Kirim Karya

SKSP Book Store
No Result
View All Result
  • Esai
    • Esai
    • Esai Terjemahan
  • Puisi
    • Puisi
    • Puisi Terjemahan
  • Cerpen
  • Gurit
  • Galeri
  • Katalog Buku
    • Info Buku
    • Beli Buku
  • Tentang Redaksi
  • Kerjasama Korea Selatan
  • Esai
    • Esai
    • Esai Terjemahan
  • Puisi
    • Puisi
    • Puisi Terjemahan
  • Cerpen
  • Gurit
  • Galeri
  • Katalog Buku
    • Info Buku
    • Beli Buku
  • Tentang Redaksi
  • Kerjasama Korea Selatan
No Result
View All Result
SKSP Book Store
No Result
View All Result
Home Puisi

Puisi-puisi Iis Singgih

Admin by Admin
4 Februari 2022
0
Share on TelegramShare on WhatsappShare on Twitter

SINTREN TARIAN PESISIR UTARA


/

ke
dalam ranggap kaki menyaruk

tapak
terpahat urat-urat berdenyut

segaris
tali tambang mengikat

ke
tiang rapuh penyangga kesadaran

masuk
dalam gulungan tikar

 

di
batas pejam dan jaga

mantra
dibubuhkan

membuka
tabir sungkawa

agar
mimpi kembali kasat

dari
sebaris kisah hampa

putra
Ki Bahurekso

 

//

lantas,
turun temurun dari leluhur

syair
sih solasih dilagukan

memanggil-manggil
bidadari

agar
jiwa tak lahir dari ruh telanjang

 

raga
terhuyung mengayun-ayun

setelah
ranggap tersingkap

melepas
simpul belenggu duka

dalam
dimensi ruang dan waktu

 

///

di
atas panggung terbuka

sepasang
mata menyimpan cahaya kunang-kunang

terpahat
ribuan mimpi pada tubuh

menyanyikan
lagu batin kepulangan

dari
dadanya yang basah

untuk
sebuah perjumpaan nyata

:bersihkan
diri dari luka dan kesepian

 

simbar-simbar
pati, lamun dadi ja kesuwen

simbar-simbar
pati, lamun dadi ja kesuwen

 

lempar

     lempar

          uang dilempar

 

tubuh
jatuh tersungkur luruh ke bumi

datang
pawang meniup ubun-ubun

memohon
ampun moksa diri

doa
lesap lebur bersama asap dupa

mengepul
menyeruap di udara

 

////

di
balik tabir gaib Dewi Rantamsari

kembang
mekar di panggung ikrar

lahir
mata batin  dari sepasang mata penari

sorotnya
setajam mata tombak

yang
menjadi penjuru mata angin

ke
segala arah

 

merangkak
dari timur

lalu
lalang ke selatan dan utara

kemudian
menua dan bungkuk menghadap ke barat

larut
bersama surup matahari petang

 

masuklah
ia kembali ke dalam ranggap

menemu
inti diri saat gong bambu di tabuh

terbacalah
seluruh cinta mahkluk-Nya

pada
catatan mashyur tembangan

Kembang
Kates, Kenangan dan Jae Laos

 


Ruang Kata, Desember 2021



 



MOH LIMO

: Petuah Sunan Ampel

 

kau
lempar cahaya ke segala penjuru

agar
nafsu kehabisan akal

untuk
mengajak berselisih

 

1/

pertama,
janganlah bermain judi

pengingkaran atas suatu kebenaran

hanya akan mendatangkan jemawa

yang berakhir petaka

meski hidup adalah tentang

mendapatkan atau kehilangan

menebak tadir adalah sebuah kenistaan

 

2/

kedua,
janganlah bermabuk-mabukkan

bagaimana ingatan bisa menjadi pipa

batas kesadaran atas diri

jika selaur darah

mengalir arak yang memabukkan

raga dan jiwa tersiram jelaga sesat di jalan

 

3/

ketiga:
jangan mencuri

dunia begitu menyilaukan

kecurangan melilit jiwa

pakaian menjadi perisai dusta

sampai kapankah akan lepas

dari persembunyian?

