Kirim Karya

SKSP Book Store
No Result
View All Result
  • Esai
    • Esai
    • Esai Terjemahan
  • Puisi
    • Puisi
    • Puisi Terjemahan
  • Cerpen
  • Gurit
  • Galeri
  • Katalog Buku
    • Info Buku
    • Beli Buku
  • Tentang Redaksi
  • Kerjasama Korea Selatan
  • Esai
    • Esai
    • Esai Terjemahan
  • Puisi
    • Puisi
    • Puisi Terjemahan
  • Cerpen
  • Gurit
  • Galeri
  • Katalog Buku
    • Info Buku
    • Beli Buku
  • Tentang Redaksi
  • Kerjasama Korea Selatan
No Result
View All Result
SKSP Book Store
No Result
View All Result
Home Puisi

Puisi D. Zawawi Imron

Admin by Admin
1 Juli 2024
0
Puisi D. Zawawi Imron
Share on TelegramShare on WhatsappShare on Twitter

JIKA

 

Jika air danau
itu tinta

Apa dayaku
untuk menulis

            Sementara seruling mengejar senyum
Bung Hatta

            Harapan hanya tertangis

            Pada embun daun yang tipis

            Tak tertulis

 

Jika gunung
itu perkasa

Ia tetap tak
punya kuasa

            Meskipun asap mengepul mencoreng

            Meskipun gergaji tak jelas disuruh
siapa

            Coba kita kembali ke hati danau

            Menggosok hakikat surau

 

Jika air danau
itu tinta

Tak cukup
seorang untuk menulis



 

 

TAN MALAKA

 

Matamu melihat laut mergolak

Kata-katamu
memainkan gelombang

Matahari menarik
luku ke Barat

Dan badai
bergerak ke Timur

 

Engkau yang
menggali

Engkau yang
menabur

Tak setiap tanah
dan air menyiapkan lumpur

 

Engkau sunyi di
jalan sendiri

Karena pada
setiap kelokan

Seperti tafsir
tikungan tembok Tiongkok

Sedang tafsir
ada yang padat ada yang cair

 

Kami yang
seperti hidup di zaman yang lain

Siapa tahu butuh
catatan kaki untuk hari esok



 

 

HIDUP ATAU
HUTAN

            Untuk Alfi

 

Setitik air
sebutir padi

Seutas sungai
selingkar danau

Buku mendesak
seperti angin daun bambu

Berlembar-lembar
mengiringi sayap

Kupu berkibar
menabur warna sejuta. Ini alam

Selalu ada
perjuangan selalu ada perlawanan.

Lihat, murai
menyambar ilalang, dan puyuh membelok-belok

Menghindari ular. Ada nasib tak terkejar,

Sehingga
sebagian hutang lunas terbayar

Selembar daun
seciprat lumpur

Seekor kelabang
seutas akar

Berkelebat dalam
renungan. Aku

Bergegas
mengejar larik yang lari

Tapi inilah
hidup, kawan! Ada
daging

Ada
tulang melintang menusuk-nusuk membikin

Bumi merintih memanggil
tebingnya yang

Menjulang. Pertanyaan
mengalir

Tak kunjung
selesai. Tak apa-apa

Tak usah
bagaimana, asalkan di mana-mana

Kita kembangkan
ruang-ruang, sampai

Sepi pun
mengerti sunyinya yang

Menyimpan
kilatan pedang

Dari sebuah kata
semoga, kita cari

Jejak kanvas
yang hilang



 

 

BERDIRI DI
SINI

 

Berdiri di sini,
di puncak ketinggian ini

Alam hanya
selembar

Bersujudlah
berbasah-basah

Maka engkau akan
berlayar

Ke dermaga di
ujung lamunan

Ujung kesetiaan
kepada diri

Kepada yang tak
terbayang sebelum kita berdiri

 

Berdiri di sini,
bukan hanya berdiri

Ada
yang mendesak lalu menghilang tanpa jejak

Mungkin hanya
bayang-bayang

Yang mau belajar
sembahyang

Hanya rindu,
yang tak hanya kata-kata dalam buku

Hanya cinta,
yang mengelus, dan menembus

Selain itu penat

Yang ditandai
habisnya keringat

 

Keringat yang
hangat menjemput tahun

Dan derap yang
melarang orang melamun

Mengasuh seluruh
sujud

Seluruh tegak
seluruh langkah

Betapa kekar dan
gagahnya badai

Telapak tumit
pantang tergadai



 

 

BERTEMU BUYA
HAMKA

 

Di antara
wajah-wajah yang ingin kemilau

Kabut bermain,
dan orang-orang gugup pun

Menabur
senyumnya di tepi-tepi jalan,

Atau di riuh
persimpangan, atau di tingkap

Orang jual
kerupuk, jajan, serta rumah makan.

