AIR MATA SEBUAH
PELURU
“tapi
apa dosa saya?” isak sebuah peluru
jejaknya
terpuruk pada tembok berdebu
dibalut
kisah palsu
di
jalanan terus saja orang lalu
memburu
dan diburu
“tapi
apa dosa saya?” teriak sebuah peluru
sesaat dilesakkan
dari
karat nafsu
tertanam
pada tubuh
tanpa
daya tanpa dosa
tapi
di jalanan seorang lalu
bercerita
tentang pelangi
dipenuhi
bubuk mesiu dan debu
“maafkan
dosa saya” sedu sebuah peluru
gemuruh
menembus dinding waktu
di
jalanan riuh orang ramai soal moral
kekuasaan,
kemanusiaan, kejujuran
di
sebuah negeri yang pasar
2022
JALAN PULANG
Peluit
kereta itu kekasih
Adalah
batas waktu
Antara
kau dan aku
Melepas
segala rasa dan risau
Kita
berpeluk erat lalu melepas
Sebuah
kepergian yang tak bisa
Ditunda
Peluit
kereta itu kekasih
Adalah
isyarat: di stasiun entah
Aku
akan menyambut sebuah pertemuan
Entah
kapan menjumpaimu
Kembali
Peluit
kereta menandai kau dan aku
Keretamu
pun telah menjauh
Berlalu
2021
MALAM IBU KOTA
Sepi memenjara
Lampu dingin cahaya
Udara beku rasa
Tak ada sapa sesiapa
Hanya sapamu saja
Ingin kudengar jauh
Dalam menyapa
Sepiku
Bangku-bangku Akmani
Diam dalam dekapan
Embun di luruh waktu
Berlagu rinduku
2021
MELANKOLIA PAGI
Tataplah
matahari yang terbit dan tenggelam
Dan
musim yang datang berganti pergi
Tapi
biarkan angin yang pergi tak kembali
Pun
jalanan gaduh dan riuh
Biarkan
menjauh
Tetaplah
reguk udara Subuh
Nafasi
ruh
2022
TANPAMU
lambaian
tanganmu
dalam
kelebat lalu waktu
menoreh
segaris rindu
sepasang
kupu-kupu beterbangan
di
antara bunga-bunga
menggulirkan
airmata
pamitmu
saat itu
“aku hanya minta doa”
lalu
keretamu berlalu
2021
KONSTRUKSI AIR
MATA SEORANG IBU
“ibu
tidak akan menangis” bisik seorang ibu
saat
anak-anak mengurai rambutnya
kala
senja di rintik gerimis
dan
di ujung desa kilat menyambar
“ibu
tidak akan menangis” seru seorang ibu
ditatapnya
kian dalam
mata
anak-anaknya yang jauh
menerawang
masa depan
“jangan
menangis anakku” lagu seorang ibu
diurai
rambut anak-anaknya
diurai
setiap lekuk kusutnya
sampai
usai usianya
Agustus, 2022
FASAD PAGI HARI
Titik
embun bening rupa
Di
atas rumputan pun daun pohonan
Ribuan
warna membias harapan
Dalam
genggaman dalam angan
Matahari
kiblat para pejalan kaki
2021
FASAD SIANG HARI
Lelehan
keringat adalah kesegaran
Setiap
liku laku memburu
Istirah
dalam doa sarat makna
Tak
habishabis tak usaiusai
Pejalan
kaki memburu
Matahari
mencahayai bumi
2021
FASAD SENJA HARI
Pada
dinding pada daging
Terpahat
keringat dan air mata
Usai
memburu dan diburu
:
maknai waktu
Matahari
arah istirah para pejalan kaki
2021
FASAD MALAM HARI
Yang
berjalan pada angan
Tetaplah
pelangi
Meski
hari telah malam
Meski
langit warna kelam
Matahari
tetaplah setitik alamat
Bagi
pejalan kaki esok hari
2021
Tentang Penulis
sebuah kampung kecil Sangularan, Sumberreja, Tempel, Sleman Yogyakarta. Menempuh
pendidikan SD, SLTP dan SMA di Sleman. Sempat memasuki Fakultas Sastra UGM. Menyelesaikan
Pendidikan Komunikasi Informasi Publik di STMM Yogyakarta. Karya puisi tersebar
berbagai media massa dan antologi antara lain Embun Tajjali dan Puisi Indonesia
1997.