PULANG
Memang benar
karya ini dibuat oleh seorang perempuan. Lukisan ini ditorehkan pada kanvas
berukuran 40 x 60 cm. Ketika pertama saya melihat lukisan ini, saya
bertanya-tanya mengapa diberi judul Pulang? Pulang ke arah mana? Ke
rumah atau tempat yang seperti apa? Atau justru pulang kepada siapa? Gambaran
seorang perempuan di tepi laut, bagaimana disebut sebuah kepulangan?
Karenanya mari
kita melihat konsep lukisan ini lebih dalam. Ifadah menempatkan sosok perempuan
dalam gempuran keikhlasan, direpresentasikan dengan kepasrahannya berdiri
seorang diri. Kepulangan yang ditunjuk Ifadah berbicara mengenai kepergian
seorang ayah. Sore hari dalam lukisan ini melepaskan kebijaksanaan takdir atas
hidup dan mati manusia.
Selain daripada
itu, lukisan ini tetap memancarkan kesedihan dengan gambaran air laut
menghitam. Sekalipun pancaran sinar senja digambarkan dengan lembut, akan
tetapi sifat dari kedudukan tokoh perempuan yang membelakangi arah pandang
adalah kedukaan. Ketika konotasi dari sifat duka adalah sebuah perasaan luka,
tetapi mengapa Ifadah tidak melibatkan campuran warna merah? Ifadah juga
membatasi domain warna hitam, ia lebih memilih warna yang lembut, kuning, orange
dan putih? Saya pikir, itulah bentuk keikhlasan seorang anak ketika melepaskan
kepergian ayahnya.
Berbicara
simbolisme warna dalam sebuah lukisan, kita akan giring pada perbedaan budaya
di setiap negara. Misalkan saja di China, warna merah melambangkan
keberuntungan, tetapi di Afrika Selatan justru berarti berkabung. Di negara Barat,
warna hitam mengandung makna berkabung, sedangkan di beberapa negara Asia Timur
identik dengan warna putih. Begitu dengan warna lainnya, kecenderungan makna
dalam warna dipengaruhi oleh budaya. Selain perbedaan budaya, pemaknaan warna
dalam lukisan juga dapat dinilai dari waktu, seperti warna merah yang lebih
maskulin dan warna biru yang lebih feminin, biasa ditujukan kepada anak
perempuan.
Langit yang
digambarkan dengan warna senja, warna kuning merupakan warna matahari yang
biasanya menyebutkan senyuman, ceria, harapan dan bersifat positif. Dominan
lain dari warna senja yaitu merah dan orange, yang dapat pula menunjukan
kewaspadaan. Simbolisme warna ini dapat menjadi gambaran makna, sekalipun
sifatnya tidak seratus persen tepat. Ifadah melukiskan warna langit dengan
nuansa senja, ketika dikaji berdasarkan pemaknaan warna, boleh jadi warna
langit yang dipilih demikian berarti sebuah harapan, harapan atas sifat
keikhlasan akan takdir kehidupan.
Di Indonesia,
warna hitam berkonotasi kesedihan dan duka. Di negara Barat, warna hitam juga
mewakili hal-hal yang bersifat gelap dan kelam, misalkan saja kejahatan, sihir,
perang dan kematian. Lalu pada lukisan Ifadah, gaun yang dikenakan tokoh
perempuan, mengapa tidak digambarkan dengan warna hitam, sebagai warna yang
menonjolkan sebuah kematian? Dalam perspektif Ifadah, gaun putih itu
menggambarkan seorang perempuan yang belum diwalikan dalam pernikahan oleh
seorang ayah. Sedangkan gambaran mawar yang diberi warna merah pekat menunjuk kepada
bakti dan kebanggaan seorang anak kepada ayahnya.
Sebagaimana dalam
budaya barat, warna putih kerap dikaitkan dengan keperawanan (pengantin di hari
pernikahan) menggambarkan kesucian. Begitu pula pada umumnya, ketika warna
putih dipakai untuk desain, warna putih ini akan menciptakan estetika
minimalis, bersih dan modern.
Lukisan berjudul
Pulang karya Ifadah melibatkan banyak emosi, terlebih ketika lukisan ini
dibuat langsung oleh seorang perempuan dan seorang anak. Ketika Ifadah menyebut
karya ini sebagai puisi untuk mengantar kepergian seorang ayah. Saya lebih suka
menyebut ini sebagai suatu keikhlasan, mengapa demikian? Sebab keterlibatan
emosi dalam warna yang dipilih oleh Ifadah cenderung ditangkap secara lembut,
sebuah penerimaan, sebuah harapan. Di dalam karya ini, saya justru tidak
melihat emosi kemarahan. Saya melihat sebuah penerimaan, keikhlasan. Sedikit
perasaan sepi, tetapi bukan sepi yang kesepian. Kesendirian itu merupakan
perpecahan dari perasaan hormat dan kasih sayang.
(Efen Nurfiana)
Tentang Pelukis
Ifadah Mustofa,
perempuan kelahiran 2000-an, berdomisili di Banyumas. Kini ia sedang berjuang
menyelesaikan pendidikannya di Universitas Prof. K.H. Saifuddin Zuhri
Purwokerto dengan mengambil jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD). Hingga
kini, Ifadah turut aktif dalam Komunitas Ikatan Pelukis Banyumas (IPB).