“JAGA
SI BUNGSU JUGA CUCU”
kita cuma buih.
bisikmu lirih.
dulu.
kurang dari 500
hari lalu.
kini cuma sedih.
juga pilu.
ketika bisikmu
kembali singgah.
ketika jiwaku
taklagi tengadah.
“jaga si bungsu.
juga cucu”,
bisikmu lagi,
“aku ada, di relung jiwa.”
betapa panjang
lorong menujumu.
LORONG-LORONG
Lorong-lorong
kampus Qujing Normal University
musim semi.
pearl river. hijau rumputan.
cuma dingin.
angin sepoi
(aku jadi ingat
kamu. dingin kaliurang. ngarai merapi. kali kuning. kopi klothok pentingsari)
gadis-gadis
belajar bahasa. kata-kata bunga dan bisik pohonan. di bangku-bangku taman.
bersama daun dan angin. ada hasrat dan kepingin
(aku jadi ingat
kamu. belajar menabuh gamelan.
di pendapa
terbuka. bersama rafa, kaka, dan tya.
walau kini
engkau sudah di surga)
seulas salam
dalam bahasa berbeda.
membangun
tegur-sapa antarbangsa. segelas teh hijau terhidang di meja. hangat tanpa gula.
serupa hidupku. penuh gelora. tapi tawar dan hambar. serupa akar kehilangan
tempat buat menjalar
(aku selalu
ingat kamu. sejak mula, di awal tujuh lima. hingga hari-hari berangkat tua. dan
kamu dijemput sang mahapunya)
BETAPA
MAWAR RASANYA RINDU
kelebat bayangmu
masuk ke ruang dalam.
lalu cintamu
yang cempaka mekar kembali.
perlahan tapi
pasti. membawa cahaya.
menyela-nyela
kelam.
seperti bisikmu,
kutulis kembali betapa
mawar rasanya
rindu. betapa melati
kehendak untuk
ketemu.
sebaris lagi,
istriku, sebaris lagi.
sebelum malam
menutup hari.
jangan keburu
pergi. sebelum puisi ini jadi.
MENJAGA
CAHAYA
di bawah redup
cahaya lampu kamarku,
engkau hadir.
lalu serat-serat hidup pun kautenun. sehelai permadani takdir engkau gelar.
angin pun
mengayun-ayun. berkabar.
aku tahu.
engkaulah yang menjaga
lampu kamarku
yang redup. agar tetap hidup
dan bercahaya.
ya, engkaulah pemenang
kehidupan. yang
menolak diberi piala.
tapi selalu
setia menjaga cahaya. lewat salam
dan
doa-doa.
YANG
TUMBUH LIAR
bunga-bunga yang
dulu kautanam.
kini sudah
bermekaran. taklagi di halaman depan.
tapi di taman
paling dalam. aroma melati melapisi dinding hati. kanan dan kiri. harum mawar
terbakar di rongga-rongga dada. adalah pagar bagi jiwa yang dahaga. jiwa yang
kehilangan cinta.
pada batas
antara tidur dan jaga.
selalu saja
engkau melintas. dengan kata-kata
dan senyum
kenanga. kaugamit lenganku.
berjalan
menapaki pematang-pematang masa lalu. menyiangi rumputan dan perdu. yang tumbuh
liar menyela-nyela.
ISTRIKU…
ISTRIKU…
istriku, ini
dupa akan kuapikan semua.
mengasapi
angkasa. biar akar berdebar.
daun-daun
hingar. dan batang pohon
pun gelisah.
menunggu rebah.
istriku, ini
bunga akan kutebarkan semua.
biar harum
baunya rindu. biar gamelan
jiwa tetap
bertalu.
istriku,
baris-baris cinta ini akan
kubaca semua.
biar kumandang jiwa
melintasi benua
dan samudra.
CUMA
KATA, DALAM ADA
saat tandang,
angin pun lengang.
cuma buih, sisa
gelombang.
cuma isak. sisa
gigil semalam.
ketika engkau
takjua datang.
di beranda
waktu, aku menunggu.
engkau jauh, takkunjung
terengkuh.
sisanya cuma
huruf. cuma kata.
dalam ada,
engkau tiada.
dan menyapa.
lalu air mata dan doa.
