SELAMAT MALAM, TUAN ERDOGAN
Selamat malam, Tuan Erdogan
Doa berkekuatan 9,9 skala richter mengguncang jantung
Meluluhlantakkan ribuan rindu dalam munajatku
Turki kelabu
Berduyun-duyun malaikat bertasbih di rumah duka
Berkabung dalam tangis membisu
Kugali kubur-kubur itu dalam darah-dagingku
Sayatan duka bertambah menganga
Dukaku dan dukamu bertemu setajam sembilu
Selamat malam, Tuan Erdogan
Kukirimkan selimut hitam dalam bait-bait puisi
Sebagai kafan yang lusuh
Dan nisan rahasia para yatim-piatu
Teriring cinta seputih melati
Kuhidangkan tempayan doa
Kepada 20.000 syuhada yang mengepakkan sayapnya menuju Cahaya
Gus Nas Jogja, 9 Februari 2023
VONIS MATI
Setelah palu diketukkan dan vonis dibaca
Pasal dan sesal bersenggama
Lelaki bengis itu akan mati menyusul anak angkatnya yang teramat sadis dibunuhnya
Dia pulang dengan bekal celaka mengunjungi rumah abadinya di kerak neraka
Ditemukan simpul sesal dan puncak derita dari pangkal paha dan belahan dada
Rujak paling pedas dari ramuan kuno harta tahta dan wanita
Matinya itu matinya mati
Ajalnya ajal Dajjal
Ia bunuh anak-cucunya dengan berondongan peluru
Di kerak neraka ia dipenjara lalu membusuk bersama bangkai babi dan celeng kurapan
Pesta paling meriah dari ribuan belatung dan lalat hijau sedang berdansa
Takdirnya abadi menenggak nyeri
Tidak akan hidup lagi bersama jutaan kesengsaraan yang setia menemani dalam kuburnya
Percuma saja ia bersilat kata dan berlagak menjadi pendekar penuh digdaya
Sebab semua kilahnya sudah patah oleh saksi kunci bernama nurani
Hidupnya dikalahkan hasrat keparat hingga sekarat dan ajalnya dibuai jiwa jumawa
Lalu ia tembak Joshua tepat di jantungnya!
Entah tersebab apa ia dibakar rimba amarah
Lalu ia tembakkan timah panas lima kali tepat di dada Joshua
Apa mau dikata, dengan timah panas matilah anak muda itu dengan kobaran bara api petaka dari dalam peti matinya
Nerakanya terus menyala dan mustahil ia padamkan dengan pledoi beribu pengacara
Vonis mati mematahkan mimpinya
Ketukan palu melinggisnya hingga tangis dan kisah tragis anak-cucunya pecah dan berceceran pedih perih dimana-mana
Ya!
Palu telah diketukkan
Meja hijau memanggil algojo
Kini ruwatlah ia dan rawatlah riwayatnya agar dunia tahu bahwa gelar bintang di pundak tak akan mampu menyelamatkan marwahnya!
Gus Nas Jogja, 12 Februari 2023
DILARANG MENGAJI DI KANDANG SAPI
Mengajilah anak-cucuku
Mengajilah pada sunyi tersembunyi sampai engkau menemukan rahasia diri
Mengaji itu mawas diri
Mengaji itu mengeja akal-budi
Datangilah pengajian-pengajian itu walau jauh ke pelosok negeri
Kalian temukan cahaya ilmu pada akar aksara paling rahasia dalam kitab suci di helai hidupmu
Alfabeta kelembutan hati
Masuklah kalian anak-cucuku ke gua makrifat dan berkhalwatlah empat puluh satu hari di Mihrab Kalbu
Sucikan niat dan jihadmu di telaga ilmu
Jangan pernah pulang sebelum bertemu restu Guru Sejati yang paling rahasia
Ingat itu, Guru Sejati!
Jauhi para pesolek agama
Pesohor pengajian yang tak khatam alif-ba-ta
Berhala hiburan yang bermake-up ayat-ayat suci
Ketahuilah!
Saat mengaji kalian bertapa
Dalam bertapa kalian mengaji
Mengaji itu menguji iman dalam tempaan sakit hati kala dirundung caci-maki!
