PEREMPUAN
PENYUNGGI KERANJANG
dalam munajat selepas subuh
kulihat seorang perempuan
berkain selampai selendang
menyunggi keranjang:
kerisik daun-daun berdesakan
ranting-ranting kering. kelopak bunga
luruh
rumput ilalang. dengung belalang
ia meniti shirath
debar dada berdegupan
berharap tangan malaikat
menuntunnya bersijingkat
kakinya telanjang. airmata berlelehan
lisan dan hati tak hendak diam
merintihkan rindu pada kekasih
nun jauh di seberang:
ya nabi, ya nabi
ya bulan, ya matahari
perempuan itu.
menitiskan sendu
di
kecipak sungai nafasku
hingga
di pagi yang diam
kupunguti
kesabaran berserakan
di
kebunnya yang manikam
Depok-Yogyakarta
November
2018-2021
SEKERANJANG
BUNGA UNTUK BERPESTA
tak ada yang berbincang pagi-pagi
tentang
rangkaian bunga. jika kelak pesta kita
tiba
mereka hanya berhitung berapa bumbung
mutiara yang kau dapatkan
dalam setiap palagan yang meletihkan
pesta kita bukan semarak kilau
hanya kenduri cinta sekedarnya
nasi wuduk dan ingkung sekedarnya
taburan kol dirajang sangat tipisnya
tapi jangan lupa, aku ingin sekeranjang
bunga
untuk kuhirup wanginya. di setiap pagi
dan senja
kau tahu? betapa sepi perempuan jika tak
ada
daun dan kembang. apa yang akan ia
mainkan?
bahkan ketika pesta kelak usai
ada saja yang sibuk meronce
kenanga, kantil, mawar, melati, pandan
wangi
untuk menghias kereta. yang akan membawa
pulang setiap jiwa
bukankah wangi yang kita sepakati
di awal dan akhir nanti?
Depok,
November 2018
PERBINCANGAN KOPI SENJA
Senyum itu masih lembut tersungging di bibir
teduh serindang pohon. kala terik tengah hari
menguarkan aroma zikir. yang kau racik sedari pagi
Senyum itu aroma secangkir kopi
yang mengundang tetangga berkumpul di beranda
kala hujan membasuh senja. sambil bersenda bertukar kisah
tentang piring yang pecah sehabis dhuhur
karena mencuci dengan angan terulur
akan rumah di tengah huma. yang dikelilingi jagung
dan ketela. dengan kursi bambu di berandanya
juga serumpun perdu pemalu. harum ilalang dan manja benalu
Dan ah, selebihnya derai tawa. renyah dan sederhana
karena perbincangan tetap saja angan
sebelum semua bergegas pulang. menyingsing lengan
mengambil pisau. mengupas bawang menumbuk sahang
untuk sepinggan makan malam
Sambil mengingat sebuah kisah tentang jibril,
yang membawa salam damai. bagi hati seladang bunga
:Tuhan membangunkan sebuah
rumah di surga
jauh dari hiruk pikuk dan rasa lelah,,untuknya
Depok, November 2018
MEMBACA YUNUS
dalam istighfar
aku membaca
karena
kata-kata kadang bagai
samudera yang
gelombangnya tak terduga
menyeretku
tenggelam
sampai tak bisa
kubedakan
mana daratan
mana lautan
jika tenggelam
aku ingin
seperti yunus
dalam perut
ikan diselamatkan Tuhan
dan amarahnya
pun ditenggelamkan
maka ajarilah
aku berenang
seperti sebuah
permainan
tanpa batas
bersama denyut darah
bersentuhan
dengan nama-nama
berhubungan
dengan benda-benda
hingga aku
memahami
pengetahuan
menjalin hubungan
aku ingin
mengenal qathi dan zanni
temanilah
bacaanku
hingga jika
tenggelam
seperti yunus
aku diselamatkan
dan amarahku
ditenggelamkan
Depok, Juli
2003
PENJUAL
GORENGAN DI GERBANG PEMUKIMAN
ia
mengajariku
cara meniup
khayalan
seperti
pelajaran ngaji
kyai jamal
aku
bergegas.kembali ke rumah
membenahi
bacaan doa anakku
dan
tadarusnya yang terpental
sambil
bergulat dengan
setumpuk
setrikaan
mengingatkan
suamiku
untuk terus
menjaga nyala tungku
meski harus
memungut sampah
bisa jadi
lebih berkah
karena
melebur rindu
pada basah
peluh
dan sengak bau
bahkan nabi
pun
menimba air
untuk
menyiram
kebun yahudi
dan
membiarkan makian
dan tamparan
mendarat
di wajahnya
yang suci
demi dua
puluh empat butir kurma.
