SINTREN TARIAN PESISIR UTARA
/
ke
dalam ranggap kaki menyaruk
tapak
terpahat urat-urat berdenyut
segaris
tali tambang mengikat
ke
tiang rapuh penyangga kesadaran
masuk
dalam gulungan tikar
di
batas pejam dan jaga
mantra
dibubuhkan
membuka
tabir sungkawa
agar
mimpi kembali kasat
dari
sebaris kisah hampa
putra
Ki Bahurekso
//
lantas,
turun temurun dari leluhur
syair
sih solasih dilagukan
memanggil-manggil
bidadari
agar
jiwa tak lahir dari ruh telanjang
raga
terhuyung mengayun-ayun
setelah
ranggap tersingkap
melepas
simpul belenggu duka
dalam
dimensi ruang dan waktu
///
di
atas panggung terbuka
sepasang
mata menyimpan cahaya kunang-kunang
terpahat
ribuan mimpi pada tubuh
menyanyikan
lagu batin kepulangan
dari
dadanya yang basah
untuk
sebuah perjumpaan nyata
:bersihkan
diri dari luka dan kesepian
simbar-simbar
pati, lamun dadi ja kesuwen
simbar-simbar
pati, lamun dadi ja kesuwen
lempar
lempar
uang dilempar
tubuh
jatuh tersungkur luruh ke bumi
datang
pawang meniup ubun-ubun
memohon
ampun moksa diri
doa
lesap lebur bersama asap dupa
mengepul
menyeruap di udara
////
di
balik tabir gaib Dewi Rantamsari
kembang
mekar di panggung ikrar
lahir
mata batin dari sepasang mata penari
sorotnya
setajam mata tombak
yang
menjadi penjuru mata angin
ke
segala arah
merangkak
dari timur
lalu
lalang ke selatan dan utara
kemudian
menua dan bungkuk menghadap ke barat
larut
bersama surup matahari petang
masuklah
ia kembali ke dalam ranggap
menemu
inti diri saat gong bambu di tabuh
terbacalah
seluruh cinta mahkluk-Nya
pada
catatan mashyur tembangan
Kembang
Kates, Kenangan dan Jae Laos
Ruang Kata, Desember 2021
MOH LIMO
: Petuah Sunan Ampel
kau
lempar cahaya ke segala penjuru
agar
nafsu kehabisan akal
untuk
mengajak berselisih
1/
pertama,
janganlah bermain judi
pengingkaran atas suatu kebenaran
hanya akan mendatangkan jemawa
yang berakhir petaka
meski hidup adalah tentang
mendapatkan atau kehilangan
menebak tadir adalah sebuah kenistaan
2/
kedua,
janganlah bermabuk-mabukkan
bagaimana ingatan bisa menjadi pipa
batas kesadaran atas diri
jika selaur darah
mengalir arak yang memabukkan
raga dan jiwa tersiram jelaga sesat di jalan
3/
ketiga:
jangan mencuri
dunia begitu menyilaukan
kecurangan melilit jiwa
pakaian menjadi perisai dusta
sampai kapankah akan lepas
dari persembunyian?
4/
ke
empat: jangan menghisap candu
di jalanan sempit menjemput kesenangan
serupa aroma kopi dihirup lalu diempas
menjadi candu membenak rindu
menggigil raga ketika hendak melupakan
segera gegas berlalu atau terbelenggu hasrat
hingga kau lupa cara mengakhiri
5/
ke
lima: jangan bermain perempuan
semua adalah tentang goda rayu
dan kerling manja
nafsu terjerat pada si pencuri hati
meringkuk dalam pelukan hangat
bertukar sayang tanpa surat
cukuplah semua menjadi kenangan
di titik ini, gelas kosong telah terisi kembali
melagukan kidung doa yang telah lama terbungkam
begitulah kata-kata menjelma menjadi mercusuar
melimpahi setiap langkah dengan nur keberkahan
menuju terang benderang Maha Cahaya-Nya
Lawang, 26 Juni 2021
PENYAIR DI RUANG SUNYI
1/
kata-kata
menjelma
menjadi
sebuah tungku
yang
menyala baranya
berbahan
bakar imajinasi
terjebak
dan tersimpan
dalam
baris-baris perintah
peranti
lunak
2/
dari
sebuah layar gawai
aku
melihat gambar-gambar
bergerak
dalam kubang holografi
menjadi
obat rindu
yang
tak habis-habisnya kulihat
3/
denting
musikalisasi merekam puisi yang paling hangat
sajak
melankolis tersekap dalam kalimat yang terjeda
oleh
suara tiruan angin, ombak dan nyanyian camar
lalu
aku mendengar,
dengan
sangat hati-hati
ia
mengeja huruf demi huruf
seperti
membaca kitab suci
membuat
jejak kenang
di
setiap intonasi suaranya
4/
di
bentangan layar kaca
aku
seperti menemukan
seseorang
berada di sebuah kota
yang
dibungkus kalkulus
sedang
berjibaku dalam revolusi jaman
barangkali
memang ia,
seorang
penyair yang suka lupa
menuliskan
namanya
5/
dari
sebuah kamar sunyi
kata-kata
seperti bersayap
lantas
berkibaran
di
ruang tanpa batas
menabahkan
nyala doa
lawang, 22 Juli 2021
PECUT
1/
penggembala
melangkah tanpa jengah
memegang
pecut mengomando domba-domba
kemanakah
mereka akan di giring?
ke
kanan atau ke kiri?
apa
dibiarkan saja?
