Kirim Karya

SKSP Book Store
No Result
View All Result
  • Esai
    • Esai
    • Esai Terjemahan
  • Puisi
    • Puisi
    • Puisi Terjemahan
  • Cerpen
  • Gurit
  • Galeri
  • Katalog Buku
    • Info Buku
    • Beli Buku
  • Tentang Redaksi
  • Kerjasama Korea Selatan
  • Esai
    • Esai
    • Esai Terjemahan
  • Puisi
    • Puisi
    • Puisi Terjemahan
  • Cerpen
  • Gurit
  • Galeri
  • Katalog Buku
    • Info Buku
    • Beli Buku
  • Tentang Redaksi
  • Kerjasama Korea Selatan
No Result
View All Result
SKSP Book Store
No Result
View All Result
Home Puisi

Puisi-puisi Irna Novia Damayanti

Admin by Admin
31 Juli 2022
0
Share on TelegramShare on WhatsappShare on Twitter

 

SAJAK JARUM PENTUL KEPADA PEMILIKNYA

 

sungguh aku tak ingin dilepaskan
dari kerudung

tergeletak di atas meja
menyaksikanmu

diombang ambingkan nafsu 

yang mengajak membunuh
peringatan-peringatan-
Nya

 

mulailah kau menjadikanku perekam
paling dekat

pandangmu dan pandangnya yang

saling berkirim ribuan sajak

lalu gerai rambut dan

sentuhan
tangan memulai menguasai hasrat

 

pada kisah akhirnya puisi tercium
amis

dalam kamar kos yang baru
digambarkan dalam ingat
an

lalu mana mungkin Tuhan mendekat dan

mengabarkan semacam sabit di waktu
rahasia

pada bentang mimpi

 

ingin kupinta waktu mengembalikan
aku

pada gabus-gabus

lalu ketika dikenakan, tubuhku yang
lancip ingin menancap

pada jari-jarinya yang lentik

 

An Najah, 11 Oktober 2015

 



 


MAKAM WAYANG
KULIT

 

kami rajawana

memulai melupakan suara kendang

apalagi gong yang menggetarkan kasih sayang Tuhan

biar melodi gending menepi pada sunyi

dan wayang digantikan perannya

dengan kyai-kyai masa kini

 

lupakan syair para sinden yang

ingin menemani kita memandang cahaya

menyinari jalan sehingga

kita bisa membedakan jalan mana yang berduri

dan jalan mana yang tumbuh lebat bunga

di kanan kirinya

 

lupakan semua

sebab sudah terbakar bersama rumah-rumah

bersama senyum ramah

bersama teriakkan dan tangisan

semua berlari dikejar ketakutan dan

trauma telah menjadi hantu

gentayangan di sepanjang hari

 

malam terlihat kelam di wajah ibu

maka kita harus pergi

dan pindah di atas pagi

menjemput suara genjring yang terdengar nyaring

suara bedug yang memukul berhala di dada kami

juga sholawat nabi yang memanggil

malaikat semakin berseri

 

dan lihatlah

wajah ibu menjadi matahari

 

Jatiwinangun ,
Desember 2018

 



 


SUPIT URANG

 

kami tak pernah sampai
pada ujung waktu yang

mempertemukan dua
sungai ini

 

kami hanya ingin
bernafas

dan nafas ini berharap
terlihat lebih indah

dari bunga
wijayakusuma di waktu malam

lebih panjang dari
jalan-jalan yang dilewati

 

kami di pinggir dengan
rumput yang selalu hijau

biasa menjadi batu

membiarkan kecemasan
datang tiba-tiba

dengan hujan dan keruh
gelombang yang

pernah mengalir
menotori rumah-rumah kami

membasah merusak
buku-buku kami

sebab di kedalaman
sunyi,

kami telah bertemu
dalam doa paling merdu

puisi paling rindu

dan yang mengapung
hanya kepasrahan

serta pasir dari dasar
sungai 

 

ujung waktu hanya
alamat yang tidak dicari kepala kami

kecipak ikan selalu
lihai memburu tawa

juga menuntun
anak-anak tetap melangkah

menuju kedewasaannya

 

maka lupakan tentang
kemarau dan airmata

sebab mata air selau
mengalirkan senyum

dan menggenangkan
cerita indah dalam kendi

di dapur ibu

 

