SELEMBAR
KISAH KAIN BORDIR
1/
Mulanya
Ia melangkahkan kaki
tajam
jarum; setiap tangkai kain yang
ditapakinya,
Tepian
kain dan semua benang
bergembira;
betapa warna yang membelai
tiap
benang, tertawa ketika kakikaki mungil
lewat
di
atas lamunan penantian sakral.
Kelak
muncul di antara celah harapan jarum,
Lalu benang
kusuma mekar dari tubuh usia
benangbenang hikayat bersabar menunggu,
dan
mereka menyebut penantian
di
sela rindu dan temu.
2/
Ia memasrahkan
benang pesakitan, pada embun
Mulai
terasingkan dari belaian mesra daun.
Embun
jatuh ; menghadap pada keteguhan tanah kering.
Sebelum
ungkapan pesakitan tersampaikan
pada
kain yang lain; terlebih dahulu
memeluknya.
3/
Ia
menyusun sisa benang menemui kain seberang
Dalam
ritus pertemuan, kakikaki jarum berlarian
Menyulam
kain; mencipta naskah hikayat
Di
atas ratapan nasib , tertutup oleh tusuk rantai
membuat
tangkai, batang, ataupun membuat garis
pembatas
pada tiap kisah haru perjalanan pesakitan.
Banyumas,
2021
TITISAN
/1/
Dari balik
senyuman, getaran itu kian menguat, mengaitkan dua hati yang terbebas dan
membebaskan dirinya dari penjara rindu, merindang dendang penebar sabar. Kian
menyebar luas memenuhi segala yang bernama, bernyawa.
/2/
Satu pintanya
kepada pemberi cinta, kuatkan jiwa, manakala perpisahan, menemui. Lekas sembuh
radang yang menghadang, tertendang sesekali oleh mimpi yang tertambat dan
menambatkan dirinya dalam satu ikatan kasih. Mengisahkan dua insan yang kasih
mengasihi.
Banyumas, 2020
PENGABDI
Seorang datang
dengan tangan menggenggam gendam. Meredami ajian pangeran negeri seberang.
Salah satu mantranya meyakinkan, dengan
kain batik bercorak carukan kayu. Mengkhayalkan angan dari tiap lipatan
kainnya. Kian melarung di atas lara. Terciptalah gendam pengabdi kasih , yang
lelah, kalah dalam perundingan,
pertandingan cintanya.
Banyumas, 2020
CAHAYA PENUNTUN
; Aba zahro
Berkisah seorang
pengembara,
tersesat jauh
dalam rimba hutan.
Dalam payahnyaa,
ia membuka lembaran
ingatan; kenangan
bersamanya.
Seketika tubuh
mendingin ,
merindukan
kekasih penyejuk hati; penuntun jiwa.
Pengembara
pun mengemis, menghinakan diri
dengan
harapan bertemu muasal kerinduannya itu.
Saban malam
dalam rimba hutan,
harapan itu
senantiasa dipanjatkan.
Pengembara
kosong jiwa,
lantaran teramat jauh menjelajahi jarak,antara
ia dengannya
Masih membekas
dalam kenangan,
pesan yang
mengalir dari muara sungai hikmah itu,
Tiap riakan yang
mengalir,
jatuh pada
tampuk pengetahuan, berenang di bening air petuah.
Izinkan air mata meluruh lantaran mengingatnya.
Sebagai hujan ,
jatuh di atas tanah kering kemarau penuh debu.
Sebab, kemarau
panjang telah mengeringkan air hikmahnya
Tiap senyuman membekas,
memberikan nasihat dari kejauhan
Mengharapkan
jiwa bersanding dengannya.
Bagaimana
mungkin cinta dan rindu teramat mengikat ini ,
Dapat melapaskan
tali ikat,
hanya dengan
memandang dalam jarak?
Leler, 2020
ASMA KEKASIH
Sebuah nama mengalunkan
rindu, merindang dalam tetumbuhan asma kekasih dalam hati, tiap cabangnya
menentang raja nafsu dalam jiwa mereka.
Aku memuji pada
Dzat yang menjadikannya cinta dalam diri, berderai kerinduan pada pemilik.
Sebab kasih yang mendiami, melarutkan pahitnya jarak. Mereka Telah mewujud
jarab di atas petilasan kesal, sesal membumbung kan berbagai raut cinta paling
paling dalam samudra hatinya
Cinta telah
melahirkan dirimu, sebelum aku menyelaminya. Menyalami setiap embusan napas
terengah-engah dari pengejaran di atas deburan sholawat itu. Aku berlari mendekap kekasih bayangan. Bayak dalam
menempuh perjalanan jauh melelahkan, menghimpunkan dirinya dalam majlis cinta.
