Kirim Karya

SKSP Book Store
No Result
View All Result
  • Esai
    • Esai
    • Esai Terjemahan
  • Puisi
    • Puisi
    • Puisi Terjemahan
  • Cerpen
  • Gurit
  • Galeri
  • Katalog Buku
    • Info Buku
    • Beli Buku
  • Tentang Redaksi
  • Kerjasama Korea Selatan
  • Esai
    • Esai
    • Esai Terjemahan
  • Puisi
    • Puisi
    • Puisi Terjemahan
  • Cerpen
  • Gurit
  • Galeri
  • Katalog Buku
    • Info Buku
    • Beli Buku
  • Tentang Redaksi
  • Kerjasama Korea Selatan
No Result
View All Result
SKSP Book Store
No Result
View All Result
Home Puisi

Puisi-puisi Jang Sukmanbrata

Admin by Admin
2 Juli 2024
0
Share on TelegramShare on WhatsappShare on Twitter

 

CAKARAN CINTA 

 

begitu cakar
cintaku menembus kulitmu

sebercak darah yang
menyimpan racun rindu pun terseret keluar; sunyi berlagu

sorot mata kucing
muncul di matamu

sedikit embun
campur debu di alismu pun pupus 

Memetik gitar, lalu
harmonika ditiup

 

begitu kepakan
burung menjauh

cinta dan kepalsuan
dibungkus 

Begitu aku masuk ke
hatimu, 

cinta pun kuyup

aku pendaki gunung-pelintas desa

mengusir dingin,
berapi unggun menggaruk udara bekumu, 

Menggesek biola,
gendang ditabuh

 

Tatapan mata
kucingmu hangus

 jadi abu di
rumput, jadi daunan gugur, kukumpulkan untuk pupuk 

Seribu pohon kopi
seribu pohon jeruk

pahit, asam manis
di aliran darahmu

Rasa haru biru ini
gegas dibunuh

Tembang megatruh
disusul siulanku

Garis cakaran
cintaku tembus batu:

Siapa abaikan tanah
air, oh saru

 

 

/Pasir Kihiyang, 16
Mar. 2020

————————–

 

BUKU TUA
WARISAN 

 

Selamat pagi! 

Selamat sore sampai
selamat malam

 

Apa ujar Haji
Rendra 

Dalam bayangan
sayap burung merak cakrawala seperti tersibak pelan 

dan seorang menatap
ke dalam dirinya adakah jendela rindu terkuat 

warisan bapaknya
yang dicatat sekejap setiap saat dengan pena perak 

sapaan berulang
setiap pagi; dimana dia yang pusaranya mewangi bunga 

dihantar udara,
ciumannya 

harum
kemenyan 

asap di balik hujan

ditawan kaca

 

Apa warisan Haji
Rendra 

seperti usapan jari
bapak di kepala 

dan ciuman di mata
anak yatim papa

akan jadi rumah
kenangan di hari tua

Cerita perjuangan
selalu di beranda,

epilognya tak
selesai di tangan kita

Ia geguritan dibawa
angin pebukitan

Bahtera tangguh di
mulut ombak,

istirahat di
dermaga, tanda masih ada

Masih terbuka untuk
dibaca

Sebuah buku besar
penuh gambar 

mengajak bicara
tatkala senyap, 

lembut, banjir
perasaan 

Luapannya membuat
malu purnama

 

 

/Cipayung, Nopember
2020 

——————

 

MENTARI DI KULIT
MANIS

 

 

betul, cinta jujur
itu kurasa liat lentur waktu dibawa ke gelombang ombak atas batu karang, lorong
rumput laut: 

diam pun bermadu,
hidup bergaram

tak gentar saat
guruh mengepung

Ya sehangat
matahari pagi, lembut

dengan sahaja
kuserap di rambut

kuajak rantau ke
pesisir terpencil, 

suara laut pasang
di ujung malam,

diungguli rintihan
doa, oh nikmat

Bianglala berwarna
di senyuman,

teduh matamu – jalan setapak desa 

aku lalai
memindahkan wajah tirus

ke kanvas baru berwarna
lebih putih 

dari kanvas pelukis
klasik 

dan pelukis
akademik di masa krisis

Tak usah ragu dan
takut mengadu pembiaran hutan adat diganti kebun sawit 

tak menggeser
patok-patok leluhur suci, 

toch tubuhmu
melingkariku bak ular, ramah, pemurah, tak bersisik dan manis

apalagi gerimis
diayunkan angin, pelangi menurun di antara bukit, lidahmu mengunci, 

tak segaris pun
sepi 

Siutan angin
teramat setia di ranting

Peluklah aku,
dingin kan menyisih, 

dengan sukacita
kematian kukenali

toch anak-anak
bermain – bernyanyi

di tanah air

tengah ilalang
kering

di hati bening

 

sekarang aku di
ujung kilauan rambut

adakah kasih sayang
seliat bambu 

rendaman lumpur,
dan jadi teguh 

tak akan rapuh

juga pantang mengeluh:

