Kirim Karya

SKSP Book Store
No Result
View All Result
  • Esai
    • Esai
    • Esai Terjemahan
  • Puisi
    • Puisi
    • Puisi Terjemahan
  • Cerpen
  • Gurit
  • Galeri
  • Katalog Buku
    • Info Buku
    • Beli Buku
  • Tentang Redaksi
  • Kerjasama Korea Selatan
  • Esai
    • Esai
    • Esai Terjemahan
  • Puisi
    • Puisi
    • Puisi Terjemahan
  • Cerpen
  • Gurit
  • Galeri
  • Katalog Buku
    • Info Buku
    • Beli Buku
  • Tentang Redaksi
  • Kerjasama Korea Selatan
No Result
View All Result
SKSP Book Store
No Result
View All Result
Home Puisi

Puisi-puisi Rini Mei

Admin by Admin
20 Agustus 2022
0
Share on TelegramShare on WhatsappShare on Twitter

 

ANTARA DUA CEMARA

 

Di antara senyap cemara di bukit barisan

Gemericik membuai sekumpulan bebatuan

Sayup-sayup terdengar seakan kau menjeremba

Merepih sayatan demi sayatan yang tak terbaca
rasa

 

Derai air menuruni tangga nabastala

Meninggalkan aku yang masih saja membiru

Menyaksikan berkecai-kecainya jiwaku dihujani
badai kala itu

Penuh kepayahan; kucoba tuk berfusi dengan
kenyataan

 

Saban datangnya sang hujan, aku selalu terjaga
dalam kebekuan

Tak berima. Tapi selalu kubacakan sebait sajak
tak bertuan

Aku yang selalu merindukan, membayangkan kau

Berbaur dalam sebuah linea, merasuk
menggerogoti akalku

 

Hujan berderai mengguyur tubuhku di antara
parkit yang kelelahan

Mengharap ada sedikit celah yang menyeringai
dalam

Antara dua cemara. Pada siapakah akhir kan
berpegang?

 

Banyumas, 16 November 2020

 

 

 

  

DALAM RUANG REKOGNISI YANG MELENJAN

  

Tuhan,
dalam ruang rekognisi yang melenjan

Kumelodikan
simfoni di antara nanar merentang

Segala
muak menyeruak merasuk sukma yang terbalut jelaga

Menjumpa
pengharapan terkungkung seikat jera

 

Tuhan,
dalam ruang rekognisi yang melenjan

Kurasai
semesta mendidihkan memori yang terkenang

Hingga
seisi raga menghabiskan masa digulung obsesi

Pun
muara pada ujung destinasi tak kunjung menjadi preferensi

 

Aku
meluluh seluruh dalam pelukan riang

Meskipun
sembilu menggariskan pada takdir yang menggenang

Dalam
gegap pengap menguasai seluruh binar

Tubuhku
terjuntai pengharapan yang kian terkapar

 

Purwojati,
2 November 2021

 





DI UJUNG PERON

 

 

Pada gerbong yang berdiam 

Kutitipkan salam 

Namun gema meredamnya di badan besi
yang kokoh 

 

Di balik kaca jendela yang basah

Kutulis nama di sana

Hingga berbaur dengan embus bayu
serta jejak air yang tergerai merata

 

Ketika laju berpangkal pada ujung
peron

Dan sebuah keniscayaan menjemput
perlahan

Tlah kutinggal jejak di setiap
pandang dari balik kaca yang berembun …

 

10022022

 





KAMULAH MUARANYA 

 

Kamulah muaranya:

Tempat berlabuhnya kapal

Selepas berjuta likuan arus menghentak

Kamulah muaranya:

Tempat menambatkan perahu

Sehabis bertubi cobaan menghadang

Kamulah muaranya:

Akhir masa pencarian

Insan yang disambut gelora

Kamulah muaranya:

Sesampainya di sana kan kutabur benih-benih kembang

Semerbak memenuhi relung

Kamulah muaranya.

 

Banyumas, 5 April 2021

 






MERATAP

 

 

Liar tergerai

Tertawan secawan heather

Dalam dekap renjana

Membalik riang menempa dusta

 

Aku menoleh,

sekejap menatap 

Meratap…

 

Banyumas, 14 Desember 2021

 





SEJUNTAI KENANG LARAKU

 

Kau hadir sekedar tuk menyapa, kemudian
berlalu: menghilang dari kerlingan

Terbit tanpa dipinta: lalu tenggelam begitu
saja di balik peraduan

Bagai semburat pelangi yang sesaat tercerai
berai

Pun kala senja membungkam kita dalam lerai

 

Kau laksana kapal yang kian melaju

Di tengah terjangan ombak yang beradu

Dermaga ini: mengharapmu bertaut

Meskipun, pelabuhan lain yang tlah kau pagut

 

Bila kerinduan ini tak berpenghujung

Biarkanlah hatiku menanti senja didekap relung

Bersama sejuntai kenang bersamamu

Bersama seikat kembang tanda mata darimu

 

Banyumas, 9 Mei 2021





TERLAMBAT

 

 

Di antara jemari pepohonan

Rinai mendekapku 

Membisikkan rindu

Meski tergegap

 

Di antara lentik pinus kebasahan

Angin menjeremba

Menguraikan rasa

Meski terlambat

 

Purwojati, 4 Desember 2021







Tentang Penulis

Rini Mei. Lahir dengan nama lengkap Rini Mei
Hastuti di Banyumas pada tanggal 27 Mei 1989. Perempuan yang berprofesi sebagai
guru sekolah dasar ini sangat menggemari tulis menulis.
Lewat buku puisinya yang berujudul Jelaga di
Antara Klandestin
penulis memenangkan lomba buku puisi se kabupaten
Banyumas yang diadakan oleh PGRI Banyumas.
Sila sapa
penulis melalui rmei2789@gmail.com atau
di instagram pribadinya @rinimeihastuti
.

Admin

Admin

SKSP

POPULER

Puisi – Puisi Quinta Sabrina

Puisi – Puisi Quinta Sabrina

2 Juli 2024

Tentang Redaksi

11 Juli 2024
Puisi – Puisi Tania Rahayu

Puisi – Puisi Tania Rahayu

2 Juli 2024
Puisi-puisi Rifqi Septian Dewantara

Puisi-puisi Rifqi Septian Dewantara

15 November 2024
  • Disclaimer
  • Kebijakan & Privasi
  • Kerjasama Korea Selatan

© 2024 SKSP - All Rights Reserved.

No Result
View All Result
  • Esai
    • Esai
    • Esai Terjemahan
  • Puisi
    • Puisi
    • Puisi Terjemahan
  • Cerpen
  • Gurit
  • Galeri
  • Katalog Buku
    • Info Buku
    • Beli Buku
  • Tentang Redaksi
  • Kerjasama Korea Selatan

© 2024 SKSP - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In