Kirim Karya

SKSP Book Store
No Result
View All Result
  • Esai
    • Esai
    • Esai Terjemahan
  • Puisi
    • Puisi
    • Puisi Terjemahan
  • Cerpen
  • Gurit
  • Galeri
  • Katalog Buku
    • Info Buku
    • Beli Buku
  • Tentang Redaksi
  • Kerjasama Korea Selatan
  • Esai
    • Esai
    • Esai Terjemahan
  • Puisi
    • Puisi
    • Puisi Terjemahan
  • Cerpen
  • Gurit
  • Galeri
  • Katalog Buku
    • Info Buku
    • Beli Buku
  • Tentang Redaksi
  • Kerjasama Korea Selatan
No Result
View All Result
SKSP Book Store
No Result
View All Result
Home Puisi

Puisi Puguh Windrawan

Admin by Admin
12 Desember 2021
0
Share on TelegramShare on WhatsappShare on Twitter

ALANG-ALANG CAWANG

: Ainun Fadilah

 

 

Cawang penuh alang-alang.

Roda kehidupan berputar meski pagi masih begitu muda.

Riak lampu malam juga belum dipadamkan.

Dan manusia-manusia itu sudah bergegas.

 

Pagi yang gerimis di Cawang. Aku hanya bisa menatapnya
dari sudut jendela.

Terjebak di sebuah ruangan kotak.

Menatap reruntuhan air dan kegaiban kemacetan dari arah
atas.

Tetiba semua ini kemudian menjadi sepi. Hening dan sama
sekali tak mengasyikkan.

 

Tak ada keramahan. Tak ada suara jangkrik. Tak ada
lambaian tetumbuhan

Tak ada suara yang biasanya aku dengar.

Hanya ada sepatu berdesakan. Hanya ada jeritan tak
berkesudahan.

Sepertinya waktu nyata-nyata habis di jalan.

 

Apakah itu yang dinamakan kehidupan?

Tergencet dalam suasana yang absurd dan celoteh pengemudi
yang tiada habisnya?

Hidup itu sebenarnya hanya meluangkan waktu untuk
menghadap Tuhan

Dan itupun sangat susah. Aku hanya bisa berdzikir. Untuk
kemudian hilang.

 

Sebenarnya apa yang kita cari di dunia ini?

Materi?

Ketulusan dan keikhlasan? Ataukah kedamaian?

Atau malah hanya sebuah pengakuan dari orang lain bahwa
kita sebenarnya juga manusia?

 

Jangan-jangan kita hanya mencari rindu yang selama ini
telah hilang

Hilang terpekur di sudut-sudut jalanan

Tercabik hawa nafsu yang entah

Terbelenggu pikiran akan pekerjaan yang sama sekali tak
pernah mencapai batas

 

Dan ketika aku menulis tentang: rindu

Entah mengapa

Aku hanya ingin pulang dan makan malam bersamamu.

Hanya itu.

 

 

Cawang, 17 Februari 2017

7:31 WIB








DUA LAKI-LAKI YANG SEDANG
MEMBACA BULAN

: Rudatin Windraswara dan Pradita Windrasukmono

 

Aku berada diantara dua punggung laki-laki

Punggung yang dewasa: pertanda kematangan

Mereka memang beda usia, hanya saja sama-sama
berkacamata

Mereka saudara

 

Aku berada diantara dua punggung laki-laki

Yang menyaksikan bulan setengah telanjang

Menggumamkan keadaan yang belum sepenuhnya
malam

Menyaksikan hitam yang terpapar cahaya dari
sudut-sudut kacamata

 

Aku berada diantara dua punggung laki-laki

Yang sedang membaca bulan

Mencercapi pertanyaan sekaligus pertanyaan

Menilai keganjilan

 

“Mengapa bulan itu datang ketika banyak orang
menikah?” tanya salah satunya

“Mungkin bulan adalah simbol perayaan dan
kegembiraan,” jawab satunya, yang lebih tua

 

Sementara aku terdiam di belakang punggung
mereka

Aku sama sekali tak memahami bulan sedari dulu

Tak pernah mengerti; mengapa bulan bisa membuat
bahagia

Tak pernah juga diberitahu; mengapa bulan
sampai rela menjatuhkan dirinya hingga setengah telanjang

 

Aku hanya menyaksikan bulan bukan sebagai
apa-apa dan siapa

Sampai dengan detik ini, dimana aku melihat
bulan dari punggung mereka

Dua laki-laki yang berusaha untuk membaca bulan

Berusaha menafsirkan bulan sesuai dengan
kemampuan mereka

 

Sampai kemudian dini hari muncul tanpa tanda

Ada kokok ayam berdendang lirih, menyisir
telinga sebelah kanan

Akhirnya kedua laki-laki itu pamit undur hendak
tidur

“Besok aku akan mengantarkanmu ke pelaminan,”
kata salah seorang laki-laki itu kepadaku