Hidup adalah
pembuatan buku,

: kemarilah sayang,
lihat tanganku membentang dari barat ke timur jauh

Yup lipatan hening
terbang di pohonMu

 

 

/bukit Ngamprah, 2
Juni 2022

—————————

 

SERAUT WAJAH 

 

 

Seraut wajah 

bisa disimpan di
album,

bisa diselipkan ke
buku, 

bisa disisipkan
bawah tilepan baju,

Wajah itu tiba-tiba
membayang, 

bergerak-gerak
lembut di kacamata,

dilepaskan, wajah
berpindah ke mata

tapi bisa di tutup
dua telapak tangan

Bersikeras maksa,
mengetuk jendela 

merendamkan muka di
bak mandi, 

sekejap hilang
dikedip-kedip.

 

Namun kerinduan
datang diam diam, 

seraut wajah
mengetuk-ngetuk benak selembut sayap angsa, 

Pergi ke kolam
renang, 

masuk tenggelam
sampai mata merah, 

tapi wajah itu membayang, 

terapung-apung di
muka air kolam.

 

Wajah tetap tak
kunjung menghilang, 

lalu pergi ke
danau,

mata disibukkan
memandang nelayan, perahu yang bolak balik bawa harapan

wajah
melayang-layang di angin kacau,

Indahnya danau tak
kuasa menghalau!

 

Ya terpaksa berlari
di trotoar jalan 

biar sibuk melirik
kiri kanan, 

depan
belakang, 

sampai kuyup
keringat, 

kaki lelah, badan
payah, 

dan tak terasa
menutup mata.

— Selamat tinggal
mantan tak setia!

 

 

/Sumedang, 2
Oktober 2022

———————-

CINTA MAUT

 

 

Mengapa berada di
teras setiap hari,

mengeringkan rambut
ikal mayang, 

sorot matamu
menembus hati,

aku silau, o kaca
kena surya, 

Kemarilah pujaan
alam!

 

Disinari mentari,

senyuman manis
sulit dilukis

pudarkan mimpi yang
berkabut tipis, 

saatnya nanti semua
berakhir di bumi, 

pandang dulu aku!
Rengkuh diriku ini, bawa ke kedalaman paling suci hening,

Lepas dunia maya,
keluar dari daging

bahwa prinsip lebih
berarti dari berahi,

Kemarilah dambaan
lelaki sejati!

 

Ambil mimpi ini,
cuci bersih di hatimu,

dan keringkan
rambut panjang liarku,

Sehalus lumut

batu purba pun
tunduk

Oh, mati kutu
ragaku dililit lengan lembut, sukma menggelinjang depan tungkumu,

Cairlah darah, jadi
sungai beriak merdu.

 

Bukit Padalarang,
13 Oktober 2022

—————–

 

SENGKUNI KINI

 

 

Takut melihat diri,

pohonan dan jalanan
sepi, 

cermin kamar
ditutup kain kuning,

semua yang menyala
disebutnya api;

“Kemana itu
cahaya pergi?, cacat kakiku abadi”

Ara tak berbuah itu
pohon di jiwanya,

merangggas dan
cemas di Kurusetra, daunannya berguguran, mainan angan

dihempas-hempas
angin kota bertuba

Tak seorang pun
tahu hancurnya dimana, bicara pada senyap pun megap megap,

masuk digital,
hasutannya beranak pinak

 

Tak punya kitab
hati, Sengkuni lirih,

“Takut
mengaji, tulisanku tinta karat besi. Jangan pakai dengki, itu selendangku”

Musim menitipkan
irinya ke angin lalu

 

Tak mampu sembunyi,
Sengkuni lari

Bratasena
membunuhnya berkali-kali:

“Kamu
kuberikan pada Agni”

Kemudian medan
perang dilipat sendiri

 

 

/Tegal Lega, 17
Feb.2023

———————–

 

TAK SUKA
BERCANDA
 

 

 

Saya tak mau
bercanda 

karena suka gugup
jika dibalas;

bayangan kematian
mendadak tertawa

 

Saya tak bisa
menggoda 

sebab suka
dipermalukan keadaan;

teringat senyap
suka mendadak ganas

 

Saya tak bisa
mencela 

takut kena giliran
direndahkan;

terlihat pencela
dicabik cabik kegelapan

 

Saya tak mau banyak
tertawa

karena hati bisa
mengeras;

terbayang malakal
maut tiba-tiba garang

 

Saya kemas itu
rumah, vihara, pura, gereja, masjid, kelenteng, balè kabuyutan hasil keringat
persaudaraan lalu saya masukan ke aliran darah ke dalam dada.

