Kirim Karya

SKSP Book Store
No Result
View All Result
  • Esai
    • Esai
    • Esai Terjemahan
  • Puisi
    • Puisi
    • Puisi Terjemahan
  • Cerpen
  • Gurit
  • Galeri
  • Katalog Buku
    • Info Buku
    • Beli Buku
  • Tentang Redaksi
  • Kerjasama Korea Selatan
  • Esai
    • Esai
    • Esai Terjemahan
  • Puisi
    • Puisi
    • Puisi Terjemahan
  • Cerpen
  • Gurit
  • Galeri
  • Katalog Buku
    • Info Buku
    • Beli Buku
  • Tentang Redaksi
  • Kerjasama Korea Selatan
No Result
View All Result
SKSP Book Store
No Result
View All Result
Home Puisi

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP

Admin by Admin
19 Maret 2023
0
Share on TelegramShare on WhatsappShare on Twitter

 


MEMELIHARA LAUT DALAM TUBUH

 

langit kota terkadang ungu terkadang
jingga

tetapi degup jantungnya selalu
serupa debur ombak

dan ia ingin duduk sama rendah,
berdiri sama tinggi

: “seribu pengkhianatan yang
engkau lakukan

   
tak ada artinya, tak akan membuatku kecewa!”

 

ia berjalan dari satu kota ke lain
kota memaknai arti hidup

yang getir dan berpeluh, yang
terkadang sunyi bagai belati

ia hadapi nyala api yang beringas
dengan senyum

ia tepis segala pukulan yang
mengarah ke jantung

ia akan tertawa sedalam apa pun luka

dan ia seujung kuku pun tak akan mau
kalah

: “ini tubuh telah terbiasa
dengan hempasan badai

   
tak perlu kelopak mawar apalagi kata-kata kering!”

 

ia memelihara laut dalam tubuhnya,
ia akan menelan

dengan gelombang siapa pun yang
menoreh tebing karang

: “menyingkirlah kalian bila
tidak ingin ditelan gelombang!”

 

ia terus berjalan dari satu kota ke
lain kota

kalau kalian memusuhinya, ia pasang
badan

tak ada kata kalah dalam kamus
hidupnya.

 

Jaspinka, 2021/2022

 

SEPANJANG JALAN BERKABUT TIPIS

sudah ia lupakan seluruh gores luka
di tubuh

ia sekarang tengah melangkah tegap

sepanjang jalan berkabut tipis

menangkap setiap kata yang
bergemeretak

dari sela rimbun daun

 

: “kesetiaan pada langkah sunyi

  
memelihara duri mawar

  
hingga batas langit

  
batu-batu kesabaran!”

 

gerimis bermesra cahaya lampu taman

sekelebat ia mengenangmu, weisku,
laut

dalam dada kian bergelora

 

dan sepanjang jalan berkabut tipis

ia ingin tidak menangis untuk sebuah
kerinduan

ia ingin tidak menyesal pada tubuh
penuh luka

ia ingin kepergiannya serupa cahaya
bulan sabit

yang diam-diam mengekalkan gelora
laut dadanya

 

: “pergilah untuk melunaskan
dendam!”

ia tidak ingin bersedih lagi.

 

Jaspinka, 2021/2022

 

PEREMPUAN YANG PALING HEBAT DI BAWAH
LANGIT

 

ia selalu membuka kelopak matanya di
puncak malam;

hingga azan subuh– diserahkannya
hati dan jiwanya kepada

yang maha segalanya— bibirnya rekah,
matanya berbinar-binar

 

: “aku sungguh berserah kepadamu ya
Allah, tubuh ini telah

  
terlalu banyak luka, peluk aku sekuat-kuatnya, sedalam-dalamnya!”

ia selalu melangkah anggun dengan
baju hijab panjangnya

ditebarnya senyum kepada orang-orang
di hadapannya

ia sembunyikan perih hati-jiwa
serapat-rapatnya

 

: “aku banting tulangku untuk sebuah
harga diri yang kupertaruhkan

aku ingin semuanya berakhir manis,
aku ikhlas jatuh bangun,

aku tinggalkan negeri ini—
bertahun-tahun bertualang sendiri

aku ingat betapa perih sembilu terus
mengiris seluruh jasadku

aku kehilangan sebelah buah hati dan
aku dilukai belahan jiwa

aku serupa sampah lemah tak berguna,
tak henti bercucuran airmata!”

tetapi perlahan ia bangkit, ia anyam
segala luka menjadi api

yang menyala membakar akar dan batang
dalam tubuhnya

ia bertarung dengan garis hidup yang
zigzag di tengah keriuhan kota

ia genggam bola cahaya yang
gemerlap, tetapi, tuhan, ia kembali jatuh

ke pelukan manusia setengah iblis,
ia kembali terluka sembilu

ia kembali berjalan sendirian, menata
puing-puing yang runtuh

ia terkalahkan hingga pernah
bermalam di balik jeruji besi

 

: “tetapi segala kepedihan dan
kepahitan hidup telah aku lupakan,

aku harus menjelma perempuan yang
paling hebat di bawah langit

aku bangun istana kecil untuk sisa
usiaku

aku ingin menemukan malaikat
bersayap pelangi yang

berhati-jiwa pualam dan tuhan,
izinkan, bunga dalam hatiku

mekar kembali, aku ingin bernyanyi
dan berpuisi sepanjang hari!”

