Kirim Karya

SKSP Book Store
No Result
View All Result
  • Esai
    • Esai
    • Esai Terjemahan
  • Puisi
    • Puisi
    • Puisi Terjemahan
  • Cerpen
  • Gurit
  • Galeri
  • Katalog Buku
    • Info Buku
    • Beli Buku
  • Tentang Redaksi
  • Kerjasama Korea Selatan
  • Esai
    • Esai
    • Esai Terjemahan
  • Puisi
    • Puisi
    • Puisi Terjemahan
  • Cerpen
  • Gurit
  • Galeri
  • Katalog Buku
    • Info Buku
    • Beli Buku
  • Tentang Redaksi
  • Kerjasama Korea Selatan
No Result
View All Result
SKSP Book Store
No Result
View All Result
Home Puisi

Puisi-Puisi Mauliya Nandra Arif Fani

Admin by Admin
19 Maret 2022
0
Share on TelegramShare on WhatsappShare on Twitter

NYANYIAN BURUNG BELANTARA

 

Kepada
kawanan burung,

Masihkah
ia ingat

Cerita
sayap di kala masih mungil

Di
atas pulau belantara

Melewati
ribuan warna warni bunga

Deru
cicit yang menggema di angkasa

Dan
ranting-ranting menari

Mengikuti
suara alam

Yang
bersamanya sepasang kekasih

Memupuk
subur cintanya

Dalam
kemerduan nyanyian pusaka

Diiringi
lambaian daun-daun kelapa

Damai
menjadi rumah singgasana

Lantaran
langit masih biru

Membirui
samudera raya

Yang
merekam kisah mungil anak gajah

Bersama
bianglala yang mengitarinya

Tiada
jemu,

Berlari,
memungut buah delima

Lalu
berebut dengan kawannya

 

Kini
hari semakin larut

Gelap
malam memberikan ruang kabut

Hingga
coretan pada kertas hikayat

Tidak
lagi menceritakan

Kemerduan
nyanyiannya

Juga
pada dongeng ibu

Tidak
terdengar tangisan anak kancil

Sebab
pohon timun tiada yang berbuah

Dan
cacing tanah keluar dari sarangnya

Mencari
nafas yang hilang

Sebab
waktu telah mengalun

Melahirkan
gedung-gedung muda

Di
atas tanah dan air

Tempat
bertengger akar rotan

Juga
tumbuhnya rumput dan jamur

Dengan
rangkaiannya menembus awan

Tempat
burung parkit mengisi hari liburnya

Melagukan
syair kebahagiaan

Untuk
melukiskan senyum

Pada
bibir si yatim

 

Kini
nyanyian burung belantara

Telah
mencapai batas purnama

Di
akhir liriknya dilukiskan doa

Lalu
menguap bersama

Panas
atmosfer bumi hari ini

Hingga
menjadi titik-titik embun

Lalu
turun di antara hujan akhir tahun

Dan
menumbuhkan akar cita-cita

Sembari
menopang mimpi di atas daunnya

Serta
kuncup bunga yang mengangkasa

 

Purwokerto, 11 November 2019 

 

 

 


SAJAK MENYAPA DI TAHUN KE DUA PULUH SATU

 

Pada
suatu hari lalu

Matamu
melihat dunia

Ragamu
terjerembab

Dalam
warna-warni semesta

Dan
angin surgawi mengantarmu

Pada
hangatnya musim gugur

Rumahmu

 

Kini
mentari menyapa

Dirimu
di tahun ke dua puluh satu

Nikmat
dan syukur memenuhi

Larik-larik
sajak usiamu

Sinar
bahagia terpantik

Dari
matamu kian membiru

Teranglah
segala cita dan cinta

 

Dan
di antara lirik doa

Aku
tidak pernah lelah

Menempatkanmu
pada singgasana

 

Banjarnegara, 13 Agustus 2020

 

BAIT SEMESTA


Dalam
alunan pagi

Jalanan
penuh air

Daun-daun
basah,

Dan
angin datang dari sungai

Tujuh
tangkai bunga yang menguning

Siap
meniti hari

Di
bawah rintiknya hujan

 

Aku
tidak berpikir menemuimu

Sebab
hasta terlampaui panjang

Berderet-deret
menghubungkan tiang-tiang listrik

Di
antara jalan dan gedung tua itu

 

Malam
ini jika hujan mereda,

Tidurlah
di gugusan sinar-sinar purnama

Biarkan
aku mengelilingi bait semesta

Mendenyutkan
lagu-lagu indah pengantar setia

 

Purwokerto, 1 Oktober 2018

 

 



PERAHU JINGGA

 

Kala
tangan menggandeng tanganku

Ke
hadapan lesung kayu

Yang
kau sebut perahu jingga

Sutra
pelangi di garis cakrawala

Seketika
berbalik arah lengkungnya

Dedaunan
mencumbui bunga-bunga yang dicintainya

Seperti
kora-kora di taman ancol

Yang
menghapus jejak pilu gadis desa

Barulah
kesedihan yang berlalu lalang

Mencari
jiwa agar ia tumbuh segar

Lalu
aku membiarkan senyumku melayang

Menembus
langit merah sendu

 

