Membaca Pesan-Pesan dari Mimbar Kyai
Judul
Buku : Mencari Akhirat Tidak Lupa
Dunia
Penulis : K.H. Su’ada Adzkiya
Penerbit : Penerbit Pondok Pesantren Miftahul
Huda Kroya
Tahun : 1 November 2019
Ukuran : 14 x 21 Cm
Halaman : 454 Halaman
ISBN : 978-623-91761-0-5
Peresensi : Rasman Maulana
Mula-mula
naskah dalam buku ini merupakan teks khotbah. Baik khotbah jum’at, khotbah Idul
Fitri dan khotbah Idul Adha yang ditulis untuk kepentingan penulis sendiri
sebagai khotib. Ditulis oleh seorang kyai karismatik bernama KH. Su’ada
Adzkiya, Pengasuh Pondok Pesantren Miftahul Huda Kroya dan Rais Syuriah PCNU
Cilacap. Fahrur Rozi selaku editor memberi keterangan dalam pengantar bahwa
naskah khothah tersebut ditulis oleh penulis sejak 1994 sampai buku ini
ditulis. Total ada 123 teks khotbah yang terhimpun dalam buku ini.
Buku
yang terbit pada 2019 ini seperti menjadi pemantik bahwa khotbah bisa menjadi
bacaan yang mudah dipahami masyarakat tidak sekedar didengarkan ketika
menjelang sholat jum’at saja. Bahasa dalam buku ini terkesan sangat dekat
dengan suasana masyarakat karena ditulis dengan tidak adanya belenggu
aturan-aturan media, karena sekali lagi teks khotbah tersebut hanya
diperuntukkan untuk kepentingan penulis sebagai khotib bukan dipublikasi di
media cetak maupun online. Adanya sapaan-sapaan komunikatif yang dipertahankan
selayaknya teks kotbah justru tidak membuat buku ini membosankan untuk dibaca.
Tetapi malah merangsang pembaca menjadi khotib untuk dirinya sendiri,
setidaknya begitulah yang saya rasakan ketika membacanya.
Isi
dalam buku ini memuat fakta-fakta sosial yang diungkapkan dalam bingkai
spiritual. Mungkin fakta-fakta sosial tersebut merupakan pengamatan penulis
dari masyarakat sekitarnya, tetapi sangat berhasil diunggah untuk bisa menjadi
pembelajaran masyarakat secara luas. Dengan ditambahkan sumber-sumber yang
jelas dan dalil-dalil dari Al-Qur’an dan hadits.
Di
bagian paling awal ada lembar sambutan dari KH. Ubaidillah Shodaqoh selaku Rais
Syuriah PWNU Jawa Tengah. Dalam sambutannya beliau mengapresiasi buku ini dan
berharap muncul buku-buku yang berahim dari khotbah para ulama. Izinkan saya
mengutip sedikit sambutan beliau sebagai berikut:
Dengan membaca atau mendengarkan buku khotbah KH.
Su’ada, seorang kyai sepuh yang arif bijak, seolah kita mendengar nasehat
beliau secara langsung. Sebab saya yakin yang ditorehkan beliau bukanlah ilmu
yang normatif dan teoritis saja, tapi kekuatan dan ketulusan batin sebagai
ulama yang sayang dan mengasihi umatnya.
Dalam
buku ini terdapat empat bab yang dikelompokkan sesuai tema pada setiap judul
(aqidah dan Ibadah, amar makruf nahi mungkar, kurban haji Dzulhijjah, Ramadhan
dan idul fitri, sosial, tasawuf dan akhlaq) Jumlah judul dalam setiap bab
berbeda-beda, paling banyak ada pada bab tasawuf dan akhlaq.
Buku
setebal 454 halaman ini mengulas kehidupan sehari-hari masyarakat. Dari mulai
hal-hal yang bersifat pribadi seperti amaliah ibadah, sosial dalam lingkup
keluarga sampai hal-hal sosial kemasyarakatan. Salah satunya ada pada judul “Beberapa
Keharusan dalam Bergaul” Di dalamnya disajikan bagaimana seharusnya kita
bergaul dengan sesama. Dengan tidak bermaksud mengurangi nilai di dalamnya saya
kutip kalimat yang menarik di paragraf awalnya.
Kalau
kita mencintai atau setidaknya menaruh harapan simpati kepada seseorang karena
orang itu baik dalam hal menjalankan agamanya, bukan karena apa-apa yang lain,
maka itu artinya kita telah mencintai orang itu karena Allah.
Selain
itu juga ada beberapa judul yang mengulas tentang pelajaran-pelajaran yang
dipetik dari kisah-kisah terdahulu, seperti kisah isra mi’raj Nabi Sholallahu
‘alaihi wasalam, pengorbanan Nabi Ibrahim menyembelih Nabi Ismail yang
menjadi awal di balik ibadah kurban dan pelajaran yang bisa diambil dari perang
badar.
Naskah-naskah
khotbah dalam buku ini menjadi sangat menarik karena penulis menyajikan isinya
dengan tanpa kesan menggurui. Bahkan meskipun pembahasan yang diulas berkaitan
dengan larangan-larangan agama. Sebagai contoh dalam naskah yang berjudul
“Beberapa Dosa Besar” penulis menceritakan tentang dosa-dosa besar yang harus
dijauhi umat muslim. Di awal pembahasan, penulis mengajak pembaca untuk
memahami kenapa dalam Agama Islam terdapat larangan-larangan tersebut. Dengan
logika bahwa Agama Islam diturunkan untuk memberitakan apa yang dibutuhkan
manusia, untuk itulah Islam memberikan perintah, larangan, ajuran, arahan dan
lain-lain. Dengan menggiring pembaca untuk menalar terlebih dahulu apa yang mau
disampaikan membuat larangan-larangan sampai ke benak pembaca dengan lembut.
Karena
buku ini merupakan kumpulan naskah khotbah, mejadikan adanya keterbatasan ruang
dalam membahas suatu tema. Mungkin ada penjelasan-penjelasan dari penulis untuk
mendukung gagasan dalam setiap judulnya yang tidak dituliskan karena
keterbatasan tersebut. Tetapi hal itu tidak mengurangi fungsi dari sebuah buku
yaitu menyampaikan suatu informasi berupa nilai-nilai yang yang diangkat
menjadi sebuah wahana teks. Nilai-nilai tersebutpun tersampaikan dengan cara
ungkap yang baik dan menarik.
Biodata
Penulis
Rasman
Maulana lahir di Banyumas, 1999. Aktif di Sekolah Kepenulisan Sastra peradaban
(SKSP) Purwokerto. Menjadi Ketua Cipta Gembira Indonesia sejak tahun 2019 dan
Founder Cipta Gembira Academy. Tulisannya pernah dimuat di beberapa media cetak
maupun online (Radar Banyumas, Suara Banyumas, BMR Fox, Mbludus.com dll) serta
beberapa antalogi bersama.