PUISI BAIK-BAIK
Re, aku bukan puisi untuk diriku sendiri
Puisiku milik semesta yang basah juga
Tanah yang berdoa menunggu hujan
Maka aku lama memilih buku
Membiarkan waktu gugur
Bersama mata rindu
Aku berjalan di trotoar
Sebagai cara memenuhi hajatku
Tidak perlu berkoar karena di jalan besar umpatan klakson saring serang
Suaraku kalah
Telunjukku lemah
Tapi aku tetap berjalan berlahan
Re, aku hanya ingin menjadi puisi yang baik
Tentu kau tahu arah yang aku tuju bukan?
Purwokerto, 2021
MENJADI IBU
Kau telah menjadi ibu
Mengasuh beberapa usiaku
Surat-surat yang telah merangkum napasmu
Dengan sabar menasehatiku untuk tidak duduk manis di dalam rumah
Kau mengajakku pergi ke kota asing
Meninggalkan cucian kotor dan sayur santan di atas tungku sejenak, lalu
Membaca setiap doa di wajah orang-orang
Kemudian menasehati diri untuk menghapus luka di airmatanya
Kau tidak melarangku bercermin
Mengajakku menyanggul rambut
Dan menyapukan bedak ke wajah
Tapi menutup mataku ketika ketakutan dan ketidakberdayaan tergambar di
dalamnya
Aku berharap
Kau selamanya menjadi ibuku
Memelukku dengan surat-suratmu
Purwokerto, 2021
PESAN SEBELUM BERTAMU
Aku tidak menyarankamu untuk berkenalan dengan waktuku
Waktuku sibuk membayar hutang,
membahagiakan perut
Juga menolong lisan agar mampu berkata
Baik-baik pada kerabat
Puisiku hari ini adalah airmata
Yang menjauhkan diri dari doa-doa lalu
Jika kau ingin tetap datang maka aku sarankan
Memilih ruang paling belakang
Dekat pintu terakhir
Disana kau akan menemukan hibur kecil di dalamnya
Ada pentas yang tak pernah berakhir
“Tuhan masih tinggal dan membacakan kuasanya”
Purwokerto, 2021
CURUG BAYAN
Di sini, kutemukan kasih sayangmu
Tawa lepas di antara
Baju dan bebatuan basah
Meski resah juga mengalir
Membuat arus-arus kecil
Kaki terpeleset lumut
Menjadikan senyum semakin imut
Anak-anak bermain menyelami air
Mengenal gigil ketika terlalu lama berendam dalam kesenangan
Lama-lama mereka
Melepas luka
Melepas murka
Mengenali kembali Tuhan dalam dada
Pun meminta pulang
Ketika gelisah menempel pada awan yang semakin kelabu
Seperti warna bibir anak itu yang giginya terus bergetar
Dan curug masih tetap mengalirkan cerita
Menuju dzikirnya
Rajawana, 2021
DI TEPI SUNGAI ASING
Kami mendatangi kasih sayangMu yang
Diiringi tonggeret dan
Juga ricik air
Di sungai yang baru dicatat nama tempat dan alamatnya
Sudah kami niatkan membasuh lelah di alirannya
Orang tua hanya menunggu wajah anaknya dari tepi
Melihat kegembiraan timbul dan tenggelam pada kecipak air
Semakin sore semakin banyak orang berdatangan
Dan dirasa sungai ini menyempit
Sebab ingatan tidak mengarahkan ke sudut sungai yang lain
Meski kebahagiaan belum tuntas terbentuk
Maka kami harus saling membagi tempat setelah terlihat di mata mereka ada luka yang menggantung di kelopak mata
Rajawana, 2021
MATAKU
Telah kuikuti saja permainan dunia lengkap dengan tipu dayanya
Mataku sibuk memandang kegetiran di status teman
Juga memandang instagram, youtube, facebook secara bergiliran
barangkali ada berita mau mengajakku menemukan dunia baru
