Kirim Karya

SKSP Book Store
No Result
View All Result
  • Esai
    • Esai
    • Esai Terjemahan
  • Puisi
    • Puisi
    • Puisi Terjemahan
  • Cerpen
  • Gurit
  • Galeri
  • Katalog Buku
    • Info Buku
    • Beli Buku
  • Tentang Redaksi
  • Kerjasama Korea Selatan
  • Esai
    • Esai
    • Esai Terjemahan
  • Puisi
    • Puisi
    • Puisi Terjemahan
  • Cerpen
  • Gurit
  • Galeri
  • Katalog Buku
    • Info Buku
    • Beli Buku
  • Tentang Redaksi
  • Kerjasama Korea Selatan
No Result
View All Result
SKSP Book Store
No Result
View All Result
Home Puisi

Puisi – Puisi Rudiana Ade Ginanjar

Admin by Admin
2 Juli 2024
0
Puisi – Puisi Rudiana Ade Ginanjar
Share on TelegramShare on WhatsappShare on Twitter

 

 

KE PARE-PARE

 

Hanya
ada warna kelabu di teluk, Ainun.

 

Seberkas
suar dari celah,

hanya
kelegaan sehabis jauh tempuh tuju.

Orang-orang
dengan bekal emas atau perada,

yang
dikenangkan hanya cemas atau tak ada.

 

Kita
meniru salju musim gugur

untuk
kembali,

 

daun-daunan
khatulistiwa mengeras dan tua.

 

2022

 

KEBERANGKATANMU

 

Aku
hampir tak teringat tentang jam,

menggantung
di dinding tapi tidak hatiku.

 

Ia
menetap padamu,

sebidang
jalur di langit.

 

Warna-warna
sepi. Adakah kaumenatapku

dalam
senyum polos sekolah menengah dulu?

Di
rumah seorang telah mengosongkan seluruh.

 

Tinggal
diri mematung diri.

 

2022



 

MIMPI BOCAH

 

Katakan
padaku tentang kemurnian.

Bila
hujan adalah bahasa embun,

            apakah air mata adalah bahan

dari
cinta murni?

 

Di
sini, cahaya dan warna ruang

algoritma
dalam baris sunyi.

 

Jalan
telah demikian lapang,

sebuah
kubah menuai pelangi.

 

Burung-burung menjadi
besi.

 

2022

 

THE TRUE PARENTS

 

Sambil
bermimpi,

selagi
mata mulai mengabu

orang
mengenal laut, menyebut kala

            ke negeri entah. Sambil

menarikan
bayangan matahari musim hujan

angin
gelegak rindu ranjang,

pemberian
leluhur.

 

Misalkan
dusun tertidur dan kau bermimpi

adalah
halau desisan ular,

sebuah
rengkuhan hidup

pegunungan
terakhir menggugurkan salju

bagai
ceruk dihuni perapian

dan
tangan orang-orang yang senantiasa tercetak

            di dinding sanubari. Tangan pasir,

malam
ribuan bintang.

 

Dongeng-dongeng
hanyut bersama mimpimu

menemu
sebutir buah dekat sang Pohon.

 

2021

 

 

KOGNISI SUNYI

 

1.

Aku pernah melihat hal-hal ini:

            tinggal
dan membekas,

serupa jarum bila keheningan tiba

dan segala riuh berpulang—

            pernah
menanyakan ihwal

dari pintu-pintu yang membuka

dan menutup pada pagi dan senja.

 

Masih, lewat hal-hal sunyi:

            ia
berlari dan mengendap,

tapi ia  juga
bergerak ke keniscayaan.

 

Daripada hari ini

            yang
jauh dan membentang,

dan jam-jam patah kemudian.

 

2.

Kita tidak pernah menanyakan dalam diri

            ihwal
dendam, kebencian atau cinta:

segala berjalan dalam sunyi,

di antara apa yang perlahan menengadah

pada kebenaran. Kenyataan yang meletakkan janji

dan harapan, yang bertemu bila

sepasang hati memberi.