2/
bermain
api tersulut diri
bermain
dusta risau sendiri
berdiam
diri tertindas sepi
saat
itulah kilat menyambar
seperti
pecut penggembala
tatkala
hati lemah dalam resah
akal
rebah di atas gelombang nafsu
pecut
menyentak
agar
diri kembali bersandar
pada
dinding hati nurani
“Redam,
redamlah jiwa dalam kilat pecut
penggembala”
Lawang, Juli 2021
JUNET PENAMBANG BATU AKIK
anak-anak
burung menceracau di pucuk perdu
riang
berjingkat-jingkat di antara sederet embun
mengajak
berhitung berapa lama lagi
pagi
datang memberi udara baru
ada
yang beranjak dari peraduan
lelaki
itu sangat sederhana
kaos
yang dikenakan itu-itu saja
tambal
sulam topi di mana-mana
begitu
juga dengan pekerjaannya
saban
hari bertahan menggurat batu ke batu
bertelanjang
kaki menapak perbukitan
menggali
agate yang setia menunggu dalam diam
di
pusaran sunyi puncak gunung kapur
pada
tubuhnya tertanam mimpi
bertemu
semburat merah Kaseldon Batu Raja Keladen
di
antara artefak-artefak yang berserakan
menukar
sepi dengan gemuruh dada
mengisi
celah debar asa
ah
semoga saja hari ini
ia
bertemu dengan batu
yang
katanya bagus dan bernilai itu
batu
yang akan menyerap cahaya di sekelilingnya
mengurai
belukar resah di segenap jiwa dan raga
:
bercahayalah ia
Ruang Kata, Desember 2021
MEMBACA EPIGRAF DI BONSAI CEMARA
di
batang-batang
di
daun daun
dan di
akar-akar
huruf-huruf
terjebak dalam sunyi
melilit
dari satu ranting ke ranting
meliuk
apik penanda jejak kharismatik
cemara
menundukkan diri bersama para pemujanya
menyatukan hati dalam kekuatan yin dan yang
menjaring
pesona estetika
mengkidungkan
kembali harmoni balada raja-raja terdahulu
kata-kata
seperti terpasung di ruang sunyi
pada
batang yang dipaksa mengerdil
aku
melihat arti sebuah kesabaran dan kekuatan
juga
ranting-ranting yang lampai berkeluk di segala sisi
seolah
mengajarkan bagaimana sekeping hati
semenjana
saja mengikuti alur ruas takdir Tuhan
pun
juga pada rimbun hijau dedaunnya
aku
merasakan keteduhan dan kesejukan
menjadi
obat dari segala luka
padanya
aku juga membaca segores pesan pujangga
menggeliang
memilin-milin rasa pada kawat-kawat penopang
lalu
ia membalur epigraf
di
sekujur tubuh bonsai
memburu
berjejal-jejal bahagia di repih ujung sepi
Lawang, 8 Juli 2021
KINONG AMANDA
Untukmu
ibu
membuat taman bunga di samping rumah
agar
suatu saat ketika sedang bahagia
kau
bisa merasakan binar tawa ibu
pada
mekar warna bunga-bunga itu
sengaja
ibu pasang jendela di kamarmu
kelak
ketika hujan turun
kau
bisa membuka lebar-lebar kedua daunnya
merasakan
bulir-bulir rindu ibu
dari
taman surga
lalu,
lihatlah anakku
ibu
pasang genteng kaca di langit-langit dapur
apa
kau tahu, untuk apa?