Seperti ada ruh
yang mau ditaruh

Di sini atau ke
luas tanah yang jauh

 

“Para pengemudi tentunya harus hati-hati, jangan sampai
lengah

Atau tergoda.” Ucapan yang senada dengan ujar pejuang hak asasi

Padahal ia hanya
seorang pedagang telur

Mungkin ia
mengaji atau mengeja

Satu jiwa tak
bisa dibayar sejuta telur

Sedang telur,
sebutir pun tak boleh pecah

Orang di
sampingku yang berseragam abu-abu

Atau kelabu,
membuka koran,

Tanpa izinnya
aku ikut membaca halaman depan

Tentang
pengemban amanat

Yang turut
menjerumuskan hutan, lalu ia tersangkut ke pengadilan

Di tengah bumi
yang gembur

Aku tak bisa
menelan air liur

 

Untunglah aku
bertemu Buya Hamka

Pada sebuah
buku. Ia berkata

“Kursi-kursi
banyak. Dan orang yang ingin pun banyak

Tetapi kursiku
adalah buatanku sendiri.”

 

Aku mengusap
dada

Tiba-tiba terasa
senyumku nikmat. Pelan-pelan

Mengusap airmata,
mengusap daun-daun di balik dada

 

 

 

Tentang Penulis

          D. Zawawi Imron, lahir di Batang-Batang,
Sumenep, Madura, 1946. Puisi-puisinya telah dipublikasikan di media lokal,
nasional, dan internasional. Buku puisinya (1) Semerbak Mayang (1977), (2) Madura,
Akulah Lautmu
(1978), (3) Bulan
Tertusuk Lalang
(1982), (4) Nenekmoyangku
Airmata
(1985), (5) Celurit Emas
(1986), (6) Derap-derap Tasbih
(1993), (7) Berlayar di Pamor Badik
(1994), (8) Laut-Mu Tak Habis Gelombang
(1996), (9) Bantalku Ombak Selimutku
Angin
(1996), (10) Madura, Akulah Darahmu
(1999), (11) Kujilat Manis Empedu
(2003), (12) Cinta Ladang Sajadah
(2003), (13) Refrein di Sudut Dam (2003), (14) Kelenjar Laut (2007), dan
beberapa lainnya. Buku kumpulan esai sosial keagamaannya Unjuk Rasa kepada Allah (1999), Gumam-gumam
dari Dusun
(2000). D. Zawawi Imron pernah juara
pertama menulis puisi di AN-teve (1995), dan menjadi pembicara Seminar Majelis
Bahasa Brunai Indonesia Malaysia (MABBIM) dan Majelis Asia Tenggara (MASTERA)
Brunai Darussalam (Maret 2002). Sastrawan-budayawan ini
memenangkan Hadiah Mastera 2010 dari Kerajaan Malaysia dan The SEA Write Award 2011 dari Kerajaan Thailand. Dari khalayak pembaca luas,
Kiai Haji D. Zawawi Imron
mendapat gelar “Penyair Celurit Emas”, dan tetap tinggal di desa
kelahirannya, di Batang-Batang, sebuah desa ujung timur pulau Madura.
Pada Minggu, 9 Desember
2018, Presiden RI Joko Widodo memberikan penghargaan kepada dua budayawan dan
dua sastrawan pada acara Kongres Kebudayaan Indonesia Tahun 2018 di Kantor
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, satu di antaranya ialah D. Zawawi Imron,
atas kontribusinya sebagai penyair dan pendakwah yang terus menyiarkan
kebajikan sastra dan religi ke seluuruh Indonesia.

Admin

Admin

SKSP

POPULER

Puisi – Puisi Quinta Sabrina

Puisi – Puisi Quinta Sabrina

2 Juli 2024

Tentang Redaksi

11 Juli 2024
Puisi – Puisi Tania Rahayu

Puisi – Puisi Tania Rahayu

2 Juli 2024
Puisi-puisi Rifqi Septian Dewantara

Puisi-puisi Rifqi Septian Dewantara

15 November 2024
  • Disclaimer
  • Kebijakan & Privasi
  • Kerjasama Korea Selatan

© 2024 SKSP - All Rights Reserved.

No Result
View All Result
  • Esai
    • Esai
    • Esai Terjemahan
  • Puisi
    • Puisi
    • Puisi Terjemahan
  • Cerpen
  • Gurit
  • Galeri
  • Katalog Buku
    • Info Buku
    • Beli Buku
  • Tentang Redaksi
  • Kerjasama Korea Selatan

© 2024 SKSP - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In