MENAFSIR BAYANGAN
apakah kita lahir dari mimpi,
pada penjelmaan seperti Ismaya.
menuntun setiap laku
di dalam wajah yang berbeda
atau kita adalah lakon
yang tersesat
di dalam megah dunia lainnya.
seandainya memilih jalan
pada bersiung ruas takdir
akankah gunung derita
masih tetanam di punggung kita,
segalanya hanya bayangan
episode demi episode
seperti kereta melaju
pada rel pikiran kita,
tapi ruang-ruang
masih berisi kekosongan
yang menyimpan gaung ganjil.
dan hamparan ini
tak terbatas
pada rumput-rumput tumbuh
di telapak tangan semesta
sebab Ismaya di jantungmu
pun tak lahir
dari sebongkah batu.
2020
JALAN BAGONG
waktu telah menyempurnakan wujudku
melalui ubun-ubun,
dari kepala yang menyimpan serapah.
maka aku melintasi hidup
dalam lakon blakasuta
yang kerap dibungkus caci.
aku saksikan jalan ini
seperti besi-baja
melengkung disepuh angkuh
yang jangkung
dan terbakar amarah
sepanjang laku.
seandainya aku mencium
wangi rahim
dan tubuhku suci
dari pintu goa garba
mungkin bisa jadi
aku seorang pandhita,
atau politisi
sebab tak akan ada
yang mampu menadah
tiap kehendak
dari bukit bibirku.
sedang kini
aku hanya pendulum
dari kebijaksanaan
yang kian kau lupakan
pada tulang punggungmu.
haruskah aku
mengulang kelahiran
jadi lakon cendala
yang menjadi bayang
di pikiranmu?
2020
ANTASENA
langit menyapihku sebagai bocah prematur
yang memanggul kesedihan semesta ini.
sebagai lancip pisau
bagi tiap tipu daya
mataku adalah cahaya
mengiris daging kegelapan
yang selunak tanah
ke arah suara riwis
di bawah jantung
yang memanggilku
dan di sana, sepi menimangku
mengenal tutur tanpa bayang-bayang
oh ibuku Urangayu, kepada siapa
aku hendak menggugat, jalan lakon
yang memangku takdir
pada lengkung sungut ini.
sementara tak seorang pun percaya
pada sebuah niscaya, bahwa aku kekal
di balik ulu-hati mereka
yang terbakar sebagai luka
ketika lidah memahat dusta,
2020
POST-ANOMAN
bila aku
terlahir kembali di abad ini
dan boleh memilih
takdir sendiri
mungkin akal adalah
jalan penjelmaan yang kupilih.
secepat angin, akan kusampaikan
sebuah pesan kepada Rama
tanpa membangun sebaris jembatan
di jantungmu
aku runtuhkan angkuh dunia
yang menjelma raksasa
dan mencuri kesucian semesta
yang ranum ini.
2020
BAJANGWURUNG
aku lahir
dari cinta yang tak diberkati
dan rahim ini telah
menjelma pawang yang menadah
hujan runtuh dari lenguh seekor kuda.
kucibir doa yang gagal diterbangkan
di pucuk daun-daun mahoni
sebagai tuba yang mengkerdilkan jalan hidupku
sebab hidup tanpa lakon,
adalah ruh yang berlari
pada lajur kereta
tanpa gemerincing
suara baja
kujilati cahaya bulan
yang rembes pada ekor awan gelap
pada titah jalan suci ini
agar bertemu kesejatian diri
yang menuntun laku hidup ini.
2020
ANTAREJA
tubuh ini akankah jatuh
pada keningmu yang linglung
telah kujilat jejak
telapak kaki ini
dengan lidah apiku
yang membakar sepi
di dalam remang jantungku
lalu dimana
sebenarnya keadilan
di tanam dan tumbuh
pada jenar tanah ini
ataukah ia
segenggam rumput menari
di tengah sunyi padang pasir
yang dijerang dongeng
jadi kebijaksanaan
2020
Tentang Penulis
Laeli Rahma, lahir di
Purbalingga. Kini tinggal di Purwokerto. Alamat email: laelijafra@gmail.com.