DI
DEPAN ETALASE
: Kekasihku
Di
depan etalase, kau berhenti menangis, aku melihat warna semburat senja tertutup
awan putih, dan anak-anak bermain kembali di taman tempat kau duduk bersama
kedamaian (hening), ucapmu mengandung curiga seakan penuh tanya “untuk apa aku
duduk di sini?” murai bertengkar dengan jalak suren, tepat di atas kepalanya ia
bertengger.
Perayaan
baru sudah dimulai, serupa Desember menuju Januari, meriah dengan bermacam
bunga bakung dan melati, dan lampion perayaan telah diterbangkan melewati angin
yang bercakap dengan siwalan dan nyiur.
Saat
pertama kulihat pelukis melukis kanvasnya berbentuk senja-pelangi-fajar
menggunakan cat air, sisa air matamu di taman.
Dan
penyair-penyair menulis sajaknya dengan tinta senyummu.
Aku
pun berhenti memikirkan, sebab kau adalah aku dan aku hanyalah bedak sisa
pipimu.
Bogor,
Januari 2023
KUDAPATI
SEBUAH KIRIMAN
: Ibu
Kudapati
sebuah kiriman foto berukuran jumbo dengan baik, dan tulisan di belakangnya
sampai kini tak dapat kumengerti, aku tidak tahu siapa pengirimnya hanya simbol
senyum di pembuka surat.
: Mungkin rembulan
_tafsirku, atau mungkin matahari ucap hatiku.
Siapa
yang dapat mencerna sebuah risalah tanpa nama? Kecuali pengirimnya sendiri.
Kudapati
dalam foto itu hanya senyum, tapi perlu kukatakan, foto itu seperti anak panah Rama
atau cakra Krisna yang dapat menembus tubuh langit bahkan bisa melihat nirwana
di dasar matanya, bisa jadi melebihi dewa-dewi.
Ibu.
Fotomu
kupajang dalam hati, dalam tubuhku, biar segala yang dihati dapat melihat
bidadari, dan cacing-cacing di perutku juga dapat memakan senyummu.
Kudapati
kiriman foto itu saat mendung menutupi segalanya, tanpa nama pena pengirim, hanya
sepucuk kata di belakangnya yang meneteskan airmata.
“bangun-bangun,
Nak, moyangmu seorang pelaut, berdarah garam bernafas badai!”
Bogor,
Januari 2023
UNDANGAN
CINTA
Dengan
segala hormat,
kami
harap Nyonya, Tuan, dan Nona
hadir
meramaikan.
Bahan kue mesra,
dekorasi sipu manja,
roti saling
melengkapi,
dan anggur rindu,
kami siapkan.
Tempat:
Di
hati.
Gedung selembut
sutra
dindingnya berhias
warna senja,
fajar, dan pelangi.
Ukurannya tidak
terlalu sempit
juga tidak terlalu
besar,
cukup untuk
menampung semua orang.
Jam:
Kapan
saja.
Bila bejana jiwa
mulai terisi penuh
dan selalu
memanggil-manggil
namanya.
Dengan
segala hormat,
kami
ucapkan terima kasih
sebelum
dan sesudahnya.
Bogor,
Januari, 2023
LIDAH
KEKASIHKU
Pada
malam itu malaikat-malaikat kecil terbang di atap rumah kekasihku, sayapnya berwarna-warni,
malaikat itu memegang lonceng ditangannya dan terus dimainkan bersama himne untuk
tuhan, sedang kekasihku mengunduh rida dari tuhannya.
Serampang
lidah kekasihku mencari ikan di sungai, tempat tuhan bermandi dan mencuci
rambutnya, di taman tempat tuhan bermain bersama rentetan kupu–kupu,
burung bulbul, dan merak, beribu bunga tumbuh dengan tenteram, baunya bunga mekar
menyemerbak ke dalam hidung yang penuh lumutan.
Sekali
dua kali tak dapat kukeluhkan bila air matanya
jatuh jadi sungai, menjadi tempat belibis putih berenang, tapi itu berulang
kali air matanya menjadi kedalaman samudera dan ikan-ikan yang ditangkap di sungai
tempat sisa wangi keringat dan rambut tuhan berjatuhan berenang di samudera
airmata kekasihku, dengan seribu tanya, “sudikah tuhan bermain, dan mandi di
samudera airmata?”.
“Aku malu” _jawab
tuhan_
Kekasihku
duduk kembali membuat perayaan baru untuk tuhannya, tujuh percik bunga, dupa, dan
nyawa. Runcing bibirnya terus terkatup-katup serupa angin tak henti
menggerakkan daun pohon, walau daun itu harus gugur mengubur dirinya sendiri.
Mantra mulai dibaca dari Alif Bata sampai Iya’, matinya tak sebatas tuhan. Dan
kekasihku abadi setiap kali himne untuk tuhan, di sana ia bermain dan bersenang.