Banyumas, 2020
DI BALIK
KEMERDEKAAN BANGSA
Baju veteran
yang warnanya berubah
bunga putus dari
tangkai, tersungkur 5 hari itu.
Kau masih setia
merawat.
Ada jantung yang
berdebar di atas rajutan kain lusuhmu.
Ada suara parau,
yang siap mengisahkan gagahmu,
maju bersama
senjata dalam tekadmu
Baju veteranmu
masih tersimpan,
dalam lemari
penyimpan kenangan
Bajumu
senantiasa berkisah ,
pada tiap
sapa dalam buaian sepimu
Saat Merah putih
mengudara, menunjam langit.
air mata
perjuangan di tubuh senjamu meluruh
Pada tubuh lusuh.
Bermandikan
keringat kemarin.
Pada air mata
yang menggenang
Membasahi mata
sayumu
Kau begitu khusyu’
merawat,
sesuatu yang kau
sebut pataka kebanggaan
Leler, 2022
NASIHAT BUNGA
KAMBOJA
Pohon kamboja
tengah mengeja tiap bunyi tangis
merekahkan
kelopak ajian di tiap tampuk putik harapan,
kumbang datang,
di atas dahan layu tak bernapas
Dalam tubuh kamboja
kau duduk bersimpuh
meratap nanar,
tanah basah bergunduk itu
Nasihat bunga
Kamboja tersingkap, tersungkur
seorang wanita
penebar sabar, mengasuh asih anaknya.
sedang,
kekasihnya bersanding dengan kamboja,
bersemayam dalam
tubuhnya
melarungkan
impian wanita penebar sabar
Banyumas, 2020
BELAIAN
KASIH
Di
ujung penantian sana
kau
nampak terburu-buru,
membawa
bingkisan luka liku hidupmu
Laila, kemanakah kau akan pergi?
akankah
kau menjauhi belaian cintamu
sedang
rindu teramat mengikat, mengakar kuat
merambat
melewati tubuhmu yang kering
lantaran
rindumu pada kekasih
Laila,
akankah kau lari mengejar cinta?
atau
bertahan menahan rindu?
kekasih
yang kau kagumi,
tak
kunjung datang menjemputmu
tuk
membangun kembali bangunan kasih
berasaskan
kemilau maghligai cinta
yang
dari dulu kau rawat itu.
Ingatanku
masih basah
ketika
kau memunguti sisa tangisan
di
antara kerinduan yang mengeringkan tubuhmu
Hujan
air mata senantiasa kau suguhkan
membanjiri
pilu dalam penantianmu
Kini,
kemana lagi kau akan pergi laila?
simpanlah
rindumu, lewat dzikir
temuailah
kekasihmu, dalam lautan mimpi.
tunaikan
kisah kasihmu,
bersama
untaian doa
pasrahkan
dirimu kepada-Nya
Banyumas, 2020
Tentang Penulis
M.
Hendry Agus Riyanto, lahir di Banyumas, 8 Desember. Masih berstatus mahasiswa Jurusan
Pendidikan Bahasa Arab dan bergiat di Sekolah Kepenulisan Sastra Peradaban
(SKSP) UIN Prof. K. H. Saifudin Zuhri Purwokerto. Berproses sebagai Wakil Ketua
HMJ PBA 2021 dan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan (KEMENDIKBUD DEMA FTIK 2021/2022). Santri Alumni Pondok Pesantren At-Taujieh
al-Islamy 2 Andalusia, Kebasen ini
merupakan Koordinator Biro Wacana Keilmuan Rayon Tarbiyah 2021/2022. Puisinya pernah dipublikasikan di Radar Mojokerto, Koran Kopri, Harian BMR
Fox,dan Majalah Simalaba. Antologi
puisi bersama Semua Menutup Pintu untuk Duka Kota (2020),
Antologi puisi bersama Kebaya Bordir
untuk Umayah (2021), Antologi puisi bersama
Puisi Millenial Harlah HB Jassin (2021) , Antologi puisi bersama Memorabillia (2021), Antologi Cerpen bersama Duka Bumi Pertiwi
(2020), Antologi Essai Pendidikan (2020).
Ig:@mohammad.hendry_. Wa: 083824826584.