 

Aku pernah melihat itu semua:

            dibentuk
dan dikukuhkan

oleh waktu. Sorotnya, juga gerak yang meniti

saat-saat hidup dan pergantian.

Yang mengetahui perihal tersembunyi,

prasangka-prasangka dan pengingkaran.

 

3.

Pernah memandang jauh

terhadap apa yang perlahan menghilang:

            kukenal,
di antara hal-hal besar ini

jemari menari,

sesosok biduan berbalut tawa dan tangis,

yang perlahan tenggelam bila hujan menggerimis.

 

Pernah menghela pendek

terhadap apa yang perlahan mengenang:

ketukanku pada pintu-pintu musim,

bangkit dan mengharap,

pada jejak-jejak pagi yang sembunyi.

 

Adalah hal-hal besar bila

sepasang mata enggan bertaut bertemu

dalam bisu. Waktu, sebagaimana kita menyebut

beringsut dalam takut,

dan sunyi yang merajai malam hari

menabuh desah yang terburu.

 

4.

Dan apakah kita,

selain kenangan yang dibentuk dengan masam?

Dengan bendera, himne-himne dipantulkan:

kita bergelanyut, senantiasa,

dan rapatlah hari dalam pungutan suara kebisuan.

 

Kita bepergian, menuntun jalan yang pecah.

Kita hendak menyulut kata ke dalam hati,

berderai-derai rindu

bersama kegusaran yang menepi di tengah perjalanan.

 

Dan apakah kita,

selain bahasa yang merendahkan diri pada keangkuhan?

Kita bergerak,

melenyapkan prasangka sejenak

dan berharap setiap konak

dengan rahim yang menggerutu:

berharap setiap gejolak

dengan ampunan
yang bisu.

 

5.

Orang-orang itu, aku tahu,

berbicara dalam gumam

berbaris ke setiap garis hari-hari,

dengan wajah pertama yang mereka kenakan

apabila gerimis tiba. Mereka, aku tahu,

bersenda-gurau dengan waktu

bersama malam apabila bulan pertama kembali.

 

Hari besar akan tiba: yang terbaca pada selempang di udara…

 

Dan mereka, aku tahu,

berpawai ke jalanan dan menghirup aroma bahagianya.

 

2018

 

 

KAFILAH BULAN SUCI

 

Di
tangga menuju surga

di
bulan langit berbintang,

kasidah
dengung jauh

            memantulkan denyut

semesta
kita. Cinta meraih,

pohon
menjulang di keheningan.

 

Lalu
sayup, engkau telah melihat ia kembali

bersejingkat,
bergelayut sepanjang garis tepi pagi.

 

Orang-orang
telah tiba dari hilir.

Segenap
langkah terpanjat ke hulu.

 

Dan
dari kafilah, bergema derap perjalanan.

 

2019



 

SUATU SENJA, SEBUAH LEGENDA

 

Sebelum
hari libur tiba,

dia
masih berjibaku terhadap kerja.

 

Langit
membentuk awan-gemawan cerah

            menghuni atap angkasa. Adakah yang

menenteramkan
jiwa selain sejuk pegunungan

mengalir
jauh ke hilir dusun?

Di
sinilah manusia menjalankan peran

            hidup, digenapkan kebisuan.

Hari-hari
instrumentalia,

seorang
lelaki jauh mengusap keringat mentari

            dari dahi sang bukit,

seluruh
waktu tercerabut dari rahim,

lahir
dengan denyar pusparagam,

kemelut
mendingin dan ditinggalkan para perusuh

            di muara kasih.

 

Menggenggam
tongkat jelmaan,

dia
mengarahkan haluan

            ke pulau keramat.

Di
mana obat, cawan-cawan madu,

anggur
dan memorabilia pustaka,

mengisi
buritan—sauhpun terangkat.

 

Pulang melindungi kita
akan esok.

 

2019

 



 

PENYARU BUDIMAN

 

Yang
datang di pagi buta,

mengenakan
kenangan lampau

dari
embun

adalah
sepenggal lain cerita si penyaru budiman.