Mataku kuajak rodi
Lantaran kepalaku lapar informasi di luar ruangku
Sementara kumanjakan kaki telinga dan organ tubuhku yang lain
Ini memang bukan wujud keadilan
Barangkali memang keadilan telah mengepakan sayapnya
Kabur mencari hiburnya sendiri
Di ujung maghrib
Mataku telah kehilangan cahayanya
Gelapnya melebihi malam
Dan dalam sholatku
Tepatnya di dalam takbirotul ikhrom
Aku terbata
Menjelaskan inilah wajahku kepada tuhan
Meski tidak ada yang memata-matai
Sembahyangku dan yang kusembunyikan di balik mataku
Purwokerto, 2020
ARDI LAWET
: Syaikh Jambu Karang
Mengingatmu,
Aku ingin melangkah kembali
Menemui gemericik air sendang
Membiarkan lelah berjatuhan saat wudlu
Dan segala luka seakan larut terbawa maut
Riciknya lebih indah dari suara penyanyi di panggung-panggung
Saat menutup mata, masih kuingat semilir angin mampir membawa pergi gelisah
di wajah
Di antara pepohonan meninggi
Telah menutup kefanaan dunia yang
kubangun sendiri
Di tanah ini yang siap menumbuhkan apapun
Masih merawat jejakmu yang penuh dengan lillah dan lukaku yang kembali
sembuh
Purwokerto, 2021
Tentang Penulis
Irna Novia Damayanti, lahir di Purbalingga 14 September 1992, beralamat di desa
Rajawana Rt 19/07 Kecamatan Karangmoncol Kabupaten Purbalingga Jawa Tengah.
Penulis seorang santri di Pesantren Mahasiswa An Najah Purwokerto. Alumni IAIN Purwokerto, S1 Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan (FTIK) Jurusan PBA dan S2 jurusan Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah (PGMI). Saat ini penulis belajar aktif di komunitas sastra santri Pondok
Pena dan Gubuk Kecil. Penulis peraih penghargaan Apresiasi Pendidikan Islam
(API) dari kementerian Agama dan DIKTI sebagai “Penulis Aktif Media”
tingkat mahasiswa PTAIN se-Indonesia tahun 2015.
Karya yang diketahui keberadaannya
dan terdokumentasikan yaitu antologi cerpen Sepucuk Surat untuk Tuhan (An Najah
Press, 2012), Prosa Liris dan Flash Fiction Dear Allah (Afsoh
Publisher, 2013), Flash Fiction Karena Es Campur (Ae Publishing,
2013), Puisi Jelaga (Asrifa Publisher, 2013), Puisi Refleksi
Kehidupan (Pena Indhis, 2013), Flash Fiction Ayah dalam Memoriku
(Meta Kata, 2013), Puisi Puisi Untuk Negeri (Az Zahra House
Publisher, 2013), Flash Fiction The Haunted Night (Meta Kata,
2013), Flash Fiction Kalau Animal Bisa Ngomong (Afsoh Publisher,
2013), Puisi Permintaan Hati
(Ae Publishing, 2013), Puisi Keajaiban Ikhlas (Afsoh Publisher, 2013),
Puisi Pilar Puisi (STAIN Press, 2013), Puisi Mushaf Rindu (An
Najah Press, 2014), Puisi Aksara Warna (Asrifa, 2014) Puisi Senarai Diksi (Pena House, 2014), Puisi Pelangi Syair
Sang Penyair ( Fornusa Indonesia, Alfita Colection, 2014), Puisi Semangat
untuk Poci (Raditeen Publisher,
2014), Puisi Cahaya di Langit Gaza (Pena Indis, 2014), Puisi Sembilan
Dzulhijah di Arafah (Write With Love, 2014), Cerpen Misteri Jodoh
( An Najah, 2014), Puisi Lentera Sastra II (Sembilan Mutiara,
Lentera Internasional, 2014), Puisi Memo untuk Presiden (Forum
Sastra Surakarta, 2014), Puisi Rodin Memahat Le Pensure (UKM