menenangkan
perut lapar fatima, hasan, dan husein
Depok,
Oktober 2018
SAJAK PENUANG
ANGGUR
aku hanya
mencintai dan
merinduimu
hingga engkau mabuk
lalu kutuang
lagi anggur
hingga
pialamu oleng dan pecah
engkau
mengadukan kegilaanku
mengiba pada
Kekasih. tersedu-sedu
tersungkur
bergulung debu
dan lupa
akan dirimu
kelak jika
Ia bertanya
tentang
tingkah lakuku
kan kujawab,
aku di sekelilingmu
senantiasa.
ketika engkau dahaga
karena Ia
tak membawaku
pergi
menuang anggur pada
yang lain.
meskipun aku
menginginkannya
tersebab
kejemuanku menunggu
ledakan api
cintamu
sekarang
nikmatilah rindumu, kekasih
aku masih
terus di sini. menunggumu
di dekat
guci anggurNya. sambil
mencuci
piala-piala
Jowahan
Ramadhan
1442 H/Mei 2021 M
TEMUKAN AKU,
CINTA
1/
Selamat pagi,
lelaki sunyi
seduka apa
mimpi yang
melingkupimu
semalam?
hingga engkau
terkapar, dan
membiarkan
sekian menit berlalu
tak bergegas
membasuh sisa airmatamu
2)
Selamat pagi,
kekasih
semestinya
engkau tak lagi bertanya
bukankah engkau
akan ajarkan
perjumbuhan
jiwa, cara bedua dua cahaya?
Tidakkah engkau
rasakan kegugupan
semalam? dalam
keriuhan aku melihatmu
melintasi huru
hara. meretas keheningan
melangkah
perlahan sambil bersenandung lirih lamban
lalu pulang
diam-diam, menyusup di kerimbunan sunyi
menggugurkan
dedaunan kering, mengusap setetes airmata
di pipi lembut
semesta.
Nafasku
tersengal memburu ketakzimanmu
rindu yang
mencincang kalbu berkeliaran
di belantara
sukma. hingga pagi tiba, aku menggila.
menunggumu
kembali, Layla.
Yogyakarta,
Oktober 2021
KAMBOJA MERAH MUDA
Apalagi yang
akan kuhikmati pada siang mendung begini?
Sepokok kamboja
menunggu tiba senja, saat yang sama
ketika
sekelompok burung pulang ke sarang
Di langit yang
lapang mereka terbang
sayap-sayapnya memangku
sukma yang ngungun
di langit biru
mengharap sapa
Di jalanan
berdebu, kamboja menghisap sisa keluhku
dan
dibalurkannya ke seluruh kelopaknya, hingga merah muda
yang kuharap
kelak menjadi cerita, ketika tandas letih dan tuntas pedih
Merah muda, menghamburkanku
ke angkasa
Berbondong
rindu, berduyun cinta, bolehkah ku menyusup ke shaf-shafnya?
Depok, 17
Rabiul Awal 1440
SELAMAT PAGI,
CINTA
Sepagi ini
aku
bersenandung abunuwas
karena setelah
subuh
tangisku pecah:
aku kepingan
kaca yang
renta. mencoba
menjadi
bidadari.tapi setusuk duri
yang dikirim
tuhan
tak mampu
kutahan
menidurkanku
bermalam bulan
“Ilahiy,
lastu li l firdaus ahlan
wa la aqwa ‘ala
nar l jahim..
ya ghafur
tampunglah
airmataku
menjadi telaga.
dalam istighfar
ajari aku
mendayung sampan:
maafkan,
maafkan
luaskan,
luaskan
hendak kularung
senampan lara
agar tak lagi
menjadi berhala
putri tidur
telah terjaga
Depok, 2018
FATIMAH AZ
ZAHRA 2
Dan kisah
tentang
penggiling
gandum itu
masih terus
bertutur padaku
selepas pagi
ia menggiling
uzlahku
yang
dikangkangi nafsu:
sakit.tapi biji
biji maksiat
dilebur sampai
sekarat
Depok, 1439 H
Tentang Penulis
Listin Wahyuni, lahir di Sleman Yogyakarta, Indonesia.
Karya-karyanya dimuat dalam Antologi “100 Puisi Tema Ibu se-Indonesia” (Sastra
Welang Pustaka, 2012), Antologi “Kaung Bedolot” Sayembara Sastra Sawtaka
Nayyotama 2013. Beberapa puisinya juga terikutkan dalam antologi puisi cinta”
Di Tangkai Mawar Mana” ( Sastra Welang Pustaka, 2014), juga” Kitab Puisi
Perempuan Indonesia” (Getar Hati, 2018) dan Antologi “Pesisiran” DNP 9 (2019).
Salah satu puisinya “Si Buta Dan Pendayung Perahu” mendapat penghargaan dalam
lomba puisi Islami Sabah Malaysia. Tinggal di Yogyakarta. Kontak email: wahyuniduryat82@gmail.com