Angin semilir terasa dingin
mala mini. Suara burung gagak bertengger di atas pohon-pohon yang di bawahnya
kuburan meratakan tanah. Karmo dan kedua temannya sedang duduk di bawah pohon
sambil menggosoki badannya. Cuaca sangat tidak bersahabat. Jaket tebal dan
lampu teplok menemani mereka bertiga duduk di kuburan.
Karmo yang memanjangkan
kumisnya merasa cemas sekali. Kelihatan dari cucuran keringat dingin membasahi
pipinya. Dia sendiri yang punya kemauan dan keinginan untuk tidur di kuburan
malam itu. Dua temannya hanya ikut dan manut saja keinginan Karmo.
Mereka memilih kuburan mana
yang harus dicoba untuk menguji nyali mereka. Polok mengusulkan untuk pergi ke
kuburan yang ada di persimpangan jalan. Karena kuburan itu tidak pernah sepi.
Ramai orang lewat berkendara tiap hari bahkan malam juga.
Awalnya usul itu ditolak oleh
Sukor. Sukor beranggapan bahwa kuburan itu terlalu gemerlap. Cahaya lampunya
terang sekali. Tidak ada yang mau jika hanya uji nyali di tempat seperti itu.
Bahkan anak-anak kadang suka bermain dan berjalan kaki di situ.
Tetapi karena Karmo juga
takut, akhirnya dia setuju pendapat dari Polok. Karmo baru pertama kali ini
menguji nyali di kuburan. Dia penasaran dengan wujud setan yang ada di yutub
dan video internet. Apa mungkin benar itu ada atau hanya prank settingan dari
manusia yang suka bikin konten.
Akhirnya dia mengiyakan
maksudnya itu pada Polok dan mereka bertiga setuju untuk bermalam di kuburan
simpang jalan. Ada yang tidak mereka tahu jika Karmo ini sebenarnya penakut.
Sehingga dia mengajak temannya untuk mencoba uji nyali di kuburan. Perasaan
takut dan penasaran itu campur aduk di benak pikiran Karmo.
Malam itu selepas jam lebih 8
malam, Karmo dan teman-temannya membeli lilin dan membawa senter menuju
kuburan. Orang tidak peduli apa yang mereka akan lakukan. Sampai di depan
gerbang kuburan, seorang lelaki penjaga kubur menanyakan maksud mereka. Mereka
menyampaikan dengan terus terang bahwa mereka ingin bermalam di kuburan.
“Apa ada yang meninggal pagi tadi?” tanya penjaga
kubur.
“Tidak ada.”
“Lalu kok mau bermalam di sini tujuannya apa?” ketus
penjaga kubur.
“Kalau boleh hanya semalam saja,” jawab Karmo.
Sukor cengengesan di belakang
sambil memegangi lampu teplok. Sukor tahu kalau penjaga kubur itu sulit
dibujuk. Hanya Sukor seorang yang tahu jawabannya. Sukor maju dan memberi rokok
kepada penjaga kubur.
Setelah menerima rokok itu,
penjaga kubur mempersilahkan mereka bertiga bermalam di kuburan. Dia juga
berpesan untuk selalu hati-hati. Jangan sampai mereka bicara yang tidak-tidak.
Karmo ngangguk-ngangguk dan tidak begitu hirau akan ucapan penjaga kubur.
Karpet di gelar, kopi
dihidangkan, lampu teplok di tengah. Mereka duduk di bawah pohon kamboja yang
tinggi dan baunya menusuk hidung. Baunya seperti kembang kubur dan sangat
mengerikan kalau dilihat dari bawah. Nampak seperti kuburan.
Mereka melihat samping Karmo.
Tanah basah dan kembang kubur beserta kendi yang masih basah. Itu kuburan baru.
Karmo berteriak tetapi segera ditahannya teriakan itu dengan wajah kedua
temannya ikut menyuruh menahan teriakan.
Malam mendengkur semakin
gelap. Cahaya bulan hanya tersisa seperkian saja. Sisanya mendung dan bintang
yang temaram. Penjual di tepi jalan sudah hampir tutup. Karmo dan teman-temannya
merasa biasa saja. Seperti sedang duduk di rumah.
Karmo merasa mengantuk karena
larut malam. Untuk tidak mengantuk, Polok mengeluarkan sesuatu dari kantong
jaketnya. Dia keluarkan kartu remi. Mereka bersemangat. Segera si Sukor
mengocok kartu remi dan membagikan tiga kartu per orang.
Dalam permainan itu, Karmo
selalu menang. Hampir tidak pernah kalah sekalipun. Sukor hanya gigit-gigit
gigi sambil menggerutu. Karena asik bermain mereka tidak menghiraukan apapun.
Sampai ada sesuatu yang dilempar ke tengah mereka. Sebuah batu kerikil kecil.
Mereka tengak-tengok kanan dan kiri siapa tahu ada orang.
Tidak ada orang yang ada di
situ. Hanya mereka bertiga. Polok mengajak mereka tidak peduli saja. Anggap
saja hanya kerikil jatuh dari atas pohon. Aroma bunga kamboja semakin
menyerbak. Hidung mereka menciumi aroma kamboja ditambah suasana sepi kuburan
semakin sunyi.
Sebenarnya mereka berdua sudah
tak tahan. Hawa merinding bikin mereka ingin segera angkat kaki dari situ.
Karmo tetap ngeyel dan menahan temannya. Dia meyakinkan temannya kalau itu
hanya perasaan saja, karena tidak terbiasa. Sampai tiba-tiba Polok menjerit.