Bacalah kitab-kitab semesta anak-cucuku
Kamus makrifat semua Nabi
Di sana akan kalian temukan untaian benang-merah kesadaran dan kucuran darah-biru segala ilmu
Ziarahlah pada simpul derita di kemewahan dunia ini lalu patahkan hatimu dengan senyum sukacita
Kepada nenek sihir yang menggoda dan melecehkanmu
Lalu melarangmu mengaji di Kandang Sapi
Katakanlah bahwa ilmu itu cahaya dan hanya dengan ilmu kita akan waskita dimana pun berada
Jangan pernah mati kata!
Matilah dalam kubur gemerlap rasa syukur bertabur kilau cahaya
Mengajilah!
Jangan pernah mau terpenjara oleh kefanaan dunia dengan tipu-daya politik busa-busa
Tanpa mengaji kita jadi abadi dalam sengsara
Tanpa mengaji kita ini bangkai di pesta dunia
Pergilah ke Puncak Gunung dan temukan makrifat Kawah Candradimuka
Ceburkan segala nafsu dan hasratmu yang bermimpi menjadi penguasa penuh takabur dan penyair jumawa
Datangi gubuk-gubug reyot rumah fakir-miskin lalu ketuklah pintunya
Sampaikan salammu dan bersedekahlah sepenuh cinta
Temukan leher kemewahan dunia ini dalam hidupmu lalu pancunglah dia!
Temukan pangkal pada akalmu
Temukan titik-balik pengorbananmu lalu ikhlaskan ia
Akhlakmu adalah urat nadimu maka detakkan denyut ilmu pada imanmu
Puasalah!
Hentikan mengunyah segala resah telanlah semua kilah
Jangan biarkan lambung dan otakmu menjadi tempat segala sampah
Mengajilah!
Teruslah mengaji wahai ibu-ibu dan emak-emak satu bangsa!
Gus Nas Jogja, 23 Februari 2023
ANREGURUTTA ALI YAFIE
Ode teruntuk Kyai Ali Yafie
Tanyakan pada ayam jantan Bumi Sengkang
Juga di Tanah Pare-Pare
Kenapa pagi ini menghentikan kokoknya?
Seantero Bugis sedang berduka
Itulah jawaban lirih dari jauh yang kuterima
Anregurutta yang berhati lembut itu telah tiada
Bugis menangis
Makassar berduka
Negeri ini kehilangan Sang Arif Billah berhati mulia
Kyai Ali Yafie telah berpulang
Nakhoda sepuh itu telah berlabuh
Riak samudera berhenti berombak
Layar-layar layu mengucap doa
Pada Kitab Kesabaran yang pernah kutulis itu
Engkaulah yang pertama menggoreskan pena
Meneguhkan makna
Bahwa jihad dan dakwah itu bermula dan berujung dari cinta
Lalu luas samudera engkau layari dengan kelembutan hati
Indonesia Raya kauraih dan kaugenggam dalam kegigihan cinta
Engkaulah guru kesabaran itu
Asam-garam keikhlasan
Hulu-hilir ilmu
Mengaji dan mengajarkan makrifat sebutir debu
Darud Dakwah wal Irsyad
Adalah saksi bisu keteguhanmu mencari ilmu
Kucatat semua itu pada pena jiwa seharum gaharu
Pagi ini kuangkat jangkarku
Kulayari birunya biru samudera rindu
Berbekal dayung doa
Mengantarkan iman dan amalmu menghadap Yang Esa!
Gus Nas Jogja, 26 Februari 2023
Almarhum Kyai Ali Yafie adalah santri Anregurutta Haji Sade Sengkang dan Anregurutta Ambo Dalle Mangkoso, Barru
Bersama Sejarawan Anhar Gonggong, Gurutta Ali Yafie menulis Sekapur Sirih untuk buku Biografi Mahaguru dari Bumi Bugis yang saya tulis belasan tahun silam
BERTEMU CHAIRIL
Di rumah Asrul Sani senja itu
Kau dan aku berjumpa
Lalu bertukar kata
Bertengkar nyala
Dalam diksi yang jingga
Kusampaikan salam dari HB. Jassin
Dengan kuntum kisahnya
Tak ada puisi di senja itu
Kecuali auman binatang jalang
Meradang menerjang dalam kamus basi
Melihatmu aku kecewa
Pemuda yang menelantarkan hidupnya
Demi cinta dan kata-kata
Hidup seribu tahun tapi mati muda
Kuperkenalkan padamu Pangeran Berhati Kecewa
Diponegoro namanya
Kubawa serta gambar Kerawang-Bekasi
Lengkap dengan jalan tol yang begitu mulusnya
Pemuda bertampang pucat
Dengan puntung rokok di bibirnya
Apa yang kaucari di hidup yang fana?
