi

Cinta yang gugur
dari setangkai mawar

Sementara air
mata yang kau kirimkan

Meminta harum
kembangku

Lantaran kecewa
yang mengendap dalam hatimu

Sebagai
penebusan noda yang tempo hari kulukiskan pada kertasmu

Telah usai semua
memang, namun petang ini

kurindukan
segelas kopi hangat

Yang biasa
datang dari tanganmu

Tentangmu yang
hilang bersama badai air mata

tempo lalu

 

Purwokerto, 17
Desember 2015

 

Inilah kekuatan perpuisian dengan berbagai warna yang dihadirkan oleh
Efen.
Namun sisi lain, keberagaman warna puisi yang
dihadirkan oleh penyair, akan membuat pembaca merasakan lompatan-lompatan dunia
rasa. Pembaca harus mampu membolak-balikkan rasanya untuk dapat mengikuti dan
menikmati puisi tersebut. Tentu saja keadaan ini akan menjadikan pembaca begitu
sulit mengondisikan perasaanya secara total atau secara penuh di dalam
penghayatannya.

Wajar adanya ketika rasa yang awalnya tercipta dalam diri pembaca karena
membaca satu puisi, tiba-tiba harus beralih lagi kepada suasana yang berbeda.
Semua ini tentunya dibutuhkan suatu penghayatan ekstra agar pembaca mampu
menangkap pesan, dan menikmati suasana yang dibangun oleh penyair.

 

Benang
merah yang dapat ditarik untuk membingkai perpuisian saudara Efen adalah
“keberwarnaan rasa” ini dapat kita temukan dari diksi-diksi yang tersaji di dalam
setiap bait-bait sajaknya. Seperti pilihan kata
“Badai air mata”, “Sajadah”, “Perempun Gabuk” dan lain sebagainya. Oleh
karena itu cakrawala atau horison pengetahuan pembaca dituntut untuk mampu
menyelami setiap kata yang dihadirkan oleh penyair.

 

 

 

 

BIODATA

Dr. Sigit Mangun Wardoyo, S. Pd., M. Pd., adalah Dosen di Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

 

 

Admin

Admin

SKSP

POPULER

Puisi – Puisi Quinta Sabrina

Puisi – Puisi Quinta Sabrina

2 Juli 2024

Tentang Redaksi

11 Juli 2024
Puisi – Puisi Tania Rahayu

Puisi – Puisi Tania Rahayu

2 Juli 2024
Puisi-puisi Rifqi Septian Dewantara

Puisi-puisi Rifqi Septian Dewantara

15 November 2024
  • Disclaimer
  • Kebijakan & Privasi
  • Kerjasama Korea Selatan

© 2024 SKSP - All Rights Reserved.

No Result
View All Result
  • Esai
    • Esai
    • Esai Terjemahan
  • Puisi
    • Puisi
    • Puisi Terjemahan
  • Cerpen
  • Gurit
  • Galeri
  • Katalog Buku
    • Info Buku
    • Beli Buku
  • Tentang Redaksi
  • Kerjasama Korea Selatan

© 2024 SKSP - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In