 

Jaspinka, 2021/2022

 

MERAYAKAN RASA SAKIT

 

nyaris setiap malam

ia merayakan rasa sakit

pada sekujur tubuh

dengan suka cita

hingga tetes air mata

dijahitnya nganga luka

dengan sajak-sajak berdarah

dengan terus mendesiskan

nama-nama Kekasih

selama air mata tetes

ia tersenyum dan bernyanyi

: “sakit ini harus dirayakan

agar jiwa karang!”

nyaris setiap malam, ia merayakan

sembilu sunyi mengiris detak waktu

dianyamnya doa-doa

dengan air mata

ia tetap tersenyum

dengan baris-baris sajak jingga

dengan terus mendesiskan nama-

nama Kekasih yang indah

ia diam-diam merayakan rasa sakit

hingga haus lapar

hingga tak pernah tidur

hingga ngilu paling sembilu

hingga lebur detak waktu.

 

Jaspinka, 2021/2022

 

 

AKU MAU OASE

 

berulang-ulang
nyaris setiap malam senyap dingin dan bulan

tersangkut
di ranting pohon rambutan

engkau
datang mencebur ke bening kolam dalam kepalaku

:
“izinkan aku berenang seraya terus mengecup harum mawar!”

lalu
engkau benar-benar telanjang

melihat
bayang tubuhmu dalam kolam, ou, serupa serbuk edelweis

o
serupa sayap camar terluka, o serupa sepotong hati yang menyala

:
“hidup yang karang dihempas gelombang, betapa penuh lumut
luka-cinta!”

 

engkau
hanya bisa memohon dan meminta, tak pernah memberi

dan
seribu keinginan meruyak dalam kepala

:
“runduklah sekali saja, agar jiwa lapang!”

lalu
dirimu yang kerdil berjalan terhuyung-huyung

melewati
jalan berbatu dan berliku

dicarinya
oase untuk membaringkan seluruh sajak gersang

engkau
lalu menari berputar-putar mengelilingi oase

:
“aku mau oase abadi dengan air yang jernih!”

 

Jaspinka,
2021/2022


Tentang Penulis


Eddy Pranata PNP— adalah
founder of Jaspinka—Jaringan Sastra
Pinggir Kali, Cirebah, Banyumas Barat.
Buku kumpulan puisi
tunggalnya: Improvisasi Sunyei
(1997), Sajak-sajak Perih Berhamburan di
Udara
(2012), Bila Jasadku
Kaumasukkan ke Liang Kubur
(2015), Ombak
Menjilat Runcing Karang
(2016), Abadi
dalam Puisi
(2017)
,
Jejak Matahari Ombak Cahaya (2019)
,
Tembilang (2021).

Puisinya juga disiarkan
di Majalah Sastra Horison, koran Jawa Pos, Media Indonesia, Indopos, Suara
Merdeka, Kedaulatan Rakyat, Medan Pos, Riau Pos, Tanjungpinang Pos,  Haluan, Singgalang, Minggu Pagi,
Asyik.asyik.com., Pikiran Rakat, dll.

Admin

Admin

SKSP

POPULER

Puisi – Puisi Quinta Sabrina

Puisi – Puisi Quinta Sabrina

2 Juli 2024

Tentang Redaksi

11 Juli 2024
Puisi – Puisi Tania Rahayu

Puisi – Puisi Tania Rahayu

2 Juli 2024
Puisi-puisi Rifqi Septian Dewantara

Puisi-puisi Rifqi Septian Dewantara

15 November 2024
  • Disclaimer
  • Kebijakan & Privasi
  • Kerjasama Korea Selatan

© 2024 SKSP - All Rights Reserved.

No Result
View All Result
  • Esai
    • Esai
    • Esai Terjemahan
  • Puisi
    • Puisi
    • Puisi Terjemahan
  • Cerpen
  • Gurit
  • Galeri
  • Katalog Buku
    • Info Buku
    • Beli Buku
  • Tentang Redaksi
  • Kerjasama Korea Selatan

© 2024 SKSP - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In