MENCARI CAKAR YANG
HILANG
Karya ini dibuat
pada tahun 2018, kanvas berukuran satu meter persegi. Lukisan ini pernah
dipamerkan melalui Pameran Seni Rupa Mbawor yang berlokasi di Jegos Gallery
pada 22-24 Febuari 2019. Menggunakan teknik abstrak, konsep lukisan karya
Rasman ini sebenarnya sederhana, tetapi ide yang lahir darinya tergambar
realistis. Mengekspresikan peran manusia dalam kehidupan tidak begitu sulit,
tetapi membicarakannya dari sisi konteks diri dan kemanfaatan menjadi point
menarik. Konteks diri ini berbicara mengenai peran yang tidak dapat serampangan
diterapkan dalam menjalani kehidupan, misalkan keterlibatan cangkul dalam hidup
petani, ciri khas keris sebagai kepemilikan dari seorang raja. Gambaran alat dan
peran dalam pemikiran Rasman digunakan untuk membicarakan fenomena kehidupan
sosial. Melalui penerapan sederhana itulah kemudian Rasman menginterpretasi
peran kehidupan menjadi suatu yang lebih realistis dalam bentuk seni.
Ketika
diperhatikan, dalam lukisan tersebut terdapat tekstur yang Rasman buat
menggunakan benang, yang dimaksudkan sebagai simbol keris. Uniknya, keris
tersebut justru digambarkan menggunakan pola lekukan, sebagai gambaran keris
yang tinggal tulangnnya, gambaran ini dalam pola pikir Rasman mirip daun yang
hanya menyisakan tulang daunnya.
Dilihat dari
tekstur warna, terdapat tiga domain yakni merah, biru dan hijau. Rasman
memaknai warna merah sebagai seseorang yang memiliki peran membunuh, seperti
tentara perang; warna biru sebagai seseorang yang melangit, bergerak vertikal
atau dapat dikatakan sebagai pemuka agama; kemudian hijau digambarkan sebagai
seseorang yang menghayati alam. Pengelompokan makna warna tersebut merupakan
bentuk dari fenomena benturan peran.
Adapun realitasnya,
manusia memiliki keinginan untuk diakui dalam beberapa hal, termasuk berkaitan
dengan peran yang baik di dalam kehidupan. Tidak heran kerap kali ditemui
manusia yang justru melakukan bias peran, misalkan seorang dokter yang harusnya
memanfaatkan pisau bedahnya justru sibuk menenteng-nenteng tasbih. Pemuka agama
yang terjun dalam dunia politik dengan dalih agama, adanya fenomena konflik
antar golongan karena bentrokan politik identitas yang masuk melalui celah
tersebut. Berbicara tepat dan kurang tepat mengenai sebuah peran dan alat
kerjanya, tentunya peran dan alat yang selaras akan mendatangkan kemanfaatan
yang lebih efisien. Meskipun hal ini juga tidak dapat membatasi eksistensi diri
seseorang yang memiliki lebih dari satu peran dalam kehidupan sosial. Melalui
uraian ini, barangkali konsep syukur dalam kehidupan manusia menjadi bekerja
lebih luas dan memiliki arah.
Dalam lukisan
Rasman, visualisasi luka digambarkan dengan tekstur cat menumpuk, keterlibatan
warna putih sebagai gambaran dari nanah. Sedangkan peran keris sendiri
diinterpretasi sebagai puncak senjata paling luhur (diperebutkan) yang akan
terlihat kemanfaatannya ketika dimiliki oleh seseorang yang tepat. Melalui
konteks tersebut, ketika dikaji domain perannya, banyak manusia yang berkeinginan
memiliki keris, meskipun dalam peran sosialnya tidak membutuhkan. Nilai
kemanfaatan dari keluhuran keris itu justru akan mendapatkan tekanan. Pada
akhir gambaran dari lukisan Mencari Cakar Yang Hilang ini, Rasman
mengatakan manusia memiliki perannya masing-masing yang di dalam pola kerjanya
memiliki nilai kemanfaatan dan keluhurannya. Untuk itu, disayangkan sekali
apabila manusia justru sibuk mengurusi dan memperebutkan atribut dalam peran
orang lain.
(Efen Nurfiana)
Tentang Pelukis
Rasman Maulana.
Lahir di Banyumas, 1999. Menggeluti seni lukis sejak masih duduk di bangku Sekolah
Menengah Kejuruan. Aktif di beberapa organisasi seni rupa di desa kelahirannya:
Visi Visual, Pakebonan Galery dan PulKamfest. Semenjak masuk perguruan tinggi
aktif menjadi anggota UKM Seni Rupa IAIN Purwokerto. Sudah belasan kali
mengikuti pameran lukis dan sketsa, di antaranya: Artfreedom, Pameran Kawula
Muda, Pameran Kantong Keresek, Pentas Citra, Pameran Sapa bae Teyeng dan
lainnya. Selain melukis Rasman juga menulis puisi dan cerita. Di luar kegiatan
keseniannya Rasman mengelola Komunitas Cipta Gembira Indonesia.