untuk
menghangatkan hatimu yang beku
tatakala
ada cinta datang menghampirimu
dan
jangan lupa
ibu
pasang teralis besi di pintu ruang tamu itu
supaya
ketika suatu saat kau sedang terluka
tutup
rapat-rapat hatimu untuk orang yang sudah mengkhianatimu
anakku,
mendekatlah
dekap
erat ibumu
mari
kita ramu berbagai kisah juang
di
dinding-dinding rumah yang selalu merindukanmu pulang
membiarkan
cinta lahirkan kata-kata di segenap ruang jiwaRuang
Kata, Desember 2021
WIRACARITA DI TAMAN ARGASOKA
: Putri Maithili
secepat
angin berembus
ingin
kusampaikan sebuah pesan pada Rama
berkabar
tentang rinduku
yang
semakin terbenam
lelap
dalam duka
dengan
sabar aku mengasuh waktu
tersebab
batang-batang seroja yang menjulang tinggi
tak
mampu lagi menopang kepedihanku
di
riak kecipak air bening telaga
kelopak
teratai Puspa Puja bermekaran
menangkup
doa suci menahan derasnya air mata
dari
peram rindu yang teramat dalam
sayup-sayup
kudengar
kidungan
sendu Wadya Bara Pala
mengalun
merdu bersama kesiur angin surga
menyalakan
harapanku
kian
terang jalan kembali: pulang
sedang
saripati mantra-mantra paling purba
terus
menerus diteteskan agar aku linglung
tertawan
hati Prabu Dasamuka
aku
berdiam diri dalam Taman Asri Argasoka
bernaung
di rimbunnya Pohon Maja
sambil
mendawam doa dalam rangkum napas duka
menunggu
emas tempawan datang menjemput
dari
akar matahari
api
abadi menyala dalam diri
gelora
cintaku adalah sebilah belati
tertancap
kuat di lubuk sukma
yang
akan kembali kepelukan Rama
tanpa
satu noda pun di sekujur tubuh
Lawang, 22 Juli 2021
AKU CELEPUK SIAU SEDANG MENUJUM KISAH
sesekali
terlintas keinginan pergi keluar hutan
menuju
rumah-rumah di dekat pasar
sebelum
embun pagi datang
membuka
hari menyapa bumi
disinari
bulan sabit yang sedikit oranye
aku
terbang menembus gelap
lalu
hinggap di sebatang dahan
menikmati
kerlap kerlip lampu kota
serupa
tebaran kunang-kunang
dalam
hening kutengadahkan wajahku ke langit
menghitung
bintang
menujum
beragam kisah
di
kedua kelopak mataku
kuterka-terka
dalam hati
cerita
apa lagi yang harus kubangun
agar
aku tak lekas sirna oleh lupa
tak
mau lagi bersembunyi,
bersama
barisan semut
aku
menggigil di antara batu-batu retak
menarik
napas melankolia terpanjang
tumbuhkan
kebajikan di setiap urat nadi
hari-hariku
berpetualang mencatat waktu
menyanyi-nyanyi
ringan menirukan suara anak kucing
mematuk-matuk
di setiap jengkal tunas meranti
tinggalkan
jejak pada pangkal pergantian musim
sedang
malam perlahan berhenti mengirim pekat dinginnya
aku
masih terus saja lelap dalam tarian angin
membersitkan
segaris cahaya sulaman bulu indah di kedua kepak sayapku
begitulah
caraku merekahkan diri
setelah
bertahun lamanya terbenam
dalam
tumpukan daun dan ranting kering
dari
jauh kucium aroma kegemilangan
terberkatilah
segala harapan subur
menyeru
pada Si Buyung
“pendarkan
namaku secerlang Pala Siau
sebelum matahari beringsut dan bulan menepi,
kekalkan di sepanjang masa menjadi cerita anak
cucu,
bahwa
aku pernah ada di waktu itu”
Ruang Kata, 15 Desember 2021
ANGKLUNGAN DI SAUNG UDJO
mari
kita rayakan
romantisme
akhir tahun
dengan
menafsir riang dan bahagia
di
celah-celah rumpun bambu
melekatkan
getah hari indah
di
dinding catatan harian
Ijinkan
kali ini
aku
meminjam waktumu
melingkarkan
asmara
sambil
mengulum sisa rindu
sebelum
sunyi meledak di dada
pukul
empat sore
kesiur
angin Padasuka
bermain-main
melambaikan dedaunan
berbagi
getar dengan perdu dan gemricik air kolam
pohon-pohon
bambu
yang
awalnya hanya berderit
kini
mulai berbahasa
menyusun
tangga nada
pada
larik-larik semesta
tak
terasa tubuhku berdenyar
berayun-ayun
angkleung-angkleungan
lari
ke dalam gema getar pipa-pipanya
5
3 4
kluuuung
kluuuung kluuuung
5
7 1
kluuuung
kluuuung kluuuung
selintas
terbayang manuk dadali
berseru
menari-nari di atas sawah
bersama
nyanyian para petani
di
ambang petang
tempias
senja melintas
kelasa
tunas menjelma
sebatang
bambu berapi-api
mengoyak
sepi sebuah kota
di
garis hening Saung Udjo
derauan
suara angin dan angklung
terangkum
apik di ranum denyut jantungku
Ruang Kata, Desember 2021
Tentang Penulis
IIS SINGGIH, lahir dan tinggal di
kota Malang. Seorang ibu rumah tangga yang memiliki hobi menulis dan berpuisi.
Tergabung dalam komunitas KEPUL dan Competer Indonesia. Saat ini dia sedang
bergiat di kelas puisi RUANG KATA. Dia bisa dihubungi melalui WA 085604516933, atau email iissinggih@gmail.com