Saya berkata lembut
pada semua bangunan ritual yang menjulang anggun di mata dan di kepala, ruang
baca akar budaya pun betah berdamai di urat jiwa, 

“Lestari,
berkembanglah dan jayalah kalian di dalam. Jika kalian hendak keluar, minta
restu padaku dan kerelaan sang Surya kalian sandangkan. Tapi sebentar
saja”.

Bangunan bangunan
di dalam saya berkata, “Baik tuanku, namun kami tak suka bercanda dan
diajak menghina”

(Di tengah
fatamorgana daun pun gelap)

 

 

/Jambudipa Lembang,
2 Feb.2023

——————–

 

 

WAHYU SULAIMAN
RENDRA

 


Masa remajamu pacar
Surakarta

Masa pemuda dan
separuh bayamu kekasih idaman Yogyakarta 

Pasir putih pantai
Parangtritis terbawa sepanjang tanah Jawa – Sunda Pakuan, tak menyisakan
penasaran, 

sebab hidup
dramatisnya padat merayap nyali kesenimanannya kenangan perkasa

Kau Rangga saksi di
semua zaman edan 

: Jangan anggap
kebenaran itu gula gula

 

Masa tuamu begawan
idaman Indonesia

Sajak-sajakmu
dibaca semua orang 

dari pecinta sampai
penipu wanita, dipanggungkan golongan ksatria

: Tak terhalangi
laut dan rimba

 

Rakyat sekarang
tanpa juru bicara indah

Kami merindukanmu,
selalu berziarah 

dengan bunga
setaman tujuh warna dukamu tentu sudah mati di tanah

: Tanyakan penyair
mana yang bahagia

 

Memulyakanmu itu
lewat membunuh agar lahirkan puisi baru, balada tangguh

karena engkau
penyair Rangga Sanjaya

 

Rakyat kini
bertempur banyak bujukan, rebutan bangun ibukota, lepas impian

Begawan, tak di
jomantara tak di awan,

Duhai, itulah
Rendra !

,

 

/Cipayung –
Bandung, 23 Feb.2023

————————————-


TENTANG PENULIS

JANG SUKMANBRATA

Lahir di Bandung, 17 Agustus 1964. Karyanya dulu tahun 1980an semata puisi lirik bebas, kini banyak menulis puisi beragam genre; lirik, balada, tanka dan haiku dalam 2 bahasa: bahasa Sunda dan bahasa Indonesia. Puisinya tersebar di buku antologi puisi Negeri Pesisiran, Negeri Rantau; DNP 2019 – 2020, Raja Kelana DNP 2022, buku Antologi Puisi HPI 2021 & 2023, buku Antologi Puisi Para Penyintas Makna & Antologi Larung Sastra – Dapur Sastra Jakarta th.2021 & 2023, di beberapa buku antologi lainnya, 30 haiku-dan puisinya di koran PosBali, Nusabali, Bali Pos, Pikiran Rakyat, Bernas, Masa Kini, KR Yogya, Mjl.Basis dan medcet lainnya di seluruh Indonesia. Puisi tanka dan haiku-nya di setiap buku Antologi Newhaiku – KKK, di SKSP Literary,  mjl.Elipsis, Balipolitika, Tatkala, IdeSastra, Semesta Seni, SastraMedia.com, HOMAGI International,  berbagai majalah digital – internet – blog, FB dan IG.
Admin

Admin

SKSP

POPULER

Puisi – Puisi Quinta Sabrina

Puisi – Puisi Quinta Sabrina

2 Juli 2024

Tentang Redaksi

11 Juli 2024
Puisi – Puisi Tania Rahayu

Puisi – Puisi Tania Rahayu

2 Juli 2024
Puisi-puisi Rifqi Septian Dewantara

Puisi-puisi Rifqi Septian Dewantara

15 November 2024
  • Disclaimer
  • Kebijakan & Privasi
  • Kerjasama Korea Selatan

© 2024 SKSP - All Rights Reserved.

No Result
View All Result
  • Esai
    • Esai
    • Esai Terjemahan
  • Puisi
    • Puisi
    • Puisi Terjemahan
  • Cerpen
  • Gurit
  • Galeri
  • Katalog Buku
    • Info Buku
    • Beli Buku
  • Tentang Redaksi
  • Kerjasama Korea Selatan

© 2024 SKSP - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In