“Ada sesuatu melayang di situ,” ucap Polok.
“Apaan, tidak ada,” kata Karmo menoleh ke belakang.
“Sudahlah, aku mau pulang ke rumah saja. Silahkan
kalau kalian lanjut,” tegas Polok.
Polok pulang karena ketakutan.
Disusul oleh Sukor dan Karmo di belakangnya. Sampai di gerbang mau keluar,
penjaga kubur tadi menahan mereka. Penjaga kubur menatap mereka dingin.
“Kenapa mau pulang, katanya bermalam di sini,” kata
penjaga kubur.
“Tidak ah, saya tadi lihat sesuatu menyeramkan,” kata
Polok.
“Saya sudah biasa kalau hanya hal itu saja,” terus
penjaga kubur.
Karmo dalam hati yang memang
sejak awal tertarik dan penasaran dengan hal begituan, dia merasa terpancing
dengan omongan penjaga kubur itu. Dia ingin bertemu penjaga kubur itu lagi
besok malam. Tetapi dia tak mungkin membawa kedua temannya untuk menemaninya.
Benar sekali, esok malamnya
Karmo datang sendiri ke kuburan membawa satu slop rokok dan gorengan. Dia
menemui penjaga kubur dan memberikan bahan sogokan supaya penjaga kubur mau
membantunya.
“Tolong saya, saya mau tahu hal seperti itu. Saya
penasaran,” ucap Karmo.
“Saya tidak bisa apa-apa. saya pula tidak tahu hal
macam itu.”
“Saya tahu kalau sampean punya rahasia.”
“Kamu ini terus mendesak, kalau ada keinginan memang
suka begitu ya, grusa-grusu.”
“Serius, tolonglah saya.”
Penjaga kubur menerima apa
yang diberikan oleh Karmo. Kemudian membawa dupa dan mengajak Karmo ke kuburan
yang nampaknya usianya sudah sangat tua. Dia menyuruh Karmo untuk tetap tenang.
Penjaga kubur menaruh dupa dan
menyalakan dupa. Bau dupa mulai menyebar. Perasaan Karmo was-was sekali. Antara
takut dan penasaran, dia tidak bisa berkata apa-apa. seluruh kakinya dingin dan
kaku. Bahkan sampai mati sebelah rasanya.
“Kamu pakai akik ini, nanti buat penjagaan,” ucap
penjaga kubur pada Karmo.
“Ini kubur siapa?”
“Ini kubur Eyang Kintil. Pokoknya kamu nurut saja sama
saya.”
Kemudian segera Karmo disuruh
memejamkan mata. Kedua jempol tangan penjaga kubur melesat dan megusap kedua
mata Karmo sambil menekannya. Karmo sudah berprasangka tidak enak dalam hati.
Penjaga kubur menyuruh Karmo
membuka matanya pelan-pelan. dia meyakinkan Karmo kalau tidak ada apapun yang
perlu dirisaukan. Karmo perlahan membuka matanya. Terlihat di sekelilingnya
mahluk berbadan besar tinggi menjulang, wanita berambut panjang dan bergaun
putih panjang berjalan mendekati dia. Ada pula yang berbadan besar dan wajahnya
lebar besar mendekati Karmo.
Karmo ketakutan dan memejamkan
mata lagi. Setelah itu dibuka lagi matanya, tetap ada dan semakin dekat dengan
Karmo. Karmo merasa ketakutan sekali. Dia merasa takut baru kali ini dia
melihat hal seperti itu.
“Jangan takut, biasa saja, ambil nafas!” kata penjaga
kubur.
“Se….se…remmm,” jawab Karmo.
“Cincin itu akan melindungimu,” kata penjaga kubur.
Cincin yang dimaksud itu
adalah cincin yang dipakai barusan di jari Karmo. Dia menunjukkan cincin itu ke
depan, ke kanan, ke kiri. Tidak ada efek apapun. Setan-setan itu semakin
menyeramkan dan seakan ingin mencekik Karmo. Dia pun tidak kuat dan lari
meninggalkan penjaga kubur itu.
Esok paginya, dia cerita
tentang malam itu bersama penjaga kubur kepada Polok dan Sukor di angkringan
pinggir jalan. Dia menceritakan semuanya malam itu hal yang dia alami bersama
penjaga kubur di kuburan.
“Malam apa kemarin malam itu?” tanya Polok.
“Malam Jumat Kliwon,” kata Karmo.
“Sudah tahu malam Jumat Kliwon kok ya sampean
keluyuran ke kuburan mau ngapain mas,” jawab pedagang angkringan.
“Aku merasa dikerjain habis-habisan sama penjaga kubur
itu. Kapok aku,” kata Karmo.
“Kan kamu yang minta,” ucap Sukor.
“Eh, penjaga kubur yang mana?” tanya pedagang
angkringan.
“Yang menjaga kuburan seberang jalan itu,” kata Karmo.
“Tidak ada penjaga kubur di situ. Sampean ini
mengada-ada saja,” kata pedagang angkringan.
“Serius, bahkan saya sampai diberi cincin akik,” kata
Karmo sambil meraba-raba jemarinya.
Tetapi tidak dia temukan
cincin di jarinya. Tetapi Karmo ingat betul malam itu dia dikasih cincin oleh
penjaga kubur. Karmo merasa merinding di siang bolong. Dia sangat ketakutan.
Kini dia tidak berani tidur sendiri. Selalu minta ditemani saudaranya untuk
tidur malam hari.
Pati, 11 April 2023