 Purbalingga,
2019

 

 



 

JANTUNG
PISANG

 

tanahku adalah tempat menanam cerita dan kasih sayang
tuhan

betapa nafas kami harum kasturi

ricik air sungai selalu datang mengirim kedamaian

 

tapi pagiku tak pernah memesan sayur jantung pisang
terhidang di atas meja

selalu menggantung sampai masak

menunggu rasa lapar melahap

mengumpulkan canda di depan perapian

 

cerita kematian memasak jantung pisang kami kubur
dalam-dalam

tapi tetap menziarahinya setiap saat

sambil mengamati anak-anak memainkan tawanya

melepas sunyinya

di antara pohon pisang

 

setidaknya keyakinan akan mengabarkan

jantung kami baik-baik saja dan

maut tidak menggantung di belakang rumah

 

Rajawana, Juli 2019

 



 


BRAEN

 

di antara nyala api yang asapnya melesat bersama
rapalan doa

rubiah memukul rebana

sambil sesekali meminum air kelapa

atau kopi

atau teh

 

tulung matulung, tulung Tuan

para Wali lilirna nyawa nira

lilirna ing jagate kelawan sir Allah

para Wali bukakna lawang ing sepangat Nabi

lawan sepangat Allah

 

tak ada lagi kebimbangan di sini

kebimbangan hanya hadir ketika nyawa Syaikh Mahdum
Kusain seperti

di antara tebing-tebing, tapi

Alloh selalu menjadi pencipta cerita paling fantasi

dihadirkannya tawon gung

dan rasa takut menguasai prajurit pajajaran yang
kepalanya penuh dendam Adipati Onje

 

ada sholat tahajjud yang dibangun Syaikh dan para
santri

betapa cahaya seperti pemeran utama pada kenangan

 

malam melepas lelah

dingin menunjukkan khikmat kepada mata yang terjaga

menuju pagi, rubiah mengakhiri

pukulannya

para santri pulang menemui doanya masing-masing

 

Rajawana, Agustus 2019

 



 


KHAUL

 

seusai hati dibersihkan bulan suci

kami duduk melingkar

seorang nenek memutarkan tasbih dan mata air doanya

bapak ibu membaca al Quran

anak anak juga ada di sana

tapi berjalan kesana kemari mengikuti langkah tawanya

kami berada di sini sebab ingatan mengakar

tentangmu dan keluarga kami yang

namanya telah berbunga kamboja

 

di tanah yang dikepung kebaikanmu

kami memulai mengalamatkan tahlil

biarlah melesat menyesap mirip purnama

 

setelah ritual selesai kami selalu bertanya 

apakah kau tersenyum ketika kami ribut memilah
tum-tuman yang penuh berkah untuk di bawa pulang dan dimakan di rumah ?

sebab kami lupa di mana menaruh ingatan tentang umur
tua dan adab ziarah

 

Rajawana, Agustus 2019

 




 

SELAMETAN

 

di atas daun pisang beberapa doa telah terhidang
menghadang cerita di kepalamu

sayur kentang, kluban dan telur ditaburi sinar bulan

 

mulailah tangan-tangan mengambil bagian rizkinya

tanah masihlah ramah menyapa senyummu

tergelar tenda tempat mendudukkan komitmen dan ikrar

 

marilah kita memulai melangitkan syukur sebelum
makanan menjadi dingin

 

rupanya perayaan kemerdekaan di dalam perut lebih
meriah

dari euforia di jalan raya

 

bulan memangku wajah rayu

celoteh anak menjinakkan matamu

dan kita sekali lagi menyelamatkan diri dari rasa
lupa pada sejarah

 

Rajawana,
Agustus 2019

 




WAJAHKU

 

aku
berhenti di pintu masjid

sebab
kata-kata yang beterbangan seperti debu

mencuri
keramahan di wajahku

sementara
tidak ada cermin menempel di tembok

 

aku
hanya ingin tahu

apakah
wajahku seperti orang-orang yang bekerja dikantoran

atau
orang pinggiran dengan pakaian penuh debu dan

beberapa
bagiannya berlubang

lalu
pikirannya kehilangan jalan pulang

 

aku
tidak menahu kapan mataku mulai buta

melihat
wajahku di dalam hati

tapi
bukan itu yang perlu diperdebatkan

sebab
yang paling penting aku menemukan

orang
yang sudah ditugasi membawakan kabar gembira

menjelaskan
rupa wajahku yang

saat
ini belum kukenali sebelum masuk masjid

menjadi
tamuNya

 