 

“Terima kasih,” aku menjawab dengan keikhlasan
yang paripurna

 

Bayangan mereka hilang menuju pintu
masing-masing

Aku tertinggal sendiri, terduduk menepi bersama
bulan yang juga sendiri: tanpa bintang

 

Purbalingga, 13 Mei 2017








ENGKAU DINIKAHI LAKI-LAKI
YANG MENCINTAI BUKU-BUKU

 

 

Aku membayangkan parasmu

Ketika tahu, ternyata lelaki yang menikahimu juga
mencintai buku-buku

Jumlahnya lebih banyak dari baju yang ia punya

Lebih banyak dari perkakas rumah tangga dan setara dengan
harga rumah yang ditempatinya

 

Aku tahu

Sesuatu yang pasti akan kau tanyakan pada lelakimu

Masih berkutat pada buku

Dan yang pasti itu akan menyandera kupingku

 

“Apakah engkau sudah membaca semua bukumu?’

 

Aku membayangkan, aku akan menjawab dengan anggukan
kepala

Sementara engkau mengernyitkan dahi; tanda tak percaya

Hatimu menyelinap dan membasahi buku-buku itu dengan
tanda tanya

Buku-buku itu hanya terdiam, tak bergejolak

 

“Apakah engkau bisa mencari uang dengan semua bukumu
itu?’

 

Aku kembali membayangkan, aku menjawab dengan anggukan
kepala

Sementara bibirmu terkatup; tanda kebingungan mau berkata
apa

Keringatmu menyiram keras ke arah buku-buku

Dan seperti sediakala, buku-buku itu tak memberontak

 

“Apakah aku hidup bersamamu? Ataukah aku akan hidup
dengan buku-buku?”

 

Aku membayangkan, aku akan menjawab dengan lirih.

Setelah sebelumnya terdiam sembari memegangi buku-buku

Setelah sebelumnya terpagut judul-judul buku yang entah
mengapa berterbangan

Memegangi pundakku. Mengelilingi kepalaku. Menjadi
jembatan antara aku dan dirimu

 

“Tuhan menyuruh kita untuk membaca,” kataku

 

Aku membayangkan

Engkau diam. Aku diam

Buku-buku yang menjadi jembatan antara aku dan dirimu itu
kemudian menyergah ke atas

Membentuk hati, berwarna merah jambu: warna kesukaanmu






Tentang Penulis


PUGUH WINDRAWAN. Lahir di Wonosobo, pada 9
Desember. Sejak remaja sudah mencintai dunia kepenulisan dan sastra. Pernah
menjalani profesi sebagai wartawan di Majalah GATRA Biro Jogja-Jawa
Tengah.  Beberapa karya sudah dia tulis,
diantaranya adalah artikel “Pondok Pesantren Bambu Runcing” dalam bunga rampai
jurnalistik berjudul Hajatan Demokrasi; Potret Jurnalistik Pemilu Langsung
Simpul Islam Indonesia dari Moderat Hingga Garis Keras
(GATRA dan Wahid
Institue, 2006), Filsafat Hukum (Total Media, 2014). Untuk tema populer, buku
yang ia tulis antara lain; Change Your Mind (Cakrawala, 2010), Miskin
Bahagia, Kaya Apalagi
(KataHati, 2010), Seni Mendesain Hidup
(KataHati, 2011), Memburu Surga; Meraih Keimanan Sejati Lewat Keterbatasan
Pengetahuan Manusia
(Galleri Ilmu, 2012), Pillow of Love (PING!!!,
2013). Salah satu buku biografi juga pernah ia tulis, berjudul Alkostar: Sebuah
Biografi (Kompas, 2018).

 

Admin

Admin

SKSP

POPULER

Puisi – Puisi Quinta Sabrina

Puisi – Puisi Quinta Sabrina

2 Juli 2024

Tentang Redaksi

11 Juli 2024
Puisi – Puisi Tania Rahayu

Puisi – Puisi Tania Rahayu

2 Juli 2024
Puisi-puisi Rifqi Septian Dewantara

Puisi-puisi Rifqi Septian Dewantara

15 November 2024
  • Disclaimer
  • Kebijakan & Privasi
  • Kerjasama Korea Selatan

© 2024 SKSP - All Rights Reserved.

No Result
View All Result
  • Esai
    • Esai
    • Esai Terjemahan
  • Puisi
    • Puisi
    • Puisi Terjemahan
  • Cerpen
  • Gurit
  • Galeri
  • Katalog Buku
    • Info Buku
    • Beli Buku
  • Tentang Redaksi
  • Kerjasama Korea Selatan

© 2024 SKSP - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In