Di Pecenongan
Kelucuan itu terpingkal jua
Saat mufakat jahat
Dan kemiskinan yang bercampur dahaga ilmu
Bertemu dan bercanda
Sebab karya Voltaire yang kausikat di toko buku itu
Menjelma Bible ternyata
Tanpa Rivai Apin
Kau dan Asrul Sani bercatur puisi
Dari tepi ke tepi
Sungai Ciliwung menjadi saksi
Di Tanah Abang
Telah sampai kisahmu di telingaku
Saat betinanya Affandi
Menerima sepucuk kwitansi entah dari siapa
Hingga tiba waktunya
Engkau menyingkir di Tanah Kusir
Berkafan puisi
Berbantal remukan rahasia
Gus Nas Jogja, 28 April 2022
AKU
Telah kuwakafkan waktuku
Pada darah dan kalbu berwarna biru
Suah kukayuh semua selingkuh
Telah kutempuh samudera peluh
Berselancar aku di cawan suci
Luka lama sudah kubaca
Luka baru kutelan dalam puisi
Mazmur dan mawar bersatu
Di pelaminan Sang Maha Cinta
Akulah pengayuh segala rapuh
Pendaki berlangit mimpi
Labirin sekarat telah kujejaki
Makrifat maut kupeluk erat di relung hati
Berselempang kafan putih
Darah merah mendidih di jihadku
Seribu tahun lagi
Puisiku masih mawar di taman hati
Tegas tapi mesra
Lugas penuh takwa
Kuwakafkan kasihku hingga di akhir masa
Gus Nas Jogja, 3 Maret 2023
SILICON VALLEY
Lembah Silicon itu pun pergi meninggalkan kiamat di rumah sunyi
Kabar terakhir yang kudengar dari mikrofon dunia maya
Start-Up tumbang oleh mimpinya lalu binasa
Masa silam dan masa depan bertemu di lembah ini sembari dimabuk mimpi
Dibuanglah semua mesin ketik dan potret lama lalu lembaran baru penuh warna dibuka di cakrawala
Dunia telah dilipat dalam dompet lalu dimasukkan dalam saku celana
Facebook, Google dan Twitter, menggelar papan-catur merayakan pesta bertema “hari ini makan siapa?”
Di meja makan sebuah kafe aku berjumpa Mark Zuckerberg, Larry Page dan Jack Dorsey
Bersulang puisi kusembunyikan dukaku agar tak muncrat di wajah mereka
Senja mendekatkan bibirnya lalu berbisik padaku: sudah saatnya!
Lembah Silicon bersendawa saat Space-X dan Tesla datang menyapa
Tiba-tiba kabar ganjil datang di pagi buta
Steve Jobs dan Elon Musk ketinggalan dompetnya lalu Jack Ma mengantarkan saham-saham kaum milenial ke negeri rahasia
Kini Start-Up jatuh
Lapak-lapak mimpi kehilangan investasi
Lalu kubeli semua kesabaran dan rasa syukur hari ini dengan selembar puisi
Gus Nas Jogja, 16 Maret 2023
LEMBAH SILICON
Kasat mataku menyaksikan asal-muasal virus-virus malware dan kaki tangannya
Perang mimpi-mimpi Alam Semesta
Di lembah Silicon diuji-coba hingga akhirnya manusia terpasung virus-virus ciptaannya
Lubang hitam multimedia dan ledakan besar fatamorgana direkayasa
Sawah-sawah hijau dan akar padi adalah masa lalu
Lahan-lahan pertanian dan perkebunan tak lagi menggugah selera
Kuburan masal dunia maya tanpa nisan pun dibangun megah di sini
Internet menjadi berhala dan segala gerak-gerik manusia tergantung padanya
Sampai kapan dan tiba bila kecerdasan artifisial dipuja?
