ANXIOUS
WOMAN
Karya ini
menggunakan cat akrilik, watercollor paper ukuran A4. Secara tipikal, realitas yang konkret
membutuhkan kemampuan mendasar untuk membentuk kesadaran, setiap kesadaran
tersebut membutuhkan interaksi. Lantas, bagaimana memahami kehidupan orang
lain, jika kita tidak dapat berkomunikasi dengan diri sendiri. Pada
kenyataannya despresi yang bersifat kerusakan sedikit demi sedikit menggerogoti
jiwanya sendiri. Daya kreasi manusia membentuk kesadaran untuk membentengi
dirinya sendiri dari perasaan cemas dan terluka. Potensi yang ditimbulkan dari
penciptaan luka memanifestasikan seseorang untuk menciptakan dunianya sendiri.
Suci Wulandari
dalam peristiwa ini, menggambarkan dunia ciptakan seorang perempuan yang
berupaya membentengi dirinya dari perasaan cemas dan takut. Dalam membentuk
sistem komunikasi yang dikatakan normal, manusia harus mengalirkan perasaan
cinta kepada urat kehidupannya. Sebagaimana Chittick, yang mengemukakan bahwa
gambaran mental haruslah indah, menarik, dan memikat untuk dapat dicintai. Ia
mesti membangkitkan kedekatan dan ingatan terus-menerus. (Chittick, 2002: 194).
Akan tetapi, bagaimana jika perasaan cinta atau setidaknya ketenangan tidak
ditemukan di dalam diri sendiri atau orang sekitar? Bagaimana seseorang dapat
hidup di dalam kehampaan perasaan? gambaran peristiwa seperti ini yang
diupayakan Suci Wulandari dalam karyanya.
Suci Wulandari
hendak membuat citraan ketenangan di dalam dunia ciptaannya. Dunia ciptaan yang
ditempati seorang perempuan dengan perasaan cemas, dunia yang nyaman dan
tenang. Kenyamanan dan ketenangan tersebut digambarkan Suci Wulandari dengan domain
warna yang cenderung bersifat soft. Bunga kecil dengan warna merah-putih
menyimbolkan kehadiran orang lain, yang dicitrakan sebagai teman-temannya,
yakni dua bentuk perasaan yang telah berani menciptakan dunianya sendiri,
tetapi sekaligus takut tidak menemukan jalan keluar.
Pedang rumput
dicitrakan sebagai dunia ciptaan, yang menjauhkan diri dari perasaan cemas.
Padang rumput yang bersifat tenang dan luas tersebut dipakai untuk menonjolkan
kekuatan sekaligus keterbatasan manusia di dunia, sebagaimana Suci Wulandari
yang menyukai pemandangan gunung, bukit atau laut yang luas, karena perasaan
yang melekat membuatnya merasa kecil di dunia.
(Efen Nurfiana)
Tentang
Pelukis
Suci
Wulandari. Ia lahir di Banyumas, tepatnya pada 23
Mei 2000. Menyukai kucing dan bangunan-bangunan masa lampau. Saat ini, ia tengah
menempuh pendidikan S-1 dengan mengambil jurusan Pendidikan Islam Anak Usia
Dini di UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri Purwokerto. Kesibukan lainnya antara
lain tergabung dalam komunitas Rumah Kreatif Wadas Kelir dan Wadas Kelir
Publisher.