Puisi Fajrul Alam
TAKJIL
Bagi orang yang berpuasa
Tak ada hari minggu yang ditunggu
Melainkan menanti dengung maghrib
dan riuh rendah gemeresak takjil
Takjil tak lain adalah bergegas
memungut senyummu
yang segar yang terhempas
di relung jantungku
Sementara bahasa indonesia yang berakhlak mulia
Berterimakasih sekali kepada bahasa arab
yang telah berkenan berbagi takjilnya
untuk buka bersama.
Purwokerto, 16 April 2022
Tentang Penulis
FAJRUL ALAM, lahir di
Kebumen, 15 Februari 2001. Perjalanan menimba ilmunya dimulai dari MI Adikarso,
MTS al-Iman, MA al-Iman Purworejo. Sekarang dia masih berjibaku dalam misi
perburuan ilmu di UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri Purwokwerto. Karyanya pernah
masuk di beberapa antologi puisi, seperti Khatulistiwa (Kosa Kata Kita,
2021), Reminisensi (SIP Publishing, 2020), dan Senja di Pelabuhan
Kecil (Penerbit Kertasentuh, 2021).
Puisi Wahyu Budiantoro
SANAD KOPI
Aku adalah kopi
Kau aduk sebanyak tiga puluh tiga kali
Semenjak cangkir yang retak
Itu menyeketsa wajah penyair sunyi
Aku adalah kopi
Bersemayam di bibirmu
Melangitkan zikir buat
Sayyid ahmad bin ali bahar al-qadimi
Berkiblat kepada kanjeng nabi
Aku adalah kopi
Diseduh dan dinikmati
Sejak hijrah nabi dua generasi
Isyarah bunyi madah madinah
Menjadi piagam
Aku adalah kopi
Larut dalam perjamuan para wali
Sebab asrar musti diriwiyatkan
Dalam syair jampesi
Atau surat-surat dalam goa; mazmur
Dikumandangkan para sufi
2018-2022
Tentang
Penulis
WAHYU BUDIANTORO lahir di Purwokerto, 10 April 1991. Di samping mengajar di UIN Prof. K.H.
Saifuddin Zuhri Purwokerto, dia aktif menulis esai dan puisi. Buku pertamanya
berjudul Aplikasi Teori Psikologi Sastra: Kajian Puisi dan Kehidupan Abdul
Wachid B.S. (Kaldera Press, 2016). Buku kedua, Epistemologi Komunikasi
Transendental (Cinta Buku, 2021). Buku ketiga, Impresi tentang Puisi;
sehimpun esai pilihan (Rumah Kreatif Wadas Kelir (2022). Dia bertempat tinggal
di Jl. dr. Angka, Gg. III, No. 36, RT: 02 RW: VII, Sokanegara, Purwokerto
Timur, Kab. Banyumas, Jawa Tengah, 53115. WA: 08979559154 Email: budiantoro.wahyu@yahoo.co.id.
Puisi Abdul
Wachid B.S.
SEMILIR ANGIN MATAHARI DLUHA
Matahari dluha masih membawa
Semilir angin ke ruang kalbu
Darimanakah gerangan ia
Tak ada lagi badai yang bikin gagu
Mulut kelu otak terbanting kaku
Semua jalan kemarin seakan terpalang
susah
Jabal rahmah tidak di hari hati
mahabbah
Gurun menurun pada debu kau aku
Lelaki sebaiknya ngalah bahkan kalah
Berilah tabik kepada wanita sinaran
Tuhan
Diamlah sejenak, biarkan sabda ibumu
bicara, kian
Kau memperjelas dengan bahasa, yang
Dirasa dalih-dalih tak berkesudahan
Harap kecewa semakin meraja
Hingga tiada datang lagi angin dluha
Mengulas senyuman di bibir perempuan
Maka biarlah matahari dluha yang
Nyalakan tubuh, sampai ruh saling
menyentuh
Ke ruang paling rahasia kita
Tiada bahasa selain doa yang
Mempertemukan harap dan kecewa
Dari manakah gerangan ia
Pagi ini dan esok hari tak ada lagi
badai yang
Bikin mati berdiri
Semilir angin matahari dluha
Wajah kau aku memandang cahaya
Yogyakarta, 5 Mei 2021
Tentang
Penulis
ABDUL WACHID B.S., lahir 7 Oktober 1966 di
Bluluk, Lamongan, Jawa Timur. Buku terbaru
karyanya : Kumpulan Sajak Nun (2018), Bunga Rampai Esai Sastra Pencerahan (2019), Dimensi Profetik dalam Puisi Gus Mus:
Keindahan Islam dan Keindonesiaan (2020), Kumpulan Sajak Biyanglala (2020), Kumpulan Sajak Jalan Malam (2021).