SAJAK JARUM PENTUL KEPADA PEMILIKNYA
sungguh aku tak ingin dilepaskan
dari kerudung
tergeletak di atas meja
menyaksikanmu
diombang ambingkan nafsu
yang mengajak membunuh
peringatan-peringatan-Nya
mulailah kau menjadikanku perekam
paling dekat
pandangmu dan pandangnya yang
saling berkirim ribuan sajak
lalu gerai rambut dan
sentuhan
tangan memulai menguasai hasrat
pada kisah akhirnya puisi tercium
amis
dalam kamar kos yang baru
digambarkan dalam ingatan
lalu mana mungkin Tuhan mendekat dan
mengabarkan semacam sabit di waktu
rahasia
pada bentang mimpi
ingin kupinta waktu mengembalikan
aku
pada gabus-gabus
lalu ketika dikenakan, tubuhku yang
lancip ingin menancap
pada jari-jarinya yang lentik
An Najah, 11 Oktober 2015
MAKAM WAYANG
KULIT
kami rajawana
memulai melupakan suara kendang
apalagi gong yang menggetarkan kasih sayang Tuhan
biar melodi gending menepi pada sunyi
dan wayang digantikan perannya
dengan kyai-kyai masa kini
lupakan syair para sinden yang
ingin menemani kita memandang cahaya
menyinari jalan sehingga
kita bisa membedakan jalan mana yang berduri
dan jalan mana yang tumbuh lebat bunga
di kanan kirinya
lupakan semua
sebab sudah terbakar bersama rumah-rumah
bersama senyum ramah
bersama teriakkan dan tangisan
semua berlari dikejar ketakutan dan
trauma telah menjadi hantu
gentayangan di sepanjang hari
malam terlihat kelam di wajah ibu
maka kita harus pergi
dan pindah di atas pagi
menjemput suara genjring yang terdengar nyaring
suara bedug yang memukul berhala di dada kami
juga sholawat nabi yang memanggil
malaikat semakin berseri
dan lihatlah
wajah ibu menjadi matahari
Jatiwinangun ,
Desember 2018
SUPIT URANG
kami tak pernah sampai
pada ujung waktu yang
mempertemukan dua
sungai ini
kami hanya ingin
bernafas
dan nafas ini berharap
terlihat lebih indah
dari bunga
wijayakusuma di waktu malam
lebih panjang dari
jalan-jalan yang dilewati
kami di pinggir dengan
rumput yang selalu hijau
biasa menjadi batu
membiarkan kecemasan
datang tiba-tiba
dengan hujan dan keruh
gelombang yang
pernah mengalir
menotori rumah-rumah kami
membasah merusak
buku-buku kami
sebab di kedalaman
sunyi,
kami telah bertemu
dalam doa paling merdu
puisi paling rindu
dan yang mengapung
hanya kepasrahan
serta pasir dari dasar
sungai
ujung waktu hanya
alamat yang tidak dicari kepala kami
kecipak ikan selalu
lihai memburu tawa
juga menuntun
anak-anak tetap melangkah
menuju kedewasaannya
maka lupakan tentang
kemarau dan airmata
sebab mata air selau
mengalirkan senyum
dan menggenangkan
cerita indah dalam kendi
di dapur ibu
Purbalingga,
2019
JANTUNG
PISANG
tanahku adalah tempat menanam cerita dan kasih sayang
tuhan
betapa nafas kami harum kasturi
ricik air sungai selalu datang mengirim kedamaian
tapi pagiku tak pernah memesan sayur jantung pisang
terhidang di atas meja
selalu menggantung sampai masak
menunggu rasa lapar melahap
mengumpulkan canda di depan perapian
cerita kematian memasak jantung pisang kami kubur
dalam-dalam
tapi tetap menziarahinya setiap saat
sambil mengamati anak-anak memainkan tawanya
melepas sunyinya
di antara pohon pisang
setidaknya keyakinan akan mengabarkan
jantung kami baik-baik saja dan
maut tidak menggantung di belakang rumah
Rajawana, Juli 2019
BRAEN
di antara nyala api yang asapnya melesat bersama
rapalan doa
rubiah memukul rebana
sambil sesekali meminum air kelapa
atau kopi
atau teh
tulung matulung, tulung Tuan
para Wali lilirna nyawa nira
lilirna ing jagate kelawan sir Allah
para Wali bukakna lawang ing sepangat Nabi
lawan sepangat Allah
tak ada lagi kebimbangan di sini
kebimbangan hanya hadir ketika nyawa Syaikh Mahdum
Kusain seperti
di antara tebing-tebing, tapi
Alloh selalu menjadi pencipta cerita paling fantasi
dihadirkannya tawon gung
dan rasa takut menguasai prajurit pajajaran yang
kepalanya penuh dendam Adipati Onje
ada sholat tahajjud yang dibangun Syaikh dan para
santri
betapa cahaya seperti pemeran utama pada kenangan
malam melepas lelah
dingin menunjukkan khikmat kepada mata yang terjaga
menuju pagi, rubiah mengakhiri
pukulannya
para santri pulang menemui doanya masing-masing
Rajawana, Agustus 2019
KHAUL
seusai hati dibersihkan bulan suci
kami duduk melingkar
seorang nenek memutarkan tasbih dan mata air doanya
bapak ibu membaca al Quran
anak anak juga ada di sana
tapi berjalan kesana kemari mengikuti langkah tawanya
kami berada di sini sebab ingatan mengakar
tentangmu dan keluarga kami yang
namanya telah berbunga kamboja
di tanah yang dikepung kebaikanmu
kami memulai mengalamatkan tahlil
biarlah melesat menyesap mirip purnama
setelah ritual selesai kami selalu bertanya
apakah kau tersenyum ketika kami ribut memilah
tum-tuman yang penuh berkah untuk di bawa pulang dan dimakan di rumah ?
