PESANAN
Karya ini berukuran 30 x 20 cm,
dibuat dengan media pensil pada kertas A4. Karya Firhan Nur ini menggunakan
teknik dusel atau arsir, dengan memanfaatkan aplikasi Grid untuk menentukan
garis bantuan. Aplikasi yang mudah diakses melalui ponsel ini kerap digunakan
oleh seniman yang berfokus pada sketsa wajah. Kontribusi garis wajah pada
aplikasi ini cukup membantu bagi kalangan pemula, atau biasa para seniman juga
membuat garis manual pada kertas atau kanvas mereka.
Selain menekuni seni, Firhan Nur
merupakan seorang mahasiswa di Universitas Wahab Hasbullah Jombang dan
santri di daerah tersebut. Firhan Nur juga turut membantu ndalem Kiai,
seperti mengurus keperluan di luar dan mengantar Kiai ketika bepergian. Pemuda
kelahiran Madiun ini mengasah kemampuan seninya dengan mencuri waktu di tengah
kesibukannya menjadi mahasiswa dan santri.
Teknik dusel merupakan teknik
menggambar yang bertujuan menentukan gelap-terang objek, teknik ini berkaitan
dengan posisi pensil miring atau rebah, termasuk jenis pensil yang digunakan,
teknik ini juga biasa dibantu dengan kapas atau alat khusus yang berbentuk
gulungan kertas, tisu, katembat telinga dan alat lainnya.
Dalam teknik dusel, menentukan
volume objek menjadi hal yang penting, dengan menggosoknya perlahan. Teknik ini
umumnya dibagi menjadi dua, pertama, merupakan gradasi super ciamik,
yang memiliki kesan halus dan tipis. Untuk mendapatkan teknik ini, garis perlu
digosok ke arah dalam, yang kemudian akan menghasilkan garis utama menjadi
kabur. Kedua, teknik dusel yang lebih sulit yakni menghasilkan arsiran
gelap-terang dan halus di bagian luar dalam, sementara garis utama terlihat
jelas. Terdapat juga kesan mengkilap dan hidup.
Ketika diperhatikan, wajah memiliki
beberapa elemen menonjol untuk menentukan objek hidup atau tidak, yakni
ekspresi mata dan bibir. Sebagaimana kita semua tahu, bahwa ekspresi pada kedua
elemen tersebut bekerjasama untuk menentukan objek hidup atau tidak. Sebab,
tidak bisa dipungkiri bahwa banyak gambar yang akhirnya diabaikan dan atau
bahkan dirusak sendiri oleh senimannya karena gagal memberi nuansa kehidupan di
dalam karyanya. Menanggapi hal tersebut, saya akan sedikit mengurai bagaimana
membuat sebuah ekspresi agar karya memiliki kehidupan.
Seniman membutuhkan kerja
keterampilan, kepekaan rasa, ide dan pengetahuan serta tentunya kreativitas.
Selain daripada keterampilan yang memang menjadi dasar dari terbentuknya suatu
gambar, di sini kita juga membutuhkan kerja naluri. Firhan Nur sendiri
membutuhkan satu tahun lebih untuk dapat memahami dan mempelajari garis dan
gelap-terang karyanya. Sehingga kini ia berani memasang harga Rp. 120.000, 00
untuk satu karyanya.
Dalam perbincangan kami, Firhan Nur
mengatakan “Kesulitan membuat ekspresi wajah adalah menentukan gelap-terang
dan menempatkan pantulan cahaya di pupil mata. Itu menjadi tantangan
tersendiri, terlebih objek mata cenderung kecil, jadi perlu ketelitian. Sedangkan,
ekspresi senyum lebih kepada pertemuan bibir atas dan bawah, garis tebal-tipis
dan ujung kedua bibir, juga perlu diperhatikan. Paling penting menurut saya,
terletak pada garis (line), dan gelap-terang (tone). Barangkali garis masih
dapat terbantu oleh aplikasi Grid. Akan tetapi gelap-terang pada sketsa wajah
harus ditonjolkan. Sebab, diperlukan efek agar gambar terlihat lebih hidup.
Ketika telah menguasai garis (line), kita bisa mempelajari langkah lebih lanjut
yakni anatomi wajah.”
Demikian, kita akhirnya tahu bahwa
ekspresi yang dibuat oleh seniman dalam karyanya membutuhkan kontribusi
keahlian dan keterlibatan naluri.
(Efen Nurfiana)
Tentang
Pelukis
Firhan Nur
Akbar. Lahir di
Madiun, Jawa Timur. Kini Firhan Nur bermukim
di Jombang, tepatnya di Pondok Pesantren. Saat ini, Firhan Nur berusaha
menyelesaikan pendidikannya di Universitas Wahab Hasbullah. Menyukai dunia
seni, khususnya, lukis dan menulis. Bergerak dan berproses aktif di keluarga
Dolobvers Nusantara.