KIAS, 2015), Puisi Engkaulah Surgaku (Oksana, 2015), Puisi Kupinang
Dia Dengan Bismillah (Ihya Press, 2015), Puisi Di bawah Langit
Yang Terbakan (Oase Pustaka, 2015), Puisi Kampus Hijau
(STAIN Press, 2015), Puisi Puisi Menolak Korupsi Jilid 4 (Forum
Sastra Surakarta, 2015), Puisi Tifa Nusantara 2 (Pustaka Senja,
2015), Puisi Puisi Menolak Korupsi Jilid 5 (Forum Sastra
Surakarta, 2015), Puisi Pilar Puisi 2 (STAIN Press, 2015), Puisi Puisi
Negeri Laut (Kosa Kata Kita, 2015), Puisi Pemantik Mimpi
( Oksana Publishing, 2015), Puisi Bunga Putra Bangsa (Nitramaya
Digna Pustaka, 2015), Puisi Memo Anti Terorisme (Forum Sastra
Surakarta, 2016) Puisi Membaca Kartini ( Komunitas Joebawi, 2016
), Pilar Puisi 3 (SKSP, 2016),
Tifa Nusantara 3 (Pustaka Senja, 2016), Puisi Yang
Tampil Beda Setelah Chairil Anwar (Yayasan Hari Puisi Indonesia (2016),
Puisi Matahari Cinta Samudra Kata (Yayasan Hari Puisi Indonesia,
Yayasan Sagang, 2016), Puisi Negeri Awan (Kosa Kata Kita, 2017)
Puisi Kampus Hijau 3, (SKSP, 2017), Puisi Madah Merdu Kamadhatu (Nittramaya,
Digna Pustaka, 2017), Puisi BuitengZorg
(Bekasi, 2017), Puisi The First Drop of Rain (Wahana Resolusi,
2017), Indonesia Masih Ada
Matahari yang Akan terbit (D3M Kail,
2017), Puisi Negeri Bahari (Kosa Kata Kita, 2018), Puisi Epitaf
Kota Hujan (Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Padang Panjang, 2018),
Puisi Jazirah; Jejak Hang Tuah dalam Puisi (Dewan Kesenian Kepri,
2018), Biodatanya juga masuk di buku Apa dan Siapa Penyair Indonesia
(Yayasa Hari Puisi, 2018), Puisi Pesisir; Antologi Puisi dari
Negeri Poci 9 (Kosa Kata Kita, 2019). Esainya juga menjadi catatan penutup pada
antologi Pilar Puisi 3 antologi mahasiswa IAIN Purwokerto (SKSP, 2016) antologi
FEBISME (SKSP, 2017) dan antologi FEBILOVERS (Cinta Buku, 2018).
Penulis juga mendatangi undangan
acara sastra seperti Launching buku antologi cerpen Sepucuk Surat untuk Tuhan
(Purwokerto, 2013, Launching antologi Puisi Dari Dam Sengon ke Jembatan
Panengel (Kudus, 2013), Launching antologi puisi Pilar Puisi (IAIN Purwokerto,
2013), Launching antologi cerpen Misteri Jodoh (Purwokerto, Subud, 2014),
Launching antologi puisi Rodin Memahat Le Pensure ( Semarang,
Universitas PGRI, 2015), Launching antologi Kampus Hijau (iain Purwokerto),
Launching antologi puisi Tifa Nusantara 2 (Tanggerang, 2015), Launching
antologi puisi Negeri Laut ( Tegal, 2015), Launching Antologi Esai Revitalisasi
Sastra Pesantren (Purwokerto, Subud, 2016), Launching antologi puisi Pilar
Puisi 3 ( IAIN Purwokerto, 2016), Launching antologi Memo Anti Terorisme (
Purbalingga, 2017), Launching antologi puisi Requim Tiada Henti (Purwokerto,
2017), Launching Negeri Awan (Tegal, 2017), Launching antologi puisi Pohon
Damwah 4 (IAIN Purwokerto, 2017), Launching antologi FEBISME (IAIN Purwokerto,
2018), Launching antologi Puisi Pesan Damai Aisyah, Maria, Zi Xing (Purwokerto,
2018), Launching antologi Pilar Puisi 4 (Purwokerto, 2018), Launching antologi
Pilar Puisi 5 (Purwokerto, 2019). No Hp. 085726262851, fb Irna Novia
Damayanti.