tadi
malam aku sambangi rumah tuhan
sambil
menenteng buku catatan,
aku
ketuk kencang pintu kayu berwarna cokelat
orang-orang
melihatku dengan mata yang tajam
mata
mereka seakan ingin menusuk
dan
menyayat segala bagian tubuhku
ternyata,
tuhan tak ada di dalam
orang-orang
memperhatikan semakin geram
beberapa
dari mereka berkata pergilah
lainnya
berteriak sudahlah
di
pintu yang lain, kulihat sunyi berlari
meninggalkan
rumah tuhan
aku
terdiam
di
pelataran rumah tuhan
orang-orang
berkumpul dan berdansa
makanan
hasil pengasapan
minuman
hasil pengendapan
tersaji
di atas hamparan rerumputan
aku
berlari mengejar sunyi ke arah kegelapan
di
kegelapan, tuhan belum juga nampak
sunyi
berlari lagi ke arah tegalan
aku
mengejarnya dengan setengah kelelahan
di
tegalan, tuhan juga tidak datang
akhirnya
aku tak lagi mengejar sunyi
aku
kembali ke peraduanku
sedang
di langit malam,
segala
warna berhamburan
dibarengi
dengan suara-suara letupan
Purwokerto Timur, Januari 2021
Aku
telah membongkar kuburnya
Kumatikan
gejolak api di atas persemayaman
Orang-orang
membeku dengan mata yang kuyu
Peti
kayu jati dengan ukiran segera terbuka
Puisi
belum mati
Aku
melihatnya,
Ia
terbang ke segala arah
Membelah
tubuhnya entah berapa
Orang-orang
tak bisa menghitungnya
Puisi
belum mati
Aku
mendengarnya,
Ia
menjelma suara lumba-lumba di tengah badai lautan,
Gonggong
setia anjing-anjing di sela pukulan dari orang yang mencintainya,
Derik
tonggeret bercampur mesin pemotong yang meraung di tengah rimba,
Kicau
murai dalam sangkar bambu,
Nyanyi
wanita paruh baya
di tengah riuh pasar
Puisi
belum mati
Aku
menemukannya,
Ia
menjelma rinai hujan senja hari,
Kabut
pagi tepi gunung,
Riuh
jalanan kota,
Tawa
canda anak-anak
Puisi
belum mati
Aku
menangkapnya,
Ia,
abadi
Purwokerto
Selatan, September 2022
Jangan-jangan
manusia hanya
menyembah
kata-kata
mereka
tidak tahu, bahkan enggan tahu
tempat
di mana tuhan bersua
orang-orang
terlalu sibuk
menyembah
kata tuhan
memberhalakan
kata-kata
melupakan
dzat
tunggal
yang
penuh kasih sayang.
Prupuk
Februari, 2022
Pada keheningan rimbamu yang lega
Kuhempaskan segala peluh kota
Deru angin gusar memandu riak semak menari
Menemani para pejalan berteduh dalam naungan rohani
Pada pohon hutanmu yang meneduhkan
Kabut meresap di antara tubuh dan ilalang
Dentum gending jawa yang lingsir bergema di sanubari
Membawa pesan yang bersamayam dalam temaram
Pada daun-daun yang berguguran di tanahmu
Peluh kian mendingin dan tak lagi menetes
Tubuh ringkih mulai bangkit dan beranjak
Melanjutkan janji dan mimpi-mimpi
Gunung
Slamet, Juni 2022
(Bunda Ade Husnul Mawadah)
Pada malam yang hampir tenggelam
Dipulihkan rona purnama yang sempat
sirna
Bayangan memanjang di ujung jalan
Melantunkan kidung persembahan
Sebentar lagi tanah mengkatup
Dan seseorang bertilam di bawahnya
Serang-Purwokerto
19 Oktober 2022
Tentang Penulis
Bayu Suta
Wardianto, lahir di
desa Tegalwangi, Tegal, Jawa Tengah, 18 Maret 1998. “Suta” adalah anak kedua
dari tiga bersaudara, hasil dari pernikahan Drs. Aming Siswanto dan Suharti. Ia
menempuh pendidikan formalnya selama 16 tahun di Banten. Setelah mendapat
ijazah dari Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, ia berlabuh di Purwokerto untuk
menyelesaikan jenjang pendidikan Pascasarjana di Universitas Muhammadiyah
Purwokerto.
Proses kreatif bersastranya dimulai sejak bangku
kuliah ketika mengenal Ade Husnul Mawadah, Farid Ibnu Wahid, Arip Senjaya, Herwan Fr, dan Firman Venayaksa, yang mencanduinya dengan bacaan-bacaan sastra (prosa, puisi, dan
drama).
Namanya tercatat dalam buku antologi bersama Gol A
Gong pada Kumpulan Puisi Penyair Banten “Cinta yang Menangis Cinta yang
Berduka”. Buku puisi pertamanya berjudul “Tuhan, Aku Tersesat” menjadi
top 10 se-Nasional dalam ajang Pekan Literasi Bank Indonesia Purwokerto. Buku
kedua yang ia tulis berupa kumpulan cerita pendek berjudul “Perempuan
yang Terjerat Kursi Taman, mendapatkan endorsment dari Ahmad Tohari. Sebentar
lagi, ia menerbitkan
buku puisinya ke- 2 berjudul “Pada Suatu Musim”.
Tulisan-tulisannya termuat diberbagai media cetak
maupun online. Beragam esai dan artikelnya antara lain dimuat di
Badan Bahasa Kemendikbud, Radar Banyumas, Laman Maarif
NU Jawa Tengah, Bidik Utama, Suara Dewantara, Buletin Orange, dan lainnya. Puisi dan
cerpennya pernah dimuat di Beranda.co, Ngewiyak.co,
SKSP-literary.com, dan
lainnya. Sejumlah
artikel ilmihanya dimuat di jurnal nasional maupun internasional.
Selain menjadi pejalan dan pelajar, ia serabutan sebagai pekerja teks serta pengecer kata-kata di Rumah
Kreatif Wadas Kelir, dan menjadi
bagian kecil dari Lembaga Kajian Nusantara Raya (LK Nura) UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri, Purwokerto.
Email: bayusutawr@gmail.com,
Instagram: @suta_sartika,
blogspot: www.tulisansuta.blogspot.com