NYALA API DRUPADI I
barangkali ialah wanita beruntung
bersuami panca satria maha agung
ialah yang sanggup memapah dengki
dari seluruh perempuan di muka
bumi
dimampukan berkasih lima suami
masing-masing rupa karisma diri
terjaga dari ancaman segala
penjuru
bergelimang cinta, tahta dan
rindu
barangkali tak ada yang menemui
akan rasa perih yang terus
berlari
dari ucap sumpah seorang ibu
kunti
awal dari sembilu menancap ulu
hati
terlanjur kering muara air mata
rela menerima jenis bermacam cela
telah terbiasa oleh anggapan tabu
memaksa telinga untuk membisu.
NYALA API DRUPADI II
sungguh, adakah yang lebih
menyakitkan
dari jalan hidup yang dianggap
rupawan
dari sebuah sumpah dan kejamnya
kutukan
pada sebuah kelahiran, ia menanam
kebencian
hingga akhirnya pengetahuan
membuka
inilah jalan derita dari sumpah
ayahanda
memohon hadirnya putra kepada
dewa
namun lengkap dengan sekujur
luka-luka
ialah raja kerajaan bernama
drupada
teramat gagah dengan segala
digjaya
maka, pantaslah hati ini berpagar
besi
teruntuk takdir yang terlalu pahit
dijalani.
MAHAR HIDUP
PARA WAYANG
sekumpulan roh dari puluhan
bayangan
muara kaca cermin, bernama
kehidupan
membawa hembusan dalam getar
suara
dalam runtutan karakter juga
pembeda
bersemayam diantara cahaya
lentera
berjajar gagah, pada pohon pisang
raja
sementara keberadaan ketuk
gamelan
menjadi pemandu jalannya adegan
di balik laras mimbar pertunjukan
menanam citra prasasti dalam
karawitan
adalah nyawa, dari raga
pewayangan
sedari ujung belangkon keemasan
bersama pakaian hitam bergaya basofi
tak lupa tersemat keris kecil
lipit jarik, pinggang sebelah
kiri
tak luput diperhatikan,
antara kesucian dan kebatilan
juga jalan panjang dalam
pengembaraan
menempuh ilmu, menempa kebatinan
berjajar pada tahta, kesatria dan
raksasa
pemangku legenda beralas gending
jawa
dimana pencinta legenda habis
bernostalgia
akan cerita bapa-biyung dahulu
kala
pada suatu hari menjelang senja.
KEPOMPONG MUDA
DI SELA DAUN DIKSI
pada ujung tunas yang bermalam
selembar daun meluangkan pelukan
mengumpulkan pagar-pagar kekuatan
mengelupaskan segmen kulit
ketakutan
yang terlampau larut,
terlindas kekecewaan
boleh saja,
bulan gegabah membangunkan pagi
sedang, titik gutasi belum tentu
mengamini
beribu embun berjejal memasuki
pori-pori
untuk kesembuhan akar getar
denyut nadi
ini memang tidak mudah,
meredam luka, terlanjur
berdarah-darah
paling tidak hak asuh semesta
telah pasti
menyajikan diksi di sela rajut
selembar puisi
menjadi pribadi dengan bilik otak
yang baru
penuh benang neuron, penambal
masa lalu
mestinya,
kepolosan bukan berarti sebuah
kebodohan
seperti kebaikan yang tak harus
terbalaskan
serupa sayap indah yang telah
terbayangkan
menjadi kupu-kupu, penuh
keberuntungan.
PARFUM MERAH
melewati lorong-lorong sudut
pikiran
namun seketika hidup kala
dilekatkan
mendiami kulit tanpa perpisahan
serupa gaun yang baru dikenakan
disana,
ujung bunga meleleh meramal aroma
menebus wewangian benang udara
megah melingkar pada pinggang
wanita
berdiam pada pergelangan kedua
hasta
dirajut kaki tangkai-tangkai
seribu bunga
akhir tata rias, penjemput degub
asmara
menumpang bulir-bulir yang
terlepaskan
untuk identitas pada alamat
wewangian
segera bangkit dari cacatan
malaikat
mengejar ingatan tanpa sebuah
syarat
selembut senyuman ranum di ujung
paras
pada botol kaca bening serupa
gelas
pemikat guguran kenangan yang
telah kering
segera terbangun, dimanapun ia
berbaring.
Tentang Penulis
KINANTHI ANGGRAINI, lahir di
Magetan, 17 Januari 1989. Dia berdomilisi di Garut, Jawa Barat, Indonesia.
Karya puisinya pernah dimuat di 67 nama media massa, antara lain Horison, Media Indonesia, Indopos, Suara
Merdeka, Pikiran Rakyat, Basis, Sinar Harapan, Solopos, Suara Merdeka, Jurnal
Masterpoem Indonesia, dan lainnya. Prestasi lain yang diraihnya yaitu
menjadi Juara 1 Puisi Terbaik pilihan Gerbang Sastra, Bali (2014). Buku puisi
tunggalnya yang telah terbit berjudul Bunga-Bunga
Bunuh Diri di Babylonia (2013) Mata
Elang Biru (Pustaka Puitika, 2014), Pelajaran
Kincir Angin (Buku Katta, 2017), Windmill
Lesson (2018). Puisinya juga termaktub dalam belasan buku antologi bersama.
Alumnus Pascasarjana Pendidikan Sains UNS ini pernah menjadi model Hijab Moshaict tahun 2011 dan
meraih Juara II pada Lomba Tutorial Hijab yang diadakan oleh Koran Bogor 2015. Fb : kinanthi
anggraini; Instagram : @kinanthianggraini; HP : 081 321 717 441.