 

4/

ke
empat: jangan menghisap candu

di jalanan sempit menjemput kesenangan

serupa aroma kopi dihirup lalu diempas

menjadi candu membenak rindu

menggigil raga ketika hendak melupakan

segera gegas berlalu atau terbelenggu hasrat

hingga kau lupa cara mengakhiri

 

5/

ke
lima: jangan bermain perempuan

semua adalah tentang goda rayu

dan kerling manja

nafsu terjerat pada si pencuri hati

meringkuk dalam pelukan hangat

bertukar sayang tanpa surat

cukuplah semua menjadi kenangan

di titik ini, gelas kosong telah terisi kembali

melagukan kidung doa yang telah lama terbungkam

 

begitulah kata-kata menjelma menjadi mercusuar

melimpahi setiap langkah dengan nur keberkahan

menuju terang benderang Maha Cahaya-Nya

 


Lawang, 26 Juni 2021





PENYAIR DI RUANG SUNYI

 

1/

kata-kata
menjelma

menjadi
sebuah tungku

yang
menyala baranya

berbahan
bakar imajinasi

terjebak
dan tersimpan

dalam
baris-baris perintah

peranti
lunak

 

2/

dari
sebuah layar gawai

aku
melihat gambar-gambar

bergerak
dalam kubang holografi

menjadi
obat rindu

yang
tak habis-habisnya kulihat

 

3/

denting
musikalisasi merekam puisi yang paling hangat

sajak
melankolis tersekap dalam kalimat yang terjeda

oleh
suara tiruan angin, ombak dan nyanyian camar

 

lalu
aku mendengar,

dengan
sangat hati-hati

ia
mengeja huruf demi huruf

seperti
membaca kitab suci

membuat
jejak kenang

di
setiap intonasi suaranya

 

4/

di
bentangan layar kaca

aku
seperti menemukan

seseorang
berada di sebuah kota

yang
dibungkus kalkulus

sedang
berjibaku dalam revolusi jaman

 

barangkali
memang ia,

seorang
penyair yang suka lupa

menuliskan
namanya

 

5/

dari
sebuah kamar sunyi

kata-kata
seperti bersayap

lantas
berkibaran

di
ruang tanpa batas

menabahkan
nyala doa

 


lawang, 22 Juli 2021



 



PECUT

 

1/        

penggembala
melangkah tanpa jengah

memegang
pecut mengomando domba-domba

kemanakah
mereka akan di giring?

ke
kanan atau ke kiri?

apa
dibiarkan saja?

 

2/

bermain
api tersulut diri

bermain
dusta risau sendiri

berdiam
diri tertindas sepi

saat
itulah kilat menyambar

seperti
pecut penggembala

 

tatkala
hati lemah dalam resah

akal
rebah di atas gelombang nafsu

pecut
menyentak

agar
diri kembali bersandar

pada
dinding hati nurani

 

“Redam,
redamlah  jiwa dalam kilat pecut
penggembala”

 


Lawang, Juli 2021



 



JUNET PENAMBANG BATU AKIK

 

anak-anak
burung menceracau di pucuk perdu

riang
berjingkat-jingkat di antara sederet embun

mengajak
berhitung berapa lama lagi

pagi
datang memberi udara baru

 

ada
yang beranjak dari peraduan

lelaki
itu sangat sederhana

kaos
yang dikenakan itu-itu saja

tambal
sulam topi di mana-mana

begitu
juga dengan pekerjaannya

saban
hari bertahan menggurat batu ke batu

bertelanjang
kaki menapak perbukitan

menggali
agate  yang setia menunggu dalam diam

di
pusaran sunyi puncak gunung kapur

 

pada
tubuhnya tertanam mimpi

bertemu
semburat merah Kaseldon Batu Raja Keladen

di
antara artefak-artefak yang berserakan

menukar
sepi dengan gemuruh dada

mengisi
celah debar asa

 

ah
semoga saja hari ini

ia
bertemu dengan batu

yang
katanya bagus dan bernilai itu

batu
yang akan menyerap cahaya di sekelilingnya

mengurai
belukar resah di segenap jiwa dan raga

:
bercahayalah ia

 

 

Ruang Kata, Desember 2021



 



