Kirim Karya

SKSP Book Store
No Result
View All Result
  • Esai
    • Esai
    • Esai Terjemahan
  • Puisi
    • Puisi
    • Puisi Terjemahan
  • Cerpen
  • Gurit
  • Galeri
  • Katalog Buku
    • Info Buku
    • Beli Buku
  • Tentang Redaksi
  • Kerjasama Korea Selatan
  • Esai
    • Esai
    • Esai Terjemahan
  • Puisi
    • Puisi
    • Puisi Terjemahan
  • Cerpen
  • Gurit
  • Galeri
  • Katalog Buku
    • Info Buku
    • Beli Buku
  • Tentang Redaksi
  • Kerjasama Korea Selatan
No Result
View All Result
SKSP Book Store
No Result
View All Result
Home Puisi

Puisi-puisi Dewi Sukmawati

Admin by Admin
21 Juli 2022
1
Share on TelegramShare on WhatsappShare on Twitter

AKU DAN PEMAKAMAN

 

/1/

Sejak
tuhan menitipkan kasih

Tubuh
ini tergeletak

Jauh
dari ramainya lalu-lalang

 

Di
ruang kecil, di ranjang tertutup

Tubuh
ini mengandung sepi

Yang
datang dan pergi

 

/2/

Rasa
sakit apa lagi yang harus aku ceritakan?

Aku
sudah mencicipi semua hidangan tuhan

Sejak
rinduku turut terisolasi di sini

 

/3/

Aku
tahu, tuhan masih bersamaku

Tuhan
masih singgah di ruang kecil dalam hati

Di
sebelah pojok kanan, tepat dibelakang ruang rindu

 

Tuhan
dan aku saling berdiskusi panjang

Membicarakan
surga dan bidadari di kayangan

 

Purwokerto, 2020



 



BENDERANG

 

/1/

Kita
biasa menamatkan catatan harian di teras

Membaca
wajah pejalan

Mengamati
pengendara yang kebut-kebutan

 

/2/

Dari
awal, kota ini tidak pernah redup

Menunggu
getir dan manisnya pernasiban

 

/3/

Sekarang
mataku lelah

Redup
dan terpejam

Menamatkan
sendiri benderang yang tidak akan pernah padam

 

Purwokerto, 2020





METROPOLITAN

/1/

Dari
perut ibu aku terlahir

Di
wilayah lingkaran keakraban

Yang
gemar menggabungkan kisah pemukiman lanjutan

Dengan
cerita zona lingkaran urban

 

/2/

Siapa
tidak tahu kota ini?

Kota
seribu pintu

Dengan
gedung-gedung pencakar langit

Yang
biasa memotong cahaya fajar, senja, dan rembulan

Kala
kau dan aku dipertemukan

Dalam
sapa tanpa keakraban

 

Purwokerto, 2020



 



JULUKAN

 

/1/

Cahaya
sejak dulu telah melahirkan bayang-bayang

“Mungkinkah
wujud raganya sempurna?,” ujarnya

Saat
senja tadi terburu-buru berganti jam kerja

 

Aku
dengar ada banyak hentakan kaki datang dan pergi

Mereka
mencari-cari sebuah kota dan bertanya padaku

Lalu
aku menjawab sambil menikmati lintingan tembakau

“Mari
duduk bersamaku di sini

Menikmati
senja yang sedang berlari pergi

Setelah
itu, kau pasti akan menemukan kota yang kau cari”

 

Purwokerto, 2020

 



 


POHON ASAM DI TANAH NENEK BUYUT

 

/1/

Jarang
benar tanah ini menawarkan cerita masam

Nenek
buyut setiap malam hanya sibuk bercerita dengan serbuk manisnya

Cerita
manis tentang hasil bumi yang melimpah

Sampai
rela disedekahkan pada tuan-tuan koloni, kala dulu

 

/2/

Kata
nenek buyut, pohon asam jarang tumbuh dan besar di tanah sempit ini

Mungkin
karena pohon asam tidak ingin merusak manisnya cerita kota ini

Dan
pohon asam belum siap pula untuk disedekahkan pada tuan-tuan koloni

 

Purwokerto, 2020





 

TUHAN MEMBACA
WAJAH DAUN KERING 
DI PELOSOK NEGERI
PUISI

 

/1/

Sehabis
sembahyang embun hanya sedikit bertamu di wajah ini

Sedangkan
matahari selalu saja ramai membakar nasib di tanah ini

Siapa
mengerti?

Kami
di sini hanya bisa menikmati

Kemarau
dengan nafas semakin sesak

Bersama
akar dan batang kami yang semakin kurus

Di
hantam cerita manis yang terlantar

 

/2/

Dari
ketinggian langit, Tuhan membaca wajah kami

Tuhan
pula tersenyum menatap kering pelosok negeri puisi

Sembari
membalas doa

“Biar
nanti saya kirimkan hujan sebagai raja

Dan
menghapus sedikit otokrasi

Agar
dedaunan berwajah embun esok hari”

 

Purwokerto, 2020





 

PENGABDI DI TANAH MATI

 

Bila
saja ada sepohon keadilan

Tumbuh
di belantara tanah mati

            Di pelosok peta negeri

Mungkin,
tanah ini akan sedikit memiliki nama:

Makmur
sejahtera

 

Sudahlah,
hanya belukar saja yang sudi rimbun

Hidup
berkerumun

Seakan
tidak ada lagi kembang-kembang

 

Maka
kabarkanlah nanti;

Pengabdi
hanya mampu sedikit membabatnya

Dan
bila saja ia mati

Mata
ingatlah keringat yang menderas di keningnya

Walau
keringat tak sempat menumbuhkan pohon keadilan di sini

 

Purwokerto, 2020





 

TIDAK ADA
PERJANJIAN DI SINI

 

/1/

Di
atas rimbun pohon cerita

Aku
anyam daun dan ranting kering

Sembari
menyebut namamu dengan hening

 

/2/

Di
antara pohon dan waktu

Aku
taruh kasih bayang

Barangkali
nanti kau sudi menjadi raga

Dan
kita bisa bersama

Menikmati
sarang kasih tanpa perjanjian

 

Purwokerto, 2020







Tentang
Penulis

 

Dewi Sukmawati lahir di Cilacap,
21 April 2000. Karyanya dimuat beberapa media massa. Alamat di Desa Tambakreja
Rt 02 Rw 01, Kecamatan Kedungreja, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.Email:
sukmawatid608@gmail.com.

Admin

Admin

SKSP

POPULER

Puisi – Puisi Quinta Sabrina

Puisi – Puisi Quinta Sabrina

2 Juli 2024

Tentang Redaksi

11 Juli 2024
Puisi – Puisi Tania Rahayu

Puisi – Puisi Tania Rahayu

2 Juli 2024
Puisi-puisi Rifqi Septian Dewantara

Puisi-puisi Rifqi Septian Dewantara

15 November 2024
  • Disclaimer
  • Kebijakan & Privasi
  • Kerjasama Korea Selatan

© 2024 SKSP - All Rights Reserved.

No Result
View All Result
  • Esai
    • Esai
    • Esai Terjemahan
  • Puisi
    • Puisi
    • Puisi Terjemahan
  • Cerpen
  • Gurit
  • Galeri
  • Katalog Buku
    • Info Buku
    • Beli Buku
  • Tentang Redaksi
  • Kerjasama Korea Selatan

© 2024 SKSP - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In