BANTAL
pada selongsong tubuhmu
aku susupkan penat
menukar mimpi dengan
hasrat paling muskil
Purwokerto, 2021
aku susupkan penat
menukar mimpi dengan
hasrat paling muskil
Purwokerto, 2021
RUKIAH
dengan asma-asmamu
kukosongkan tubuh ini
agar hanya kau
yang mendiaminya
Purwokerto, 2021
kukosongkan tubuh ini
yang mendiaminya
BAWOR
Mereka yang berbicara
tanpa memilih-milih kata,
bersitatap tanpa kasta
adalah inyong.
Purwokerto, 2021
tanpa memilih-milih kata,
bersitatap tanpa kasta
adalah inyong.
CARUB
Aku tidak terbentuk oleh cahaya
-seperti kisah yang telah dipakemkan dalam sebuah
layang-.
Aku adalah cahaya itu sendiri,
yang karena tubuh tambunmu –Semar-,
aku terhalang menjejak bumi,
sehingga siluet menyerupai wadagmu
jatuh di kaki gunung
memanjang sepanjang
alur sejarah Serayu.
Lalu, di sepanjang sungai itu,
orang-orang mengenaliku
sebagai bayangan.
Purwokerto, 2021
-seperti kisah yang telah dipakemkan dalam sebuah
layang-.
Aku adalah cahaya itu sendiri,
yang karena tubuh tambunmu –Semar-,
aku terhalang menjejak bumi,
sehingga siluet menyerupai wadagmu
jatuh di kaki gunung
memanjang sepanjang
alur sejarah Serayu.
orang-orang mengenaliku
sebagai bayangan.
BAWOR GUGAT
Ki Dalang.
Saat bulan di puncak terik, lewat celotehmu aku mewujud.
Aku muncul sebagai kelakar, di antara silat lidah,
bersama cerita keampuhan pengetahuan para satria
yang saling bersiasat mempertikaikan kebenaran,
menyelisihi keadilan.
Di kemudian hari,
jauh dari kemegahan dan tatabahasa para raja,
aku terima takdir itu;
menjadi stigma bagi orang-orang
yang bermukim di batu-batu.
Mereka terlanjur mengimani sabdamu
yang berisi kisah perwujudan, bermulanya nasab,
dan semulanya nasibku sebagai akhir
suatu babak dalam sebuah kotak.
Purwokerto, 2021
Saat bulan di puncak terik, lewat celotehmu aku mewujud.
Aku muncul sebagai kelakar, di antara silat lidah,
bersama cerita keampuhan pengetahuan para satria
yang saling bersiasat mempertikaikan kebenaran,
menyelisihi keadilan.
jauh dari kemegahan dan tatabahasa para raja,
aku terima takdir itu;
menjadi stigma bagi orang-orang
yang bermukim di batu-batu.
yang berisi kisah perwujudan, bermulanya nasab,
dan semulanya nasibku sebagai akhir
suatu babak dalam sebuah kotak.
Tentang Penulis
TEGUH TRIANTON, lahir di Desa Pagerandong, Kecamatan Mrebet, Kabupaten.
Purbalingga, Jawa Tengah. Pernah bekerja sebagai wartawan, guru, dan dosen.
Buku yang telah ditulis; Ulang Tahun Hujan (antologi puisi, 2012), Identitas
Wong Banyumas (Kajian Sastra; Graha Ilmu, 2012), Banyumas; Fiksi dan
Fakta Sebuah Kota (Kumpulan esei, 2013), Film Sebagai Media Belajar (Graha
Ilmu, 2013), Jurnalistik Komprehensif (Ombak, 2016), buku puisi Babad Tulah (Tidar
Media, 2020), dan Inyong Banyumas; Narasi Budaya dari Dalam (Jejak Pustaka,
2022).