Aku
tahu,

Dirimu
yang bertahun lamanya dirajai rindu

Ingin
bertahta tanpa usai

Dalam
alunan nadiku

Menjadi
melodi

Di
setiap nyanyian hidupku

Kala
tangan memelukku

Mengayun
lembut diri ini

Di
atas perahu sebelum melaju

Selendang
biru ibu bidadari

Membumbung
tinggi menembus angkasa

Membisikkan
ke alam semesta

Bahwa
surgaku

Bersemayam
di bawah kakimu

 

Banjarnegara, 11 Januari 2019

 

 



CERITA SANG
POHON KOPI

 

Di
antara dahan-dahan pohon kopi

Selalu
berbuah cerita-cerita manis

Dari
sekawan yang selalu lupa dengan tangis

Mereka
seperti riuh ombak

Pada
samudra raya lintas benua

Tampak
indahnya saat sinar emas

Pendar
dari ufuknya

 

Cubitan
di pipi mungil,

Terbalas
senyum oleh gigi gingsul

Lalu
tarikan pada poni

Yang
melengkung di atas alis

Menjadi
cerita putih tak berdalih

Berkubang
mengakar

Di
pulau melati yang mekar

 

Sampai
kini akarnya tetap menguat

Pun
ukiran tertanda pada batangnya

Segala
gelak tawa

Saat
dicengkeramai oleh cakrawala

Dari
embun hingga ke senja

 

Langit
berhias lembayung

Saat
mengulang catatannya

Gubuk
dan kebun

Jadilah
penampung hari

Bersama
ribuan cicit burung parkit

 

Kini
waktu bukan apa-apa lagi

Bukan
juga suara deras hujan

Yang
membasahi lari-lari kecil

Lalu
berteduh di pohon kopi

Hingga
bertambah lebat daun-daunnya

 

Purwokerto, 19 Februari
2019
   

 




DI SEPOTONG GIETHOORN

 

Aku
melihat sepasang hati

Tergeletak
di perahu yang melaju

Dayung
mengayun,

Air
muka turun berduyun

Menyusur
pipiku blood moon

Lorong
jembatan, jembatan tua

Tempat
penghubung pulau-pulau rasa

Yang
menyemayamkan

Pada
dalamnya palung di dada

Angin
membawanya ke bibir sungai

Tepat
depan gubuk kayu

Coklat
manis seperti wajahmu

Yang
terikat oleh sumbu pelita

Terpasang
bulan pada damainya

Jalanan
Giethoorn

Bertabur
daun yang gugur

Serta
keemasan bunga yang jatuh

Di
curamnya leher hatiku

 

Cinta,
sinarnya kupantik tiap detik

Agar
terang seluruh dunia kita

Sampai
pada keabadian nanti

 

Banjarnegara, 30 Desember 2018

 

 

SI PELAFAL RINDU                                                                                                                                                                                                     

Dari cemara tegak di depan

Mendekap
indah menambah hijau sang bilik

Di
hati tempat bertemu dua senyawa

Dongeng
terbaik di sepanjang malamku

Pembalasanku
tidaklah serupa

Sengaja
menusuk sampai ruang darahmu

Dan
caraku berjalan menjadi racun

Bagi
tulang dan nadimu

 

Tanpa
sesal dan tak kenal menyerah

Sesampai
berakhirnya waktu itu

Kini
ada dan bersama senyumku

Harmoni
mengalun di setiap hembusan nafas

Menyejukkan
lagi menentramkan

Mawar
di tepi ombak menggulung pantai,

Mengiringi
setiap serpihan cerita

Dari
sudut pandang hati ceria

Ditambah
merdu kicauan burung camar

Menghiasi
atap sepasang kursi

Yang
enggan beranjak dari bahagianya

Tak
kenal waktu, sampai lupa di mana ia berada

 

Akankah
selamanya begini?

Atau
ada hal lain yang mencoba mencuri kedamaian?