Bogor,
Januari 2023
PERSEMBAHAN
UNTUK PACARKU
Selamat
datang pacarku, Arliza, semua telah kusiapkan di kamarmu lemari yang di
dalamnya berisi baju, kosmetik dan bedak sisa tanganku, yang kemarin memang
sengaja kusentuh bedak itu agar diriku senantiasa menyentuh sutra pipimu.
Rumahku
tak terlalu besar, tapi cukup untuk menampung dirimu, pintunya selalu terbuka, jendelanya
juga bisa dibuka, angin masih bisa menyelundupkan bisikan dingin ke tubuhmu. Dari
jendela itu kau dapat melihat pendaki, warna semburat senja dan burung–burung
yang mencari pakan untuk anak-anaknya, di sana juga kata–kataku
lahir melawan letusan gunung, badai, dan bayang-bayangku sendiri. Gerhana matahari,
dan gerhana bulan dapat kau nikmati semuanya.
Tapi
sebelum itu kau telah singgah di rumah tua (hati) berwarna merah secara sains,
tapi tak tahu pasti seperti apa warnanya, yang kutahu hanya berdinding mesra, berlukis
rindu.
Tapi
telah kusiapkan kekasihku, bunga rampai, dan parfum di mejamu, untuk menjadi
pengharum setiap jejakmu melewati kamarku, dan setiap kali kulewat di depan
kamarmu, agar diriku mengenal baik dirimu meski buta mataku.
Selamat
datang kekasihku, Arliza.
Selamat
datang kekasihku, rumah ini kupersembahkan dengan kata–kata
agar kau dapat menembus langit, dan langit dapat membaca dirimu, dan angin
membawa namamu tepat pada jantung masa depan di kehidupan mendatang.
Bogor,
Januari 2023
BURUNG
KENANGAN
Saat
kupegang satu burung, burung lainnya mengepakkan sayap menjauh dari rumahku,
kucari kembali berung–burung itu di hutan kehidupan masa lalu,
kutemui burung waktu yang berdetak dan terkapar di tanah, namun saat kupegang dia
telah pergi menjelma mimpi yang terbuang. Dan aku coba mengurai lahan padi yang
kutemui bukanlah sebutir nasi, melainkan rumput liar kenakalanku.
Bogor,
Januari 2023
TUBUH
NELAYAN
: Nelayan Legung
Timur.
Tubuh
nelayan mengarsir deretan gelombang di tengah laut, keringatnya menjadi garam, penyedap
rasa, di dapur. Sedang sang istri terus mengiris airmata pemanis kopi, dan teh
yang dibawa suaminya.
Jaring
yang dibawa hanya pengunduh untuk mencari rida, dan rezeki Tuhannya.
Ikan-ikan
liar tak henti bermain di rentetan karang. Badai,
gelombang, dan terumbu karang saksi mata. Segudang harap anaknya atau istrinya,
bapak ataupun suaminya pulang tak membawa ikan melainkan nyawa yang diharapkan.
Dan
ketika semburat senja pergi menjemput gelap, jaring itu dilepaskan kepada rembulan,
sebelum ikan memakannya lebih dulu.
Ia
pergi mengejar matahari, pulang membawa matahari dan angin sepoi bercakap-cakap
dengan siwalan, dan camar membawa kabar, “telah datang matahari harapan, membawa
sepoi kemesraan”
Bogor,
Januari 2023
BAPAKKU
Terumbu
karang ada dalam tubuhnya tempat ikan-ikan kecil bermain, aku mencuri waktu sebelum
gelombang laut dalam jiwanya membuncah memenuhi panggilan badai, hanya sepotong
harap layarnya terbuka membawa kembali ke depan rumah dengan mentari di
pundaknya.
Bogor,
Januari 2023
Y
Segalah
kata terjamah tanpa alasan, “kenapa?”
Tak
ada kosakata lagi hanya senyap menari.
Bogor,
Januari 2023
UNTUK
PENGANTIN BARU
Semuanya
telanjang, bulan telanjang angin menghadangnya pada pertengahan malam di atas
kasur dengan topeng wajah malu, bulan bermadu dengan angin, burung bulbul
bersiul bersama malam, dan pengantin baru tidur dengan satu selimut, tubuhnya menyatu.
“Yang kutahu ini bulan baru untukmu” ucapnya pada malam.
Bogor,
Januari 2023
Hermawan. Kelahiran Legung Timur, 15 Oktober 2003. Besar di kampung kasur
pasir, Legung Timur, Batang-Batang, Sumenep. Kini tinggal di Kampung Kelapa,
Desa Rawa Panjang, kec. Bojong Gede, Bogor. Alumnus MA Lughatul Islamiyah.
Sering dipanggil Sableng oleh teman-temannya. Buku antologi bersama “Dari Panti
Kukejar Matahari” “Metamorkata”. Gabung organisasi “Kepul” “Damar Korong”. Puisinya tersiar di beberapa
media cetak
dan online.
Email:
irmanlaredo@gmail.com
WA:
083135128072
IG
: irman_h3rm4w4n
FB:
irman sableng