DIAM
PEREMPUAN
dan
dalam diam perempuan
semua
tumbuh seperti pepohonan
rimbun
dan lembab
daun
kesabaran jatuh
amarah
mengering
akar-akar
waktu susup-sasap
membelah
kepala laki-laki
;
tajam melenyapkan diri
Purwokerto,
2021
PEREMPUAN YANG MENGAWINI HARAPAN
aku tidur di bahu malam
gonggogan anjing dari jauh menusuk
kepala
aku mengawini tubuhmu dalam satu rabaan
menikam erangan dari mulutku sendiri
dan segala waktu yang menindih lidahku
sebentar lagi terbit sebagai matahari
esok hari setelah malam ini
aku resmi mengandung rerumputan
Purwokerto, 2021
ANGKRINGAN TENGAH MALAM
ratusan dingin jatuh memantul dari
trotoar
menyusup sela sarung kakek pemulung
luka yang terbenam dalam tubuhku
diikuti lengkur balita dan puluhan orang
tua
knalpot marah berteriak-teriak
tukang parkir duduk melamun di ujung
bingung
di antara ringkuk dan selimut
nenek pengasong memeluk waktu kematian
aku duduk di angkringan
memesan malam yang hangat
untuk kugelar di sepanjang malam
Purwokerto,
2020
KLISE
waktu keluar
dari tepian klise
kecamuk mata ibu
berduyun-duyun merayakan
sementara aku
memandangi diriku sedang duduk di dalamnya
memasukan
telunjuk ke mulut
dan sisanya
kurelakan menetes bersama liur dan alur
hari ini, kami
resmi mengurung wajah dan kerutan
pada klise yang
di dalamnya dipenuhi kekhawatiran
agar kelak,
waktu seperti ini
dapat dipanggil
dan dipeluk lagi
pada saat
sebelum hari
kami bagi
keluarga atau semacamnya kepada ribuan pagi
telah kami perhitungkan
angin dan api
ketika suatu
saat, tangan yang saling merangkul ini
akan berebut
keluar dan meninggalkan sisanya
di rangkuman
cerita
Purwokerto, 2020
DOA
MASA KINI
ketika malam hari kusulit tidur
kamar gelap, tetapi dunia tak kunjung
lelap
tetap saja ada yang gaduh
dan mencuri kata dari kepala
kuserahkan mata dan sisa tenaga
kepada ujung maya
ruang kita terapung-apung
melontarkan doa sekaligus memapah dosa
ketika malam hari kusulit tidur
kuintip bilik hati yang salah menaruh
doa
pada media dan mesin buatan manusia
2020
LELAKI
DI PINGGIR SUNGAI
di pinggir sungai perantauan
seorang lelaki manaruh lebam ibu di
punggungnya
di pucuk matanya, seorang perempuan
melengkung
mengekori kecipak ingatan
menyumpal di kepalanya harapan
yang serta-merta dilarungkan
kepada muara ketidakmungkinan
di pinggir sungai perantauan
seorang lelaki duduk di atas
keterbatasan usia
sebotol alkohol ditawarkan diri sebagai
pembebasan
kepada jiwa yang di tawan mati-matian
oleh kekuasaan dan prasyarat harta
turunan
Purwokerto,
2020
ORANG-ORANG
DI NEGERIKU
di negeriku ini orang-orang mati
bersikeras hidup kembali
di sebuah kota yang konon
dipenuhi lawakan pidato
dan suap yang merayapi mimpi para
petinggi
sedang orang-orang yang hidup
jelata dan terlunta
mendera kerontang sukma
Purwokerto,
31 Juli 2020
Tentang Penulis
EFEN NURFIANA.
Bergiat di Komunitas Pondok Pena Pesantren Mahasiswa An-Najah Purwokerto dan
Sekolah Kepenulisan Sastra Peradaban (SKSP) Universitas Islam Negeri Prof. K.H.
Saifuddin Zuhri (UIN Saizu). Kini
ia berproses memperjuangkan pendidikan Magisternya di UIN Prof.K.H. Saifuddin
Zuhri Purwokerto. Karya-karyanya termuat dalam beberapa antologi, koran dan
media online. Dapat dihubungi Facebook Efen Nurfiana. Instagram Efennu.