CAK NUN ITU WALI
Tak ada yang perlu dirisaukan dengan Cak Nun
Ia sedang membaringkan badan demi tegaknya jiwa
Saya menduga keras bahwa Cak Nun itu wali
Tanda kewalian itu tak hanya hidupnya bermanfaat bagi sejumlah kaum
Ia tak takut jika dari mulutnya bercipratan ludah yang seolah kotor dan nista
Saya yakin benar bahwa Cak Nun juga tahu bahwa Jokowi itu presiden para wali
Ketika telinga awam mendengar bahwa Cak Nun menyebut Jokowi itu Fir’aun, sejatinya Cak Nun sedang tunning frequency kepada atasannya yang juga wali
Maka ketika Cak Nun lagi-lagi tiarap di Rumah Sakit Sardjito, frekuensi itu terbaca oleh kewalian Jokowi
Para pemuja Cak Nun dan para pemuja Jokowi tak perlu baper, karena sejatinya kedua manusia itu sedang bersenda-gurau di alam makrifat
Tidak ada yang bisa memahami maqom kewalian kecuali ia ada di dalam orbit kewalian itu
15 menit itu lebih dari cukup untuk mempertemukan raga keduanya, meskipun jiwa keduanya sudah bersanding mesra sejak lama
Cak Nun itu wali pencemburu, sedangkan Jokowi itu wali tanpa seteru
Gus Nas Jogja, 9 Juli 2023
Riwayat Penyair
H.M. NASRUDDIN ANSHORIY CH. atau biasa dipanggil Gus Nas mulai menulis puisi sejak masih SMP pada tahun 1979. Tahun 1983, puisinya yang mengritik Orde Baru sempat membuat heboh Indonesia dan melibatkan Emha Ainun Nadjib, H.B. Jassin, Mochtar Lubis, W.S. Rendra dan Sapardi Djoko Damono menulis komentarnya di berbagai koran nasional. Tahun 1984 mendirikan Lingkaran Sastra Pesantren dan Teater Sakral di Pesantren Tebuireng, Jombang. Pada tahun itu pula tulisannya berupa puisi, esai dan kolom mulai menghiasi halaman berbagai koran dan majalah nasional, seperti Horison, Prisma, Kompas, Sinar Harapan dan lainnya.
Tahun 1987 menjadi Pembicara di Forum Puisi Indonesia di TIM dan Pembicara di Third’s South East Asian Writers Conference di National University of Singapore. Tahun 1991 puisinya berjudul Midnight Man terpilih sebagai puisi terbaik dalam New Voice of Asia dan dimuat di Majalah Solidarity, Philippines. Tahun 1995 meraih penghargaan sebagai penulis puisi terbaik versi pemirsa dalam rangka 50 Tahun Indonesia Merdeka yang diselenggarakan oleh ANTV dan Harian Republika.
Menulis sejumlah buku, antara lain berjudul Berjuang dari Pinggir (LP3ES Jakarta), Kearifan Lingkungan Budaya Jawa (Obor Indonesia), Strategi Kebudayaan (Unibraw Press Malang), Bangsa Gagal (LKiS). Pernah menjadi peneliti sosial-budaya di LP3ES, P3M, dan peneliti lepas di LIPI; menjadi konsultan manajemen; menjadi Produser sejumlah film bersama Deddy Mizwar. Tahun 2008 menggagas dan mendeklarasikan berdirinya Desa Kebangsaan di kawasan Pegunungan Sewu bersama sejumlah tokoh nasional. Tahun 2013 menjadi Pembicara Kunci pada World Culture Forum yang diselenggarakan Kemendikbud dan UNESCO di Bali.