Mereka
tidak pernah tahu

Yang
berusaha bertahan dalam ribuan pekan

Mengajak
sepotong buaian rindu

Di
setiap tepian senja

Untuk
menemani sang cakrawala

 

Terlihat
pelangi dalam laut yang tenang

Seakan
kita tahu kalau ini tidak ada yang kekal

Alangkah
bahagia hati jika sampai sekarang

Nikmati
pemberian Robb-Mu Yang Maha Rahman

Masa
depan biarlah Ia Pengatur segala ruang dan waktu

 

Rindu
memang selembut itu

Tidak
ada yang salah dalam pelafalannya

Mari
gabungkan dua senyawa dalam darah

Biar
tidak lagi menjadi racun

Dalam
peraduannya seiring ikatan suci

Di
keabadian

 

Purwokerto, 2018

 

 

 

 

BAYANGAN DI
DINDING DOA

 

Menjelang petang, malam yang kelap

Barangkali, wajahmu yang temaram

Tenggelam dalam larutan suci

Seperti langit bersama air

Yang menghendakinya tumpah

Pada bibir yang manis

Namamu melambung ke angkasa biru

Berhias bintang di indah jagad tubuhmu

Seluruh kulit dan sendiku bergetar

Mengguncangkan selaput darahmu

Yang memerahkan dadaku

Angin di pantai asmara

Melabuhkan putik kembang sariku

Lalu menghembuskan nafas pada jelmaan mawar merah

Di warna yang merekah marwah

 

Purwokerto, 30
Agustus 2019



 

DI BAWAH
KAWANAN HUJAN

 

Di bawah kawanan hujan

Aku tidak berkeluh

Sebab basah hariku

Juga lusuh sarungmu

Tetaplah kopi yang hangat untukku

 

Aku menghitung rintiknya

dengan sederhana

Setiap tetes adalah kehangatan

Setiap derasnya adalah telaga

Meraup habis lelah dan dahaga

 

Dan aku bersamamu

Lebur dalam butiran kesejukkan

Bersama nafas yang selalu pagi

Di bawah kawanan gerimis

Yang gemerciknya memancur

 

Di bawah kawanan hujan

Aku tidak berkeluh

Meski petirnya menyambar denyut nadi

Tetapi harmoninya

Menjadikan kita sepasang

Tanpa perlu alasan

Melangitkan hati dan hari

Di keabadian lembah asmara

 

Hujan hari telah menyibukkanku

Bersama bibir lembut

Yang bertemu di ujung kerut garisnya

Hingga siang meninggi

Petirpun kembali ke khayangan

 

Purwokerto, 7
April 2019

 

 

 

DALAM
PERHELATAN

 

Kala waktu yang dituliskan di
hadap mata

Maka apa yang dapat dihina

Sedang aku dalam genggaman

Sang Maha Cinta

Aku tak ubahnya putri embun

Yang merayu kepada bapak subuh

Hendak pecah dari daun talasnya

Meleleh diri kepada hati belahan
nafas

Mempercaya bahwa sinar kehidupan

Memancar di tiap sudut waktu

 

Ramai orang datang

Dan saling memelukkan tangan

Bertukar kisah dari desa kepada
desa

Menjadi yang terpandai

Perihal daging di tengah lalapan

Sambil memanja diri

Pada keindahan bunga-bunga kain

Berlapis lampion keemasan

Menggantung di atap tenda merah
muda

Juga di keasrian dinding-dinding
tirai

 

Tubuh ini memanglah anggun

Berbalut kain panjang penyejuk
aura

Menjulur-njulur di tangan dua
gadis cantik

Mutiara menambah kilau

Seri wajahku sebab rembulan

Berbutir mengusap seluruh debu

Hingga hatinya semakin tertawan

Sejak hamdalah menjadi akhir

Di setiap perjalanan

Mengharap ridho empat sekawan

 

Purwokerto,
18 Februari 2019

 





Tentang Penulis

      MAULIYA NANDRA ARIF FANI, berasal dari Banjarnegara, Jawa Tengah. Sekarang dia menempuh pendidikan S1 di UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri, Purwokerto, Prodi Pendidikan Agama Islam. Dia aktifis di Sekolah Kepenulisan Sastra Peradaban (SKSP) UIN SAIZU. Karyanya dimuat di beberapa surat kabar, buku antologi bersama, dan pernah jadi Juara 3 Lomba Puisi Nasional Event Hunter Indonesia sehingga dia berkesempatan melakukan kunjungan sastra ke Singapura. HP 085726377842; Email mauliya.nandra@gmail.com; Facebook Mauliya Nandra Ariffani; Instagram @mauliyanandra

Admin

Admin

SKSP

POPULER

Puisi – Puisi Quinta Sabrina

Puisi – Puisi Quinta Sabrina

2 Juli 2024

Tentang Redaksi

11 Juli 2024
Puisi – Puisi Tania Rahayu

Puisi – Puisi Tania Rahayu

2 Juli 2024
Puisi-puisi Rifqi Septian Dewantara

Puisi-puisi Rifqi Septian Dewantara

15 November 2024
  • Disclaimer
  • Kebijakan & Privasi
  • Kerjasama Korea Selatan

© 2024 SKSP - All Rights Reserved.

No Result
View All Result
  • Esai
    • Esai
    • Esai Terjemahan
  • Puisi
    • Puisi
    • Puisi Terjemahan
  • Cerpen
  • Gurit
  • Galeri
  • Katalog Buku
    • Info Buku
    • Beli Buku
  • Tentang Redaksi
  • Kerjasama Korea Selatan

© 2024 SKSP - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In