 

Mengembus
bila dedaunan rebah,

            bak sepotong kayu

terpangkas
dari renggat waktu.

 

Bepergian,
dikenakannya penutup

            ingatan akan datang.

Langit
tidur, jalanan bergolak

tapi
berdendang juga cinta.

 

Ia
masih ingat untuk membenamkan separuh

            biografi dan riwayat dicatat

sepanjang
alur petualangan.

 

Cadar
dari matahari, dari kalimat sunyi:

“Di mana ruang
kosong bagi perindu?”

 

Tak
disangsikan, tempat itu kini bunyi.

 

2019

 

DOSA LAMPAU

 

1.

Jam-jam
di sekitarku menetas,

jadi
buih—perempuan kaku yang mengendur;

wajah-wajah
kutemui mengeras,

jadi
titah lelaki jauh dari pantai.

 

2.

Siapa
memainkan tangan dan bayangan,

            memainkan belenggu

di
kaki hari Minggu.

 

Di
mana surya menyerbuki bunga impian.

 

3.

Dosa
adalah sebutir kerikil

            digelandangkan seorang diri

ke
sungai pertobatan.

 

Di
jeramnya seorang peminta-minta

            mengemis siang di malam sesal.

 

2019

 

BUDAK BELIAN

 

Di
atas gurun ditundukkan gugusan bintang.

Kafilah
letih mencari mata air

            ke negeri jauh.

Hanya
mimpi tentang laut,

kapal-kapal
melayari samudra biru

            jantungmu.

 

Gemerincing
koin dijatuhkan

            di hadapan wajah keling,

tulang-tulang
berharga

menyapu
debu terakota.

Di
istana mereka akan bertukar

kain
dan makanan,

mengisi
jam-jam sibuk

dan
menghuni bukit pasir gembala.

 

Orang-orang
bebas,

melihatnya
berkeringat mandi mentari.

Orang-orang
bebas,

di
atas pelana kuda menundukkan bintang

            benua hitam.

 

Tersebut sebagai apa?

 

Utang
mereka hanya menghilangkan risalah

dan
perangai buruk,

seperti
kemelut abad silam:

hari-hari
barbar,

hak-hak
milik tak bertuan,

jangkar
yang dihanyutkan ke lubuk pantai asing.

 

2020

 
 
 
TENTANG PENYAIR
 

Rudiana
Ade Ginanjar
, penyair,
lahir di Cilacap, 21 Maret 1985. Sejumlah karyanya tersebar di surat kabar, buku antologi bersama, dan media
daring. Selain puisi, juga menulis esai dan terjemahan.
Bergabung di Komunitas Sastra Kutub, Yogyakarta. Tinggal di Jl. Kepudang No. 24 RT 05 RW 02 Desa Caruy, Kecamatan
Cipari, Kabupaten Cilacap
, Kode Pos 53262, Jawa Tengah. Kontak: sur–el ke ginanjarpustaka@gmail.com, atau ponsel (WA) 081–327–581–231.

Admin

Admin

SKSP

POPULER

Puisi – Puisi Quinta Sabrina

Puisi – Puisi Quinta Sabrina

2 Juli 2024

Tentang Redaksi

11 Juli 2024
Puisi – Puisi Tania Rahayu

Puisi – Puisi Tania Rahayu

2 Juli 2024
Puisi-puisi Rifqi Septian Dewantara

Puisi-puisi Rifqi Septian Dewantara

15 November 2024
  • Disclaimer
  • Kebijakan & Privasi
  • Kerjasama Korea Selatan

© 2024 SKSP - All Rights Reserved.

No Result
View All Result
  • Esai
    • Esai
    • Esai Terjemahan
  • Puisi
    • Puisi
    • Puisi Terjemahan
  • Cerpen
  • Gurit
  • Galeri
  • Katalog Buku
    • Info Buku
    • Beli Buku
  • Tentang Redaksi
  • Kerjasama Korea Selatan

© 2024 SKSP - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In