MEMBACA EPIGRAF DI BONSAI CEMARA

 

di
batang-batang

di
daun daun

dan di
akar-akar

huruf-huruf
terjebak dalam sunyi

melilit
dari satu ranting ke ranting

meliuk
apik penanda jejak kharismatik

 

cemara
menundukkan diri bersama para pemujanya

menyatukan  hati dalam kekuatan yin dan yang

menjaring
pesona estetika

mengkidungkan
kembali harmoni balada raja-raja terdahulu

 

kata-kata
seperti terpasung di ruang sunyi

pada
batang yang dipaksa mengerdil

aku
melihat arti sebuah kesabaran dan kekuatan

juga
ranting-ranting yang lampai berkeluk di segala sisi

seolah
mengajarkan bagaimana sekeping hati

semenjana
saja mengikuti alur ruas takdir Tuhan

pun
juga pada rimbun hijau dedaunnya

aku
merasakan keteduhan dan kesejukan

menjadi
obat dari segala luka

 

padanya
aku juga membaca segores pesan pujangga

menggeliang
memilin-milin rasa pada kawat-kawat penopang

lalu
ia membalur epigraf

di
sekujur tubuh bonsai

memburu
berjejal-jejal bahagia di repih ujung sepi

 

 

Lawang, 8 Juli 2021



 



KINONG AMANDA

      Untukmu

 

ibu
membuat taman bunga di samping rumah

agar
suatu saat ketika sedang bahagia

kau
bisa merasakan binar tawa ibu

pada
mekar warna bunga-bunga itu

 

sengaja
ibu pasang jendela di kamarmu

kelak
ketika hujan turun

kau
bisa membuka lebar-lebar kedua daunnya

merasakan
bulir-bulir rindu ibu

dari
taman surga

 

lalu,
lihatlah anakku

ibu
pasang genteng kaca di langit-langit dapur

apa
kau tahu, untuk apa?

untuk
menghangatkan hatimu yang beku

tatakala
ada cinta datang menghampirimu

 

dan
jangan lupa

ibu
pasang teralis besi di pintu ruang tamu itu

supaya
ketika suatu saat kau sedang terluka

tutup
rapat-rapat hatimu untuk orang yang sudah mengkhianatimu

 

anakku,
mendekatlah

dekap
erat ibumu

mari
kita ramu berbagai kisah juang

di
dinding-dinding rumah yang selalu merindukanmu pulang

membiarkan
cinta lahirkan kata-kata di segenap ruang jiwaRuang

 

 

Kata, Desember 2021



 



WIRACARITA DI TAMAN ARGASOKA

: Putri Maithili

 

secepat
angin berembus

ingin
kusampaikan sebuah pesan pada Rama

berkabar
tentang rinduku

yang
semakin terbenam

lelap
dalam duka

 

dengan
sabar aku mengasuh waktu

tersebab
batang-batang seroja yang menjulang tinggi

tak
mampu lagi menopang kepedihanku

 

di
riak kecipak air bening telaga

kelopak
teratai Puspa Puja bermekaran

menangkup
doa suci menahan derasnya air mata

 

dari
peram rindu yang teramat dalam

sayup-sayup
kudengar

kidungan
sendu Wadya Bara Pala

mengalun
merdu bersama kesiur angin surga

menyalakan
harapanku

kian
terang jalan kembali: pulang

 

sedang
saripati mantra-mantra paling purba

terus
menerus  diteteskan agar aku linglung

tertawan
hati Prabu Dasamuka

 

aku
berdiam diri dalam Taman Asri Argasoka

bernaung
di rimbunnya Pohon Maja

sambil
mendawam doa dalam rangkum napas duka

menunggu
emas tempawan datang menjemput

 

dari
akar matahari

api
abadi menyala dalam diri

gelora
cintaku adalah sebilah belati

tertancap
kuat di lubuk sukma

yang
akan kembali kepelukan Rama

tanpa
satu noda pun di sekujur tubuh

 

 

Lawang, 22 Juli 2021



 