Bisakah kemanusiaan digantikan perangkat lunak dan kodrat alam ditakdirkan oleh robot-robot dunia maya?
Sebentar lagi kedigdayaan teknologi itu akan dicabut nyawanya oleh badai matahari dan semesta harus berputar balik: kembali ke titik nol!
Milenial akan kembali meraba-raba dunia purba
Token nontukar menjarah hingga ke akar nalar
Noken tak tertukarkan berebut pasar dan token yang tidak dapat dipertukarkan menebas kepakaran sang aku manusia
Apa pedulimu jika kiamat tiba hari ini?
Atau sebelum Hari Raya esok lusa tiba-tiba perang nuklir sudah merayakan pesta?
Kesaksianku padamu
Metaverse Blockchain dan Crypto Currency sudah basi dalam belukar diksi dan rimba puisiku
Bursa kata-kata dan pasar bebas kapitalisme yang berbusa-busa
Sudah lama kuhijrahkan ke alam baka
Lembah Silicon telah dan akan terbuka kedoknya
Saham-saham perbankan jatuh dan rush terjadi dimana-mana
Rantai blok yang kausaksikan di Ethereum dan Flow hanya kecerdasan ornamen yang tanpa busana
Topeng masa lalu dan topeng masa depan yang pamer di masa kini dengan wajah jumawa
Dalam aksi kanal-kanal puisiku
Literasi Digital yang bermimpi menjadi juru kunci tapi ujungnya justru menelanjangi diri sendiri
Tuhan kupanggil pagi-pagi agar himne kematian di Silicon Valley tak bergema di negeri ini
Kuucapkan terima kasih untuk kecerdasan artifisial yang menghunjamkan ribuan rindu di ulu hati hingga ujungnya kami semua rela menjadi manusia yang lupa diri
Tuhanku
Waraskan kemanusiaan kami dan jauhkan kami dari prasangka dan labirin super-komputer di hidup sesingkat ini
Gus Nas Jogja, 17 Maret 2023
H.M. NASRUDDIN ANSHORIY CH. atau biasa dipanggil Gus Nas mulai menulis puisi sejak masih SMP pada tahun 1979. Tahun 1983, puisinya yang mengritik Orde Baru sempat membuat heboh Indonesia dan melibatkan Emha Ainun Nadjib, H.B. Jassin, Mochtar Lubis, W.S. Rendra dan Sapardi Djoko Damono menulis komentarnya di berbagai koran nasional. Tahun 1984 mendirikan Lingkaran Sastra Pesantren dan Teater Sakral di Pesantren Tebuireng, Jombang. Pada tahun itu pula tulisannya berupa puisi, esai dan kolom mulai menghiasi halaman berbagai koran dan majalah nasional, seperti Horison, Prisma, Kompas, Sinar Harapan dan lainnya.
Tahun 1987 menjadi Pembicara di Forum Puisi Indonesia di TIM dan Pembicara di Third’s South East Asian Writers Conference di National University of Singapore. Tahun 1991 puisinya berjudul Midnight Man terpilih sebagai puisi terbaik dalam New Voice of Asia dan dimuat di Majalah Solidarity, Philippines. Tahun 1995 meraih penghargaan sebagai penulis puisi terbaik versi pemirsa dalam rangka 50 Tahun Indonesia Merdeka yang diselenggarakan oleh ANTV dan Harian Republika.
Menulis sejumlah buku, antara lain berjudul Berjuang dari Pinggir (LP3ES Jakarta), Kearifan Lingkungan Budaya Jawa (Obor Indonesia), Strategi Kebudayaan (Unibraw Press Malang), Bangsa Gagal (LKiS). Pernah menjadi peneliti sosial-budaya di LP3ES, P3M, dan peneliti lepas di LIPI; menjadi konsultan manajemen; menjadi Produser sejumlah film bersama Deddy Mizwar. Tahun 2008 menggagas dan mendeklarasikan berdirinya Desa Kebangsaan di kawasan Pegunungan Sewu bersama sejumlah tokoh nasional. Tahun 2013 menjadi Pembicara Kunci pada World Culture Forum yang diselenggarakan Kemendikbud dan UNESCO di Bali.