YANG
TERSISA CUMA KENANGAN
hanya seperti
ini, istriku.
ingatanku
kembali.
ketika kita
berlatih berserah diri.
berbagi dingin
malam jazirah.
ketika kita
berada di pusat arah.
kita bergandeng
tangan. berangkulan.
menempuh
lintasan.
menapaki
lingkaran demi lingkaran.
dengan mulut
takhenti.
dalam gumam
panjang.
ayat-ayat cinta
pun mengawang.
istriku,
hari-hari seperti kini.
yang tersisa
cuma kenangan.
bayangmu yang
selalu meruang.
di setiap siang
mencapai tepian.
dan senja pun
merapat.
melengkapkan
malam.
gusti, izinkan
senyum pada
langit dan bumi.
istriku.
dampingi.
KELANA
YANG TAKLAGI SENDIRI
bersama angin
kita tapaki lembah
demi lembah.
tanpa gelisah dan keluh kesah. rimbun daun-daun menjadi payung. batang pun
gunung. menjulang menggapai ketinggian. menembus langit bersama jiwa yang
sakit. debar akar-akar. irama jiwa
yang berdenyar.
engkau pun bidadari
yang turun senja
hari. mengajakku mandi
di telaga putri.
aku pun kelana
yang taklagi sendiri. selendangmu kusimpan rapi di rumah puisi. larik-lariknya
kubaca setiap purnama. bersama anak cucu di tengah pendapa. adalah penawar
rindu bagi nenek dan ibu. cengkerama ada dalam tiada. tiada dalam ada. kita pun
bahagia.
KETIKA
JARI-JARIKU MENERJEMAHKAN RINDU
KE DALAM JARI-JARIMU
sepotong cahaya
jatuh.
ketika senja
belum lagi jauh.
ada kelam tapi
bukan malam.
ada benderang
tapi bukan siang.
inilah dua sukma
dari dua jagat.
begitu jauh
sekaligus sangat dekat.
cuma satu urat.
mencoba
menerjemahkan cinta.
dalam satu
makna.
batas-batas pun
lepas. satu demi satu.
sekat-sekat pun
terbuka. satu demi satu.
ketika
jari-jariku menerjemahkan rindu.
ke dalam jari-jarimu.
ketika engah napasmu
yang dalam.
berlabuh di danau dadaku.
ada kalam
menapaki lorong malam.
ada benderang
menaburi jalan impian.
jarak kita
begitu dekat. cuma satu urat.
aku pun tetap
sabar menanti saat.
Tentang
Penulis
SUMINTO A. SAYUTI lahir di Kabupaten
Purbalingga, Jawa Tengah, 26 Oktober 1956. Pada dekade 1970-an
saat tergabung dengan komunitas Persada Studi Klub Yogyakarta,
namanya tidak pernah absen dalam forum-forum diskusi sastra maupun
pementasan-pementasan puisi dan teater. Di kalangan seniman Yogyakarta, Suminto
dikenal sebagai pemuda “bengal” yang tidak pernah puas dengan ilmu yang
didapat. Proses kreatifnya dimulai dari kegemarannya membaca dan menulis sejak
kecil. Semakin tersihir oleh dunia sastra sejak masuk Yogyakarta sekitar 1974.
Sejak bergabung dengan komunitas Malioboro, mulailah ia “menancapkan kukunya” di dunia sastra.
Penulis yang Guru Besar UNY ini, juga menggeluti seni karawitan dan menggagas
serta pengurus Masyarakat Karawitan Jawa. Ratusan karya lahir darinya, baik
berupa makalah, diktat, buku, kumpulan puisi, cerpen, esai sastra, dan
sebagainya.
Daftar
ini hanya memuat sebagian karya Suminto A. Sayuti :
- Kumpulan Sajak Malam Tamansari
- Resepsi Sastra
- Intertekstualitas: Pemandu
Pengkajian Sastra - Ensiklopedia Sastra Indonesia
- Evaluasi Teks Sastra (2000,
terjemahan The Evaluation of
Literary Texts karya Rien T. Segers) - Semerbak Sajak (2000)
- Berkenalan dengan Prosa Fiksi (2000)
- Berkenalan dengan Puisi (2002)
Penghargaan
:
- Kedaulatan
Rakyat Award, Bidang Kebudayaan (2005) - Anugerah
Sastra Yayasan Sastra Yogyakarta (2014)