sebab kami lupa di mana menaruh ingatan tentang umur
tua dan adab ziarah
Rajawana, Agustus 2019
SELAMETAN
di atas daun pisang beberapa doa telah terhidang
menghadang cerita di kepalamu
sayur kentang, kluban dan telur ditaburi sinar bulan
mulailah tangan-tangan mengambil bagian rizkinya
tanah masihlah ramah menyapa senyummu
tergelar tenda tempat mendudukkan komitmen dan ikrar
marilah kita memulai melangitkan syukur sebelum
makanan menjadi dingin
rupanya perayaan kemerdekaan di dalam perut lebih
meriah
dari euforia di jalan raya
bulan memangku wajah rayu
celoteh anak menjinakkan matamu
dan kita sekali lagi menyelamatkan diri dari rasa
lupa pada sejarah
Rajawana,
Agustus 2019
WAJAHKU
aku
berhenti di pintu masjid
sebab
kata-kata yang beterbangan seperti debu
mencuri
keramahan di wajahku
sementara
tidak ada cermin menempel di tembok
aku
hanya ingin tahu
apakah
wajahku seperti orang-orang yang bekerja dikantoran
atau
orang pinggiran dengan pakaian penuh debu dan
beberapa
bagiannya berlubang
lalu
pikirannya kehilangan jalan pulang
aku
tidak menahu kapan mataku mulai buta
melihat
wajahku di dalam hati
tapi
bukan itu yang perlu diperdebatkan
sebab
yang paling penting aku menemukan
orang
yang sudah ditugasi membawakan kabar gembira
menjelaskan
rupa wajahku yang
saat
ini belum kukenali sebelum masuk masjid
menjadi
tamuNya
Rajawana, 2020
KAIN BATIK NENEK
kurasa
kain batik nenek begitu indah
kain
itu berbentuk persegi panjang terbuat dari usianya
di
bagian kanan, tergambar senyum
seorang
cucu bermain pasir di belakang rumah
tangannya
lihai mengeruk kebahagiaan dengan bathok kelapa
di
bagian kiri tergambar anaknya menanak nasi di atas tungku
ada
mimpi yang lepas bersama asap
adalah
melayani jiwa berkelana ke banyak kota, tapi
waktu
telah diserahkan kepada senyum anak dan kekasih
melengkapi
pagi dengan memasak, lalu
siangnya
mengumpulkan hikmah
di
kelapa anak-anaknya dengan bantuan pelepah pisang
atau
cerita yang disimpan di dalam masa lalu
di
bagian atas, tergambar seorang bapak
mengasuh
kasih sayang Tuhan pada tanaman palawija
dia
juga menjemput rizkinya di bebatuan sungai dan
menaruhnya
ke tepi jalan
sebelum
menjadi pondasi sebuah rumah
kulihat
kain batik nenek masih terpajang indah
menjadi
mozaik kenangan di kepalaku
Rajawana, 2020
NASAB NASIB
kamu
dan aku berangkat dari nasab yang berbeda
pagimu
biasa diisi dengan sepiring roti dan susu
sementara
aku dengan singkong rebus dan teh gula jawa
tapi
kita telah dikumpulkan dalam satu nasib
di
sebuah ruang
yang
dindingnya terbuat dari keheningan
catnya
berwarna larut malam
kita
sujudkan setiap kejadian
membiarkan
semesta sibuk menggosibkan
keberadaan
luka yang berpindah-pindah
yang
kadang di hutan belantara
kadang
pula di pasar raya sampai
aku
pun pernah dibuat sibuk,
bahkan
mengamuk
dan
nasab serta nasib kita,
sudah
menjadi sepasang sandal
menemani
langkah kaki bepergian
kemanapun
usia meminta
Rajawana, Agustus 2020
Tentang Penulis
Irna Novia Damayanti, lahir di Purbalingga 14 September 1992,
beralamat di desa
Rajawana Rt 19/07 Kecamatan Karangmoncol Kabupaten Purbalingga Jawa Tengah. Irna
pernah menjadi santri di TPA
al Azhar Karangmoncol Purbalingga dan Pesantren Mahasiswa An Najah Purwokerto. Irna
memulai studi di TK Pertiwi Tajug, SD N
3 Rajawana (Sekarang SD N 2 Rajawana), SMP N 1 Karangmoncol, SMA N 1 Rembang, S1
IAIN Purwokerto
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Jurusan PBA, dan lulus S2 IAIN
Purwokerto Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI). Irna peraih penghargaan Apresiasi Pendidikan Islam (API) dari
kementerian Agama dan DIKTI sebagai “Penulis Aktif Media” tingkat
mahasiswa PTAIN se-Indonesia tahun 2015. No Hp. 085726262851, fb Irna Novia Damayanti.