Rajawana, 2020

 




 

KAIN BATIK NENEK

 

kurasa
kain batik nenek begitu indah 

kain
itu berbentuk persegi panjang terbuat dari usianya

di
bagian kanan, tergambar senyum

seorang
cucu bermain pasir di  belakang rumah

tangannya
lihai mengeruk kebahagiaan dengan bathok kelapa

 

di
bagian kiri tergambar anaknya menanak nasi di atas tungku

ada
mimpi yang lepas bersama asap

adalah
melayani jiwa berkelana ke banyak kota, tapi 

waktu
telah diserahkan kepada senyum anak dan kekasih

melengkapi
pagi dengan memasak, lalu

siangnya
mengumpulkan hikmah

di
kelapa anak-anaknya dengan bantuan pelepah pisang

atau
cerita yang disimpan di dalam masa lalu

 

di
bagian atas, tergambar seorang bapak

mengasuh
kasih sayang Tuhan pada tanaman palawija

dia
juga menjemput rizkinya di bebatuan sungai dan

menaruhnya
ke tepi jalan

sebelum
menjadi pondasi sebuah rumah

 

kulihat
kain batik nenek masih terpajang indah

menjadi
mozaik kenangan di kepalaku

 

Rajawana, 2020

 




NASAB NASIB

 

kamu
dan aku berangkat dari nasab yang berbeda

pagimu
biasa diisi dengan sepiring roti dan susu

sementara
aku dengan singkong rebus dan teh gula jawa

 

tapi
kita telah dikumpulkan dalam satu nasib

di
sebuah ruang

yang
dindingnya terbuat dari keheningan

catnya
berwarna larut malam

 

kita
sujudkan setiap kejadian

membiarkan
semesta sibuk menggosibkan

keberadaan
luka yang berpindah-pindah

yang
kadang di hutan belantara

kadang
pula di pasar raya sampai

aku
pun pernah dibuat sibuk,

bahkan
mengamuk

 

dan
nasab serta nasib kita,

sudah
menjadi sepasang sandal

menemani
langkah kaki bepergian

kemanapun
usia meminta

 

Rajawana, Agustus 2020





Tentang Penulis

Irna Novia Damayanti, lahir di Purbalingga 14 September 1992,
b
eralamat di desa
Rajawana Rt 19/07 Kecamatan Karangmoncol Kabupaten Purbalingga Jawa Tengah.
Irna
pernah
menjadi santri di TPA
al Azhar Karangmoncol Purbalingga
dan Pesantren Mahasiswa An Najah Purwokerto. Irna
memulai studi di
TK Pertiwi Tajug, SD N
3 Rajawana (Sekarang SD N 2 Rajawana), SMP N 1 Karangmoncol, SMA N 1 Rembang,
S1
IAIN Purwokerto
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Jurusan PBA
, dan lulus S2 IAIN
Purwokerto Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
. Irna peraih penghargaan Apresiasi Pendidikan Islam (API) dari
kementerian Agama dan DIKTI sebagai “Penulis Aktif Media” tingkat
mahasiswa PTAIN se-Indonesia
tahun 2015. No Hp. 085726262851, fb Irna Novia Damayanti.

Admin

Admin

SKSP

POPULER

Puisi – Puisi Quinta Sabrina

Puisi – Puisi Quinta Sabrina

2 Juli 2024

Tentang Redaksi

11 Juli 2024
Puisi – Puisi Tania Rahayu

Puisi – Puisi Tania Rahayu

2 Juli 2024
Puisi-puisi Rifqi Septian Dewantara

Puisi-puisi Rifqi Septian Dewantara

15 November 2024
  • Disclaimer
  • Kebijakan & Privasi
  • Kerjasama Korea Selatan

© 2024 SKSP - All Rights Reserved.

No Result
View All Result
  • Esai
    • Esai
    • Esai Terjemahan
  • Puisi
    • Puisi
    • Puisi Terjemahan
  • Cerpen
  • Gurit
  • Galeri
  • Katalog Buku
    • Info Buku
    • Beli Buku
  • Tentang Redaksi
  • Kerjasama Korea Selatan

© 2024 SKSP - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In