AKU CELEPUK SIAU SEDANG MENUJUM KISAH

 

sesekali
terlintas keinginan pergi keluar hutan

menuju
rumah-rumah di dekat pasar

sebelum
embun pagi datang

membuka
hari menyapa bumi

 

disinari
bulan sabit yang sedikit oranye

aku
terbang menembus gelap

lalu
hinggap di sebatang dahan

menikmati
kerlap kerlip lampu kota

serupa
tebaran kunang-kunang

 

dalam
hening kutengadahkan wajahku ke langit

menghitung
bintang

menujum
beragam kisah

di
kedua kelopak mataku

 

kuterka-terka
dalam hati

cerita
apa lagi yang harus kubangun

agar
aku tak lekas sirna oleh lupa

 

tak
mau lagi bersembunyi,

bersama
barisan semut

aku
menggigil di antara batu-batu retak

menarik
napas melankolia terpanjang

tumbuhkan
kebajikan di setiap urat nadi

 

hari-hariku
berpetualang mencatat waktu

menyanyi-nyanyi
ringan menirukan suara anak kucing

mematuk-matuk
di setiap jengkal tunas meranti

tinggalkan
jejak pada pangkal pergantian musim

 

sedang
malam perlahan berhenti mengirim pekat dinginnya

aku
masih terus saja lelap dalam tarian angin

membersitkan
segaris cahaya sulaman bulu indah di kedua kepak sayapku

 

begitulah
caraku merekahkan diri

setelah
bertahun lamanya terbenam

dalam
tumpukan daun dan ranting kering

 

dari
jauh kucium aroma kegemilangan

terberkatilah
segala harapan subur

menyeru
pada Si Buyung



 

“pendarkan
namaku secerlang Pala Siau

 sebelum matahari beringsut dan bulan menepi,

 kekalkan di sepanjang masa menjadi cerita anak
cucu,

bahwa
aku pernah ada di waktu itu”

 

 

Ruang Kata, 15 Desember 2021



 



ANGKLUNGAN DI SAUNG UDJO

 

mari
kita rayakan

romantisme
akhir tahun

dengan
menafsir riang dan bahagia

di
celah-celah rumpun bambu

melekatkan
getah hari indah

di
dinding catatan harian

 

Ijinkan
kali ini

aku
meminjam waktumu

melingkarkan
asmara

sambil
mengulum sisa rindu

sebelum
sunyi meledak di dada

 

pukul
empat sore

kesiur
angin Padasuka

bermain-main
melambaikan dedaunan

berbagi
getar dengan perdu dan gemricik air kolam

 

pohon-pohon
bambu

yang
awalnya hanya berderit

kini
mulai berbahasa

menyusun
tangga nada

pada
larik-larik semesta

 

tak
terasa tubuhku berdenyar

berayun-ayun
angkleung-angkleungan

lari
ke dalam gema getar pipa-pipanya

 

      5      
3        4

kluuuung
kluuuung kluuuung

      5      
7        1

kluuuung
kluuuung kluuuung

 

selintas
terbayang manuk dadali

berseru
menari-nari di atas sawah

bersama
nyanyian para petani

 

di
ambang petang

tempias
senja melintas

kelasa
tunas menjelma

sebatang
bambu berapi-api

mengoyak
sepi sebuah kota



 

di
garis hening Saung Udjo

derauan
suara angin dan angklung

terangkum
apik di ranum denyut jantungku

 

 

Ruang Kata, Desember 2021



 

Tentang Penulis

IIS SINGGIH, lahir dan tinggal di
kota Malang. Seorang ibu rumah tangga yang memiliki hobi menulis dan berpuisi.
Tergabung dalam komunitas KEPUL dan Competer Indonesia. Saat ini dia sedang
bergiat di kelas puisi RUANG KATA. Dia bisa dihubungi  melalui WA 085604516933, atau email iissinggih@gmail.com

Admin

Admin

SKSP

POPULER

Puisi – Puisi Quinta Sabrina

Puisi – Puisi Quinta Sabrina

2 Juli 2024

Tentang Redaksi

11 Juli 2024
Puisi – Puisi Tania Rahayu

Puisi – Puisi Tania Rahayu

2 Juli 2024
Puisi-puisi Rifqi Septian Dewantara

Puisi-puisi Rifqi Septian Dewantara

15 November 2024
  • Disclaimer
  • Kebijakan & Privasi
  • Kerjasama Korea Selatan

© 2024 SKSP - All Rights Reserved.

No Result
View All Result
  • Esai
    • Esai
    • Esai Terjemahan
  • Puisi
    • Puisi
    • Puisi Terjemahan
  • Cerpen
  • Gurit
  • Galeri
  • Katalog Buku
    • Info Buku
    • Beli Buku
  • Tentang Redaksi
  • Kerjasama Korea